03

1536 Words
Membunuhmu dan menyakitimu adalah kewajiban dan keharusan bagiku.. ***   Raina meringsut duduk dipojok ruangan yang bercahaya minim. Gadis itu memeluk lututnya dengan sesekali terdengar isak pilu yang meluncur keluar dari bibir Raina. Tubuh Raina bergetar hebat, dadanya memburu sesak diiringi dengan perut yang sudah memberontak minta diisi. Ini adalah hari keempat Raina tidak memakan apapun, gadis itu hanya disodori air putih yang terlihat sangat kotor.   Pria yang wajahnya sangat samar dalam ingatan Raina itu benar-benar sangat kejam. Pria itu tidak memiliki hati nurani sedikit pun, apa dia tidak sadar kalau dia bisa berdiri dan menikmati indahnya dunia karena pengorbanan seorang wanita, lalu kenapa dia menyakitinya? Bukankah dia juga wanita yang nantinya akan melahirnya manusia-manusia baru?   Dan sekarang Tristan belum juga datang menyelamatkan Raina. Ada apa dengan Tristan? Kenapa pria itu tidak mencarinya? Bukankah selama ini Tristan   menyembunyikan dirinya dari dunia demi keselamatannya? Lalu sekarang kenapa Tristan tidak ada disisinya? "Daddy..." lirih Raina yang mulai kehilangan kesadaran. Tubuhnya perlahan meringsut jatuh terletak di atas lantai tubin yang dingin. matanya menutup dengan perlahan, hingga hanya menyisakan kegelapan yang begitu menenangkan.   ***   "Bagaimana keadaannya?" tanya Juan yang masih tidak bisa mengalihkan penglihatannya dari tubuh Raina yang mengurus. Wajah gadis itu tampak sangat pucat.   "Dia akan baik-baik saja saat dia rutin mengonsumsi makan-makanan bergizi, karena dia mengidap gejala Kwashiorkor." Jelas Tom, Dokter pribadi keluarganya. Tom sudah menjadi Dokter kepercayaan keluarga Miller hampir 30 tahun.   "Kwashiorkor?"   "Kwashiorkor adalah gejala penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan energi dalam tubuh. Dan jika gejala ini tidak ditangani dengan segera, maka ada kemungkinan Nona ini akan menderita penyakit komplikasi yang menjalar pada kematian." tambah Tom memberikan penjelasan kepada Juan.   Juan menghela nafas gusar, ada rasa tidak senang yang menjalar dalam hatinya ketika mengetahui gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Ada apa dengan dirinya? Mengapa dia begitu mengkhawatirnya putri dari musuh besarnya? Dan tadi, kenapa Juan bisa begitu cemas ketika mendapati gadis itu tergelatak lemah di atas lantai?   "Ini sudah saya tuliskan resep obat dan beberapa jenis makanan yang sangat dianjurkan untuk penderita ini." Tom memberikan selembar kertas yang sudah berisikan beberapa coretan resep.   Juan meraih kertas itu dan memberikannya kepada Paige yang berdiri beberapa meter darinya. "Pergilah dan bawakan obat ini segera.." ujar Juan menatap tajam kepada Paige.   Paige mengangguk patuh dan meminta ijin untuk pergi bersama Tom.   ***   Raina mengerjapkan mata, perlahan matanya terbuka dan mencoba membiasakan dengan sinar lampu yang begitu menusuk indra penglihatannya.   Raina kembali memejamkan mata dan memijit pelipis yang terasa nyeri. Di mana dia? Apa Tristan sudah datang menyelamatkannya?   "Kau sudah sadar?" tanya suara berat yang dibumbui dengan aura dingin yang kentara.   Raina membuka matanya dan menoleh ke arah kanan. Ia melihat sosok pria yang mengenakan pakaian serba hitam menjulang tinggi. Pria itu menatap Raina dengan tatapan tajam tepat dimanik mata Raina. Apa dia pria kejam itu? "Apa kau melupakan apa itu fungsi mulut?" tanya Juan tajam. Rahangnya mengatup menandakan pria itu sedang marah. Dia membenci siapa pun yang mengacuhkan dirinya apalagi disaat dia bertanya.   "Apa kau tidak bisa memberikan ku pertanyaan yang lebih bermutu? Kau bisa lihat kalau saat ini mataku terbuka dan itu artinya aku sudah sadar!" Jawab Raina yang tak mau kalah, dia membalas menatap Juan dengan tajam.   Bruk.   Juan meraih tangan Raina dan menyeretnya hingga terjatuh dari atas ranjang. Juan berjongkok dan meraih dagu Raina, dia meremas dagu rapuh itu dengan keras matanya yang tajam menatap seperti ingin membunuh Raina.   "Coba ulangi apa yang baru saja keluar dari bibir jalangmu itu!!" desis Juan tajam.   Raina meringis kesakitan, matanya memanas akibat dagunya yang dicengkeram Juan dengan kuat.   "Ma...maaf.."   "Kali ini aku memaafkanmu tapi tidak dengan lain kali. Makan dan minum obatmu." ujar Juan melangkah pergi meninggalkan Raina yang menangis terisak. Juan meraih pistolnya dan mengarahkan pada keempat Agen-nya yang telah melakukan kesalahan besar.   Dor..Dor..Dor..Dor   Juan menatap puas ke arah keempat tubuh Agen-nya yang limbung bersimpuh darah. Kali ini Juan memberikan keringanan kepada keempat Agen-nya untuk bisa mati secara cepat, tampa perlu merasakan apa itu arti kesakitan menunggu malaikat maut mencabut nyawa.   "Paige siapkan semuanya, nanti malam kita akan membunuh dia yang telah berani menipuku." Ujar Juan memerintah Paige yang berdiri beberapa meter di depannya.   Juan menatap lurus ke depan, mengeram kesal ketika mengingat kalau dia baru saja dipermainkan oleh Jay, mafia asal Inggris.   Jay telah menipu Juan dengan memberikan Dollar palsu saat transaksi tadi, dan bodohnya Agen yang bertugas memastikan keaslian dan kelancaran transaksi tadi malah melakukan kebodohan yang begitu merugikan Juan. Jay telah membawa kabur 5000 butir NZT-50 dan 20 buah pistol Cornershoot miliknya.   "Baik Tuan." ujar Paige patuh.   Paige   melangkah    mundur   dan   berbalik   ingin   pergi.    "Apa sudah ada info keberadaan Tristan Jamaika?" tanya Juan. "Belum Tuan, tapi saya sudah mengirimkan beberapa email dan surat ancaman tentang keberadaan putri tunggalnya kepada Tuan Tristan Jamaika" Jelas Paige.   Juan mengangguk mengerti. Lalu mengibaskan tangannya menyuruh Paige pergi.   Sebentar lagi, Juan akan bisa melenyapkan Tristan Jamaika dengan kedua tangannya.   ***   Raina bangun dari rebahan, tubuhnya terasa sudah lebih membaik dari pada kemarin. Dia melangkahkan kaki keluar dari kamar yang bernuansa serba putih dan hitam. Kamar itu benar-benar mencerminkan kalau sang pemilik memiliki kepribadian ganjil.m   Luar biasa. Dua kata itulah yang mewakili perasaan Raina ketika melihat nuansa mansion itu begitu megah, cat hitam dan putih yang di padukan menjadi satu semakin membuat Mansion Juan tampak begitu elegan.   Dinding Mansion di hiasi berbagai macam lukisan ternama dari pelukis ternama di dunia seperti Pablo Picasso.   Pablo Picasso Adalah pelukis asal Spanyol, penganut aliran Cubist modern. Hasil karyanya telah diakui oleh dunia sebagai hasil karya yang tidak ada duanya. Tiap goresan kuasnya selalu dapat membuat kagum banyak orang. Hasil karyanya tersebut juga memiliki nilai yang sangat tinggi. Dan see pria pemarah itu memiliki dua dari beberapa karya Pablo.   Bahkan Raina semakin menganga ketika melihat lukisan karya dari pelukis favoritnya Leonardo De Vinci juga tertempel di dinding Mansion Juan.   Raina memang memiliki jiwa seni yang tinggi, maka dari itu tak heran dia bisa mengetahui nama pelukis dari lukisan-lukisan yang dia lihat.   Mata Raina menyipit dan perlahan kakinya melangkah mendekati ke arah DVD modern itu, di sana terdapat beberapa kaset. Dengan sedikit berhati-hati dia menghidupkan kaset yang menurutnya memiliki senandung indah. Saat musik mulai terdengar, perlahan tubuh Raina ikut bergerak menikmati alunan musik yang berputar. Pinggulnya dia gerakkan dengan begitu indah.   karena begitu terbuai dengan alunan dan tariannya, Raina tidak menyadari bahwa ada sepasang mata tajam yang mengamati tubuh moleknya.   ***   Juan melangkah masuk ke dalam Mansion nya. Tubuhnya terasa lelah, dan dia benar-benar butuh tidur saat ini.   Namun baru beberapa langkah dia memasuki Mansion, telinganya sudah mendengar suara alunan musik Jaz lama. Kakinya melangkah mencari sumber suara itu sampai di mana dia berhenti karena melihat sosok gadis mungil yang sedang melenggokkan tubuhnya dengan santai.   Matanya menatap tajam tubuh Raina, jakunnya naik turun dan di bawah sana bergerak begitu saja tanpa bisa dia cegah.   Bagaimana bisa dia bernafsu dengan gadis yang notabenya adalah anak dari musuh besarnya. Ini tidak benar, dia tidak bisa bermain perasaan saat ini. Sebelum dendamnya terbalas.   "Apa yang kau lakukan di sini!?!" tanya Juan tajam yang sudah mematikan DVD miliknya.   Gerakan tubuh Raina perlahan berhenti bergerak karena mendengar suara yang menyerupai petir. Perlahan Raina menoleh dan tercengir garing. Dia akan menaklukkan si Tuan pemarah ini dengan caranya yang sering dia gunakan untuk menaklukkan hati Tristan.   "Kau sudah pulang?" tanya Raina polos, dia melangkahkan kaki jenjangnya dengan santai. Dia berjinjit untuk bisa mencium pipi kanan Juan.   Juan mengerutkan keningnya ketika melihat tingkah aneh dari Raina, sementara saat ini Raina hanya bisa menunduk dengan pipi bersemu merah. Ini adalah ciuman pertamanya dengan lelaki selain ayahnya.   Bruk    "aw.." Raina meringis kesakitan ketika lagi dan lagi Juan mendorong tubuhnya hingga tersungkur jatuh ke lantai. Matanya menatap Juan dengan tatapan mata yang siap menangis. Dia persis seperti gadis kecil yang dimarahi ayahnya. "kenapa kau mendorongku?" tanya Raina tercekat ketika Juan menunduk dan mendekatkan wajahnya ke wajah Raina.   Nafas Juan terasa begitu hangat menerpa wajahnya, aroma mint yang berpadu dengan aroma kopi membuat Raina merinding.   "Jangan pernah coba-coba tangan kotormu itu menyentuh diriku." ujar Juan dingin. "Dan ini terakhir kali aku melihatmu menyentuh barang-barangku." Tambah Juan sebelum pergi meninggalkan Raina yang terdiam   ***   Tristan menyesap kopinya dengan perlahan, pikirannya berkecamuk membayangkan nasib putrinya yang saat ini berada ditangan Juan Miller, putra dari musuh besarnya.   Bayangan Raina yang terbaring lemah masih terputar indah dalam benaknya. Juan benar-benar telah menantang Tristan dengan mengirimi video Raina yang terbaring lemah.   Tristan akan membunuh Juan dengan tangannya sendiri jika Juan berani menyakiti Raina sama seperti di mana dia membunuh Sophia demi membalaskan dendamnya kepada Thomas yang telah membunuh Sarah istrinya. Dan entah itu kebuntungan atau petaka, serangan yang Tristan lancarkan kepada Sophia juga terkena kepada Thomas yang juga ikut terbunuh.   "Apa sudah ada cela untuk menyerang Juan Miller?" tanya Tristan pada Fix.   Fix adalah pria berusia tiga puluhan, Fix sudah mengabdikan diri kepadanya sejak 10 tahun lalu.   "Belum Tuan," jawab Fix. "Juan seolah sudah merencanakan semuanya dengan matang, dia tidak membiarkan kita memiliki celah sedikit pun untuk menyelamatkan Nona muda." lanjut Fix menjawab pertanyaan Tristan.   Tristan diam. Apa yang harus dia lakukan saat ini? Apa dia harus menyerah dan membiarkan Juan menguasai dirinya? TIDAK! Juan adalah duplikat dari Thomas yang berhati picik.   "Tetap intai mereka dan siapkan seluruh senjata terbaik kita." perintah Tristan. Dia harus menyiapkan senjata, mengingat perseteruan mereka kali ini akan memakan korban banyak.   Dan tidak tanggung-tanggung Tristan merancang sendiri senjata miliknya yang bernama RiaJam230, senjata yang memiliki kecepatan menembak hingga 200 km/jam. Senjata itu dilengkapi dengan peluru api yang mematikan dan bahkan senjata ini adalah senjata otomatis yang hanya akan membunuh semua musuh yang datanya sudah dia masukkan sebagai cip di dalam senjatanya. Tristan juga menyiapkan beberapa mobil sport anti peluru dan jaket anti peluru. Dia benar-benar sudah menyiapkan semuanya dengan matang dan itu demi putrinya-Raina.   *** #tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD