4. Zhidian dan Ailee

1537 Words
Tujuh tahun kemudian... “Zhidian!” Zhi abai pada panggilan barusan. Dia masih memejamkan mata dalam posisi duduk bersandar di pohon kersen. “Zhidian Kingston! Aku menantangmu!” Zhi tidak perlu menoleh untuk mengetahui pemilik suara ini adalah Ailee. Gadis itu tidak juga menyerah untuk mengalahkannya bahkan setelah tujuh tahun mengalami kekalahan. “Jangan pura-pura tidak dengar, Zhi! Cepat turun, dan lawan aku!” Zhi menghela napas, akhirnya membuka mata dan menatap sosok gadis keras kepala di bawah pohon. Ailee memiliki rambut pendek berwarna cokelat gelap yang diikat model ekor kuda. Netra biru langitnya masih berkilauan penuh semangat sekalipun tak pernah mampu menang melawan Zhi. Selain bertambah tinggi, hal yang berubah dari fisiknya hanyalah bukit kembar yang kini agak membesar. Beberapa tahun lagi, dia akan menjelma menjadi gadis cantik dengan bentuk tubuh ideal. Itupun jika pemilik tubuh pandai merawatnya; karena Zhi tahu Ailee lebih sering merawat pedang daripada diri sendiri. “Sudah siap kalah lagi?” tanya Zhi dengan seringai kecil. Ailee merasa kesal setengah mati dengan ejekan Zhi, tapi seringai kecil pemuda itu malah membuatnya berdebar. Bagaimana bisa ada pemuda yang terlihat tampan ketika dia menyeringai? Sialnya, dia malah berharap Zhi sering-sering mengejeknya demi terus melihat seringai itu. Dia pasti sudah tidak waras. “Kali ini, aku... aku yang akan mengalahkanmu!” Tanpa menunggu Zhi turun dari pohon, Ailee terbang dengan bantuan kekuatan anginnya dan hendak menendang pemuda yang duduk santai di dahan pohon. Sayangnya, Zhi lebih dulu turun dari pohon dan mendarat dengan mulus di rerumputan halaman depan rumah. Ailee pun kembali turun dan menyerang Zhi dengan pedangnya. Zhi tertawa pelan dan singkat. Dia dengan mudah menepis serangan Ailee. Dari dulu gadis itu selalu agresif dan tidak sabaran. Serangannya memiliki banyak celah, dan Zhi sudah menghapal semua gerakannya. Ailee tidak menyerah meski pihak lain selalu berhasil menepis serangannya. Kali ini dia sedikit menambahkan kemampuan angin untuk meringankan tubuh dan bergerak dengan cepat. Zhi tersenyum kecil karena usaha Ailee. Kesal dipermainkan, Ailee membentak, “Jangan hanya menghindar! Hadapi aku, Zhi!” Tak! Zhi menjitak kening gadis itu. “Auh!” ringis Ailee sembari mengusap dahinya. Masih tidak mau menyerah, Ailee kembali menyerang Zhi yang tanpa s*****a. Kali ini dia menggunakan kekuatan angin pula untuk meninju lawannya. Zhi segera membuat perisai es untuk menghalau tinju angin Ailee. Untuk menyenangkan gadis keras kepala itu, dia menunjukkan teknik barunya dengan membuat es di sekitar tempat Ailee berdiri, kemudian dia berseluncur di atasnya, mengitari Ailee, hanya untuk kemudian menjitak kembali kening gadis itu. Bisa-bisanya Ailee terpukau dengan pergerakan cepat Zhi yang mengelilinginya. Dia sangat menyukai cara rambut Zhi bergerak tertiup angin. Menyukai tatapan arogan si netra sehitam obsidian itu saat pamer kemampuan barunya. Sampai dia lupa berkedip, dan tak sadar telah dijitak lagi oleh lawannya. “Zhidian!” teriak Ailee sembari mengusap keningnya yang sakit. Ailee bergerak pula di atas es buatan Zhi, tapi karena licin dan tidak bisa menjaga keseimbangan, dia malah hampir terjatuh. Ailee memutuskan sedikit terbang di atas es. Gadis kecil itu tidak lupa menggerakkan pedang untuk menyerang Zhi. Dari jauh, keduanya malah terlihat seperti sedang menari di atas es. “Aku bosan. Apa kau tidak punya teknik lainnya, Ai?” Ailee menahan kesal, lalu memasukkan pedang ke sarung di pinggang. “Tentu saja ada.” Sebelah alis Zhi terangkat, tampak penasaran. “Tapi aku tidak ingin melakukannya karena akan menyakitimu.” Zhi tertawa pelan. “Aku ingin melihatnya.” Ailee sedikit menggigit bibir bawahnya. “Tapi ini belum sempurna. Aku hanya mempelajarinya secara otodidak.” “Ayolah, kau ingin menunjukkannya atau tidak?” Ailee berdecak sebal. “Lihat baik-baik.” Zhi memerhatikan Ailee yang memejamkan mata dan tampak sangat fokus. Kemudian dia melihat rambut pendek gadis itu sedikit naik karena udara berkumpul di sekitarnya. Tidak berapa lama, Zhi merasa sesak seolah udara di sekitarnya ditarik pergi. Secara spontan, dia yang hampir sulit bernapas itu menggerakkan tangannya dan menyerang Ailee. Karena tidak fokus menyerang, Zhi malah menciptakan gunung es, dengan bagian belakang baju Ailee tersangkut di ujung runcing puncak gunung es. Ailee akhirnya membuka mata, dan sangat syok setelahnya. Amarah pun mencapai ubun-ubun. “Zhidian berengsek! Turunkan aku!” Zhi mula-mula melakukan respirasi dengan normal, kemudian mencairkan esnya. Dia segera menangkap Ailee yang jatuh. “Maaf. Kau terluka?” Ailee yang hendak marah malah jadi terdiam karena ekspresi khawatir Zhi. “Kau pikir siapa aku? Mana mungkin aku terluka dengan serangan lemahmu itu.” Zhi tertawa pelan, kemudian menjitak pelan kening Ailee. “Gadis konyol.” “Si-siapa yang kau panggil konyol?! Hei! Kembali kau, Zhi! Aku belum selesai denganmu! Aku masih belum sepenuhnya menunjukkan teknik baru itu.” “Jangan pakai jurus itu kecuali terdesak.” “Kenapa?” “Rambutmu sedikit terpotong karena kau memaksa menyerap mana alam.” Ailee memerhatikan rambutnya yang memang sedikit terpotong. “Apa itu berbahaya?” “Ya. Untungnya hanya rambut. Bagaimana kalau lehermu?” Ailee seketika memegang lehernya. “Kau bohong, kan?” Zhi abai. Dia meneruskan langkah menuju kediaman utama. “Zhidian!” teriak Ailee, segera menyusul Zhi. “Katakan, kalau kau hanya iri dengan teknik baruku, kan?” Zhi terdiam di ambang pintu rumah saat mendengar perbincangan serius dua penjaga. Ailee ikut-ikutan diam melihat perubahan ekspresi Zhi. “Ceritakan lagi,” kata Zhi. Salah satu penjaga menelan ludah karena tatapan tajam Zhi. “Itu, Tuan Muda, Nona Elfa diculik.” “Bagaimana bisa diculik? Bukankah Elfa bersama Nyonya Anne?” tanya Ailee. “Ya, tadinya mereka ke pasar bersama untuk membeli perlengkapan pesta kejutan ulang tahun Tuan Muda, tapi...” Penjaga segera menutup mulutnya saat melirik ada Zhi di sana. Zhi akhirnya mengerti kenapa Elfa yang biasanya tidak pernah mau berpisah dengannya malah pergi ke pasar dengan ibunya hari ini. Semua itu demi pesta kejutan ulangtahunnya. “Tapi apa?” tanya Ailee. “Tapi tiba-tiba ada kerusuhan di pasar, kemudian Nyonya dan Nona Muda terpisah.” “Bagaimana perkembangan pencarian?” tanya Zhi. “Para penculik meminta pertukaran sandera.” Saat rekannya ingin menjelaskan lebih lanjut, penjaga yang lain menyenggol lengannya pelan. Zhi menyeringai. “Apa karena aku anak kecil, kau tidak mau menjelaskannya?” Penjaga menelan ludah karena tatapan dingin Zhi. “Bu-bukan begitu, Tuan Muda.” “Kalau begitu, jelaskan.” “Para penculik ingin menukar Nona Muda dengan anggota para pemberontak yang ditangkap Tuan Elgar beberapa bulan lalu.” “Hasilnya?” “Malam ini mereka akan melakukan pertukaran sandera di Hutan Kabut.” “Kapan tepatnya?” tanya Ailee pula. “Sekitar pukul sepuluh, Nona.” Zhi mengernyit. Hutan Kabut berada di antara Distrik 004 dan Distrik 005. Elfa diculik di Distrik 002, tapi dibawa sampai Distrik 005, hanya untuk pertukaran sandera? Jelas, ini tidak sesederhana yang terlihat. Mungkin wilayah itu telah dikuasai oleh para penculik. Mungkin juga di sanalah markas mereka. Mungkin banyak pula jebakan di sana. Entah pertukaran akan berhasil atau tidak, pihak penculik sudah selangkah lebih jauh untuk menyiapkan rencana. Mungkin juga, mereka tidak hanya menginginkan pertukaran, melainkan nyawa seseorang yang hadir dalam pertukaran itu. “Mau ke mana, Zhi?” tanya Ailee ketika Zhi malah menaiki kuda prajurit. “Menyelamatkan Elfa.” Ailee menahan tali kekang kuda yang dinaiki Zhi. “Jangan gegabah. Ayah sudah menangani kasus ini. Kita tunggu saja hasilnya.” “Aku tidak bisa diam saja saat Elfa dalam bahaya.” “Kalau begitu, aku ikut.” Setelah berpikir singkat, Zhi menyeringai, lantas menarik tali yang ditahan Ailee. “Jika kau bisa.” Tanpa buang waktu, Zhi segera memacu kudanya. Ailee tertegun sejenak, lalu mengambil kuda lain milik penjaga. “Dasar Zhi tidak peka! Aku, kan, mau satu kuda dengannya,” gerutunya sembari menaikkan kecepatan lari kuda untuk menyusul Zhi. *** Hutan Kabut, sesuai namanya, selalu berkabut tidak peduli dalam musim apa. Banyak jenis pohon di sini, tapi pohon pinus yang mendominasi. Pohon-pohon itu berjejer rapi seolah menyambut tamu yang datang. Zhi telah meletakkan kudanya cukup jauh dari lokasi pertukaran sandera. Dia berjalan bersama Ailee dalam gelap malam. Mereka datang setengah jam sebelum terjadi pertukaran, untuk mengamati situasi. Seperti dugaan Zhi, banyak jebakan yang telah dipasang di sekitar hutan. Sekalipun tidak bisa menemukan jenis jebakan apa, tapi dia bisa merasakan penggunaan mana yang cukup banyak di hutan ini. “Apa tidak sebaiknya kita bergabung dengan ayah, Zhi?” tanya Ailee dengan suara berbisik. “Kalau ayahmu tahu, kita akan disuruh pulang.” “Kenapa kita tidak menyerahkan masalah ini kepada ayahku saja?” “Karena para penculik sudah mengantisipasi kedatangan ayahmu.” “Jadi maksudnya, mereka sudah menyiapan rencana untuk melukai ayah dan bawahannya?” “Benar!” “Kalau begitu, kita harus memberi tahu ayah untuk berhati-hati.” “Tanpa kau bilang pun, ayahmu sudah berhati-hati. Yang perlu kita pikirkan, cara menyelamatkan Elfa.” “Karena para penculik tidak mengetahui keberadaan kita, artinya, hanya kita yang bisa menyelamatkan Elfa?” “Benar.” Tiba-tiba terdengar suara burung gagak di langit. Ailee seketika meraih lengan Zhi. “Hemm?” Zhi tersenyum kecil. “Ternyata ada juga yang kau takuti?” Ailee mendesis, lalu memukul pelan lengan Zhi. “Aku tidak takut. Aku hanya terkejut.” Zhi tidak lebih jauh membahas masalah itu, karena dia sudah melihat lokasi pertemuan. Tanpa diduga, pertukaran sudah terjadi di depan sana. Penjaga membohonginya tentang waktu pertukaran sandera. “Mereka sudah saling berhadapan, Zhi,” bisik Ailee. “Bagaimana sekarang?” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD