Pertemuan

1061 Words
Di sebuah taman tempat biasanya mereka bertemu sejak dulu, Yonna dan Alden langsung berpelukkan dan Alden berkata dengan penuh semangat, “Yonna, aku merindukkanmu. Jangan pergi meninggalkan aku lagi seperti kemarin. ” “Hm ... sudah duduk saja dulu, aku tidak ada waktu lagi untuk berlama-lama karena aku sedang ada kerjaan yang harus aku selesaikan.” Yonna rilis pelukkan itu sambil menarik nafas panjang, Alden tersenyum saat melihat wajah kekasihnya yang sangat cantik ini. “Iya baik Yonna, hari ini kau sangat cantik tidak ada yang bisa membedakan dirimu dengan kelompok makanya aku jatuh cinta kepadamu.” Ucap Alden yang berusah untuk mencairkan suasana yang dari tadi sangat menegang. “Hm ... begini Alden, untuk sementara waktu kita berdua untuk tidak berkomunikasi dulu. Jika waktu yang tepat aku akan membicarakannya. Maaf aku memberikan keputusan sendiri yang aku inginkan hanya kau bisa mengerti aku saat ini. ” “Maksudnya bagaimana Yonna? Aku tidak ingin berpisah denganmu, aku tahu Ayahmu tidak pernah mengubah hubungan itu semua aku terima dengan lapang d**a asal aku bisa hidup bersamamu. ” “Iya Alden, sekarang berbeda, kasih kesempatan untuk kita tidak saling berkomunikasi. Jika ada waktu aku akan menghubungimu terlebih dahulu. ” Yonna, katakan sejujurnya. “Tidak bisa Alden, tapi perlu kau tahu aku sangat mencintaimu, berat hati aku mengucapkan ini. Kalau begitu aku akan pergi dan berjanjilah kepadaku untuk tetap menunggu kabar dariku. ” Alden yang masih bingung apa yang telah Yonna katakan kepada Alden dia sampai sekarang tidak tahu apa yang telah terjadi saat Kekasihnya menjauhkan dirinya yang masih mengharapkan kasih sayang. Yonna melangkahkan kakinya dan pergi meninggalkan Alden, teriakkan pria itu sangat kuat, “Yonna !!! apa pun yang terjadi pada dirimu aku akan menerimanya dengan senang hati, asal kau mau hidup berbahagia bersamaku. ” Yonna hanya memandangi wajah Alden dari kejauhan itu, di dalam hati Yonna begitu hancur dia melepaskan pria yang berjuang dari dulu bersamanya, hanya restu yang tidak bisa menyatukan. Alden, maaf aku ... aku tahu ini sangat salah seharusnya aku katakan kepadamu kalau aku sudah memiliki suami, tetapi itu berat aku katakan perasaan cintaku kepadamu begitu besar, jika suatu saat aku telah siap akan aku katakan yang sebenarnya. Ternyata dari kejauhan Dion yang masih menunggu Yonna, “Yonna sudah selesai?” “Sudah Ayo kita pergi.” Dion menghapus air mata yang jatuh di kedua pipi Yonna dan dia berkata “Yonna, jangan bersedih, aku akan membawamu untuk menghabiskan waktu agar suasana hatimu membaik, jangan di pikirkan apapun itu masalahnya. Aku akan selalu berada di sisimu selamanya.” Yonna hanya terdiam tidak berbicara apa pun, dia masih berpikir tentang Alden yang dia tinggalkan itu. Ponsel Dion berdering ternyata Ayah Yonna yang menelepon, “Hallo Ayah, iya Yonna bersamaku mungkin aku dan berlibur untuk beberapa hari. Sampai ketemu hari berikutnya Ayah.” Dion mematikan telepon dan tersenyum memandangi wajah Yonna yang termenung. “Ayolah Yonna, kita mau berlibur bukan untuk bersedih. Tersenyum...” Ucap Dion yang berusaha menghibur Yonna sedang bersedih. Akhirnya Yonna tersenyum dan menggandeng tangan Dion. Pria itu terkejut dan seluruh darahnya seperti berhenti mengalir, dia masih tidak menyangka. Dion mengelus kepala Yonna dengan lembut. “Dion?” “Iya Yonna.” “Hm... kau menikah denganku itu di dasarkan apa? Padahal kita belum mengenal satu sama lain, bukti aku merasakan itu masih belum memiliki perasaan seperti orang yang bahagia. Kau tahu pernikahan kita di dasarkan keterpaksaan saja dari Ayahku.” Dion menjawab denga senyuman manisnya, “Yonna, aku tidak memaksa kau untuk memiliki perasaan itu yang terpenting kau mau berbakti kepada orang tuamu, ya bisa di katakan aku sekarang lagi berusaha menjadi suami yang terbaik, dan berusaha untuk membuat kau lebih memprioritaskan aku.” “Hm... beri aku waktu agar aku bisa melakukannya. Sekarang terima aku apa adanya, dan sebaliknya begitu.” “Iya Baiklah Yonna, kita menikah bukan di dasarkan cinta tetapi di dasarkan perasaan yang terpaksa. Huft... Yonna kita jalani saja dulu jangan menyerah terlebih dulu, aku mengerti perasaan yang kau alami sekarang. Sesampainya mereka di kota Bandung yang sangat sejuk dan indah. Menghirup udara segar begitu sangat tenang dan dia berkata kepada Dion, “Sudah lama sekali aku tidak pernah merasakan ketenang seperti ini, Dion terimakasih sudah mau membawa kau kemari menikmati hari-hari bersama dirimu ini jauh di lubuk hati ini kau memang sudah menunjukkan kepadaku betapa kau tulus. “Aku berusaha untuk melakukannya untukmu jangan pernah berpikir kalau suatu saat nanti apa yang telah terjadi di antar hubungan kita, harapan aku hanya satu kau menjadi dirimu sendiri jangan berubah Yonna. Yonna tersenyum memandangi segelas teh hangat yang telah Dion buat, mereka memandangi pemandangan dari luar kamar. Tidak sadari Yonna mencium pipi Dion, pria itu terdiam dan berusaha tenang. “Dion, apa kau tidak ingin menciumku?” Tanya Yonna yang dari tadi memgang tangan Dion. Dion langsung menciumnya dan dia berkata dengan tenang bagaimana pun semua yang dia lakukan hanya untuk terlihat baik di depan Yonna. Yonna memasangkan wajah manjanya dan dia langsung menarik tangan Dion menuju ranjang yang sangat indah di tata. “Dion, kemarilah.” Tubuh Dion bergetar, tidak tahu dia harus berkata apa yang dia rasakan, “Iya Yonna.” “Dion, malam ini aku menginginkannya.” Yonna yang memakai pakaian transparan perlahan di bukanya agar Dion merasa tertarik ingin meraba lembut tubuh Yonna. Wanita itu mendorong tubuh Dion dan dia mulai melakukan aksinya, dia meraba bagian d**a Dion dan mengecup perut dan d**a bidang Dion. Pria itu semakin bergetar tidak tahu harus mengatakan apa lagi, dia berusaha untuk tidak menampakkan kepada Yonna kalau dia tidak menginginkannya malam ini. Yonna berusaha menggoda Dion dia raih batangan yang masih belum menegang dan di lumat dengan hebat sampai terdengar suara desahan Dion “Ssstthh...” Sampai tidak di sadarinya semua yang di lakukan Yonna telah berhasil, Dion yang sudah merasa gejolak pada dirinya ingin menanamkan batangan di dalam lubang kenikmatan milik istrinya yang sudah terbaring pasrah. Sesampai dia mendapatkannya kegairahan itu. “Ehmm... Dion lakukan saja aku sudah merasa berada di titik kepuasaanya.” Saat batangan itu berulang kali dia mainkan di dalam Lubang kenikmatan, dia baru tersadar dan langsung menarik batangan itu dari lubang, Yonna sangat terkejut dia tidak apa yang ada di pikiran Dion. “Dion! Kenapa?” “Tidak! Aku sangat lelah, sekarang kita beristirahat saja. Besok kita akan mengelilingi kota.” “Tapi... kenapa kau tiba-tiba saja begitu kepadaku.” Ucap Yonna yang masih hasrat ingin melakukan permainan panas itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD