“Bagaimana pernikahan impianmu?” tanya Alfian tiba-tiba setelah percintaan panas yang baru saja kami lakukan. Kami berdua masih di berbaring di atas sofa dengan tubuh yang telanjang bulat. Tangan Alfian mendekap tubuhku erat, sedangkan aku bersandar di d**a bidangnya. Tanganku yang sedari tadi bermain di d**a Alfian berhenti melakukan hal itu lalu mendongak kepala. “My Wedding’s dream?” Alfian mengangguk. “Kenapa tanya kayak begitu?” tanyaku bingung tiba-tiba menanyakan pernikahan impianku. “Melihat buku nikah kita, menyadarkanku bahwa pernikahan kita cukup sederhana. Ah bukan, Pernikahan kita malah sangat sederhana,” ralat Alfian menatapku dengan sorot mata teduh. “rasanya saat itu, masing-masing dari kita bahkan tidak menginginkan pernikahan itu terjadi,” ujarnya lirih. Aku ters