Episode 2

556 Words
Author Pov             Menunggu yang tak pasti itu sangatlah menyakitkan...           Seperti biasanya, sore itu Aisyah baru selesai mengajar. Ia akan segera pulang karena tadi Umi nya meminta dia untuk langsung pulang ke rumah. Entah akan ada tamu siapa.           “Selamat sore, Bu Ais,” sapaan itu menghentikan langkah Aisyah.           “Selamat sore, Pak Dimas.”           “Mau pulang?” tanya Dimas yang merupakan sesama guru.           “Iya Pak, saya pulang lebih dulu ya Pak, Assalamu’alaikum.” Aisyah bergegas pergi meninggalkan Dimas yang masih terpaku di tempatnya menatap kepergian Aisyah. Aisyah menaiki motor matic nya dan meninggalkan area sekolah.           Setiap hari rutinitas Aisyah begini, mengajar dengan menggunakan motor maticnya. Saat malam setelah adzan magrib, dia akan mengajar mengaji anak-anak di mesjid yang di bangun oleh keluarganya.           Tampak jenuh dan sederhana aktivitas sehari-harinya, tetapi bukan berarti Aisyah tidak memiliki teman perempuan atau laki-laki. Ia memiliki dua orang sahabat dari sejak mereka sekolah. Dan untuk teman laki-laki, Aisyah memang tidak memilikinya. Ia menjaga jarak dari laki-laki karena sebuah janji yang membuat dirinya tidak bisa menjalin hubungan serius dengan pria lain.           Aisyah adalah gadis yang keras kepala dengan pendiriannya yang kuat. Selain memiliki hati yang tulus dan baik, ia juga mudah menaruh kepercayaan pada seseorang. Ia menghormati sebuah janji dan tak akan pernah ia ingkari sampai kapanpun juga.           Itulah yang menjadi alasan Aisyah saat ini. Ia memilih tidak menerima lamaran dari beberapa pria karena sebuah janji pada seseorang. Seseorang yang saat ini entah bagaimana keadaannya dan ada dimana. ***           “Assalamu’alaikum,” seru Aisyah memasuki rumahnya seraya menyimpan helm yang tadi ia gunakan.           “Wa’alaikumsalam.” Amierra tersenyum menyambut kedatangan putrinya.           “Tamu nya sudah datang?” tanya Aisyah.           “Sebentar lagi tiba, sekarang pergilah mandi dan bersiaplah,” ucap Amierra.           “Baiklah.”           ---           Aisyah keluar dari kamarnya saat mendengar suara ribut di depan. Ia berjalan menuju ruang tamu dan ternyata tamu yang di tunggu Umi nya telah datang.           “Aisyah, kemarilah,” seru Amierra membuat Aisyah tersenyum dan menyalami para tamu.           “Asalamu’alaikum Tante, Om,” sapa Aisyah.           “Wa’alaikumsalam cantik,” seru Tante tersebut.           Aisyah mengambil duduk di samping Amierra tepat di hadapan mereka.           “Ais, ini Tante Kamila dan Om Ali. Tante Kamila ini sahabat Umi dari sejak sekolah,” seru Amierra.           Aisyah tersenyum sopan kepada mereka. “Dan ini putra kami, Raihan Ahmad Zacklari.” seru Milla memperkenalkan anaknya.           “Gak nyangka anakmu begitu tampan,” kekeh Amierra.           “Abi, kenapa aku punya firasat tidak enak yah dengan pertemuan ini?” bisik Aisyah kepada Djavier yang duduk di sampingnya.           “Kita lihat saja apa yang sudah di rencanakan oleh Umi mu,” jawab Djavier dengan senyumannya yang penuh makna nan misterius.           “Ais sayang, begini lho. Sebenarnya Umi dan Tante Kamila itu sepakat ingin mempererat hubungan silaturahmi ini,” ucap Amierra.           “Iya, lalu?” tanya Aisyah.           “Menurut kamu, Raihan itu bagaimana?” tanya Amierra tersenyum penuh arti dan mata Aisyah langsung tertuju pada pria tampan yang duduk di sofa single dengan setelan casual nan santai. Terlihat masih sangat muda.           “Tapi, Umi?”           “Aisyah sayang, kami tidak akan memaksa. Kami hanya ingin kalian cobalah saling mengenal dulu satu sama lain. Ta’aruf begitu lho istilahnya, bagaimana?” ucap Milla dengan senyum bahagianya.           “Tante, tapi...” Aisyah kembali melirik ke arah Raihan yang duduk diam tanpa ekspresi.           “Raihan ini seorang Chef di salah satu restaurant bintang 6 di Jakarta. Dan ia juga memiliki usaha kuliner. Walau usianya masih 27 tahun, tetapi dia sudah menyiapkan segalanya untuk masa depannya kelak,” ucap Amierra tampak antusias menceritakan sosok kandidat calon menantunya itu.           “27 tahun?” pekik Aisyah tanpa sadar. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD