BAB 2.

1025 Words
Mia berhasil selamat dari cengkraman Alex dengan bantuan seseorang dan kembali ke rumahnya dengan jalan terhuyung-huyung. Napasnya tersengal-sengal, dan tubuhnya gemetar akibat dari ketegangan yang baru saja dialaminya. Alpha Nathaniel Anderson atau kerap disapa dengan alpha, adik Mia yang penurut, melihat kakaknya masuk dengan kondisi leher terluka dan wajah yang pucat. Dia melompat dari kursi dan segera menutup pintu dengan rapat setelah kakanya masuk. "Kak, apa yang terjadi?" tanya Alpha panik, matanya penuh kekhawatiran. Mia mencoba menenangkan dirinya sendiri dan juga adiknya. "Alpha, aku baik-baik saja. Hanya sedikit terkejut, itu saja. Tolong jangan terlalu panik seperti itu." "Tapi kak terkejut bagaimana, kamu terluka, bagaimana ini bisa terjadi kak. Ini tidak sedikit, lihatlah lukamu mengeluarkan banyak darah." ujar Alpha, wajahnya pucat. Dia membawa Mia ke sofa dan duduk di sebelahnya. Mia menarik napas dalam-dalam. "Ini bukan sesuatu yang bisa dijelaskan dengan mudah, Alpha." “Tolong ceritakan apa yang terjadi padamu kak?” paksa alpha. Dengan lemah dan sedikit tenaga yang tersisa Mia mulai menceritakan kejadian di kafe tempatnya bekerja siang tadi. Dia menjelaskan bagaimana kecelakaan kecil dengan secangkir kopi telah berubah menjadi momen yang menakutkan ketika Alex memutuskan untuk menghukumnya dengan cara yang tidak manusiawi di tempat tersebut, kafe yang biasanya menjadi tujuan mia untuk mencari nafkah kini telah berubah menjadi tempat yang menyimpan kenangan buruk mia.. Alpha mendengarkan dengan mata membelalak, tidak percaya pada apa yang didengarnya. "Tidak mungkin, kak. Itu seharunya tidak bisa terjadi." Mia mengangguk, tangannya masih gemetar. "Sayangnya, itulah yang terjadi, Alpha. Aku takut dia akan mencariku lagi. Mungkin saja kan dia masih dendam karena aku sudah berani menggigit tangannya." Alpha memandangi kakaknya dengan tatapan penuh kekhawatiran. "Kita harus melaporkan ini kepada polisi, kak ini sudah sangat berlebihan dan keterlaluan." Mia menggelengkan kepala. "Tidak, Alpha. Aku tidak ingin melibatkan polisi. Aku takut akan konsekuensinya. Dia bukan orang sembarangan aku yakin itu" Alpha mengerti ketakutan kakaknya, meskipun hatinya tidak setuju. Dia lebih memilih bangkit dari sofa dan pergi ke kamar mandi, mencari kotak P3K pertolongan pertama. Dia kembali, dengan membawa perban dan antiseptik. "Biarkan aku merawat luka mu ini, kak, jika tidak ini bisa infeksi nanti" kata Alpha dengan tegas. "Kita tidak bisa membiarkannya terus menerus bebas setelah melakukan hal ini kepadamu kak." Mia tersenyum lemah, merasakan kehangatan kasih sayang dari adiknya. "Terima kasih, Alpha. Kamu selalu menjadi penyelamatku. Tapi dia bukanlah orang sembarangan buktinya tidak ada satupun orang yang berani menolongku ketika pria itu hampir saja membunuhku." Sementara itu, di tempat yang berbeda, Alex duduk di mobilnya, mata menatap kosong ke depan. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Mia berhasil melarikan diri. Marah dan frustasi menggebu di dalam dirinya. Ketika Alex melihat bekas gigitan mia di tangannya membuatnya tambah emosi. Dia mengambil ponselnya dan mulai mencoba menelepon van, tetapi tidak ada jawaban. Kemarahannya semakin memuncak. Dia tidak bisa membiarkan Mia menghilang begitu saja. "Kau tidak bisa semudah itu melarikan diri dariku! Mia? Mia Seraphina Natalia nama yang cantik" gumam Alex, suaranya dipenuhi dengan ketegangan. Entah darimana alex tau nama panjang mia. Sepertinya bukan hal yang sulit dan mustahil bagi alex untuk tidak mengetahui hal mudah seperti itu. Saat itu, di rumah Mia, Alpha dengan hati-hati membersihkan luka di leher kakaknya. Mia menahan rasa sakit, menatap Alpha dengan penuh rasa syukur. Mereka adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki satu sama lain, dan saat itulah mereka saling menguatkan. Mia teringat dengan senyum yang terukir dengan jelas di wajah alex ketika berada di kafe terlihat sangat menakutkan. Namun mia tidak tau, di balik senyum Alex yang tampan, tersembunyi rahasia gelap yang hanya sedikit orang yang mengetahuinya. Dan Mia, tanpa sengaja, telah membuka pintu ke dunia gelap itu hanya karena secangkir kopi panas yang tanpa sengaja mia tumpahkan di kemeja putih yang dikenakan alex. Malam itu, suasana di rumah Mia terasa tegang. Alpha terus merawat luka kakaknya dengan cermat, sementara Mia mencoba meredakan ketegangan di dadanya. Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa bersembunyi selamanya. Sesuatu harus dilakukan. Alpha mengangkat kepala dan menatap kakaknya dengan tegas. "Kak, kita harus berpikir dengan hati-hati tentang langkah selanjutnya. Kita tidak bisa membiarkan pria itu bebas berkeliaran begitu saja setelah membuat kakak menjadi seperti ini." Mia mengangguk setuju, matanya penuh dengan tekad. "Kamu benar, Alpha. Kita harus menemukan cara untuk menghentikannya. Tetapi alex bukanlah orang sembarangan, aku pernah mendengar tentang seorang penjahat yang banyak disegani oleh orang bernama alex, tapi aku tidak tau apakah itu alex yang sama atau bukan. Kita harus berhati-hati kita tidak bisa asal bertindak alpha kita hanya rakyat kecil." Mereka berdua duduk di ruang tamu, membentuk rencana kecil untuk menghadapi ancaman yang mengintai. Mereka menyusun rencana dengan hati-hati, mempertimbangkan setiap kemungkinan. Sementara itu, Alex duduk sendirian di mansion mewah miliknya yang berada jauh dari pusat kota, berpikir keras tentang cara untuk menemukan Mia. Wajahnya yang tampan menjadi mengerikan ketika digambarkan dalam kegelapan ruangan yang terang hanya oleh layar laptopnya. Dia mulai mencari-cari informasi tentang Mia, mengumpulkan petunjuk dari jejaring sosial dan internet. Dia tidak akan berhenti sampai dia menemukan jejaknya. Beberapa hari berlalu, Mia dan Alpha terus hidup dalam ketakutan. Mereka berusaha membatasi interaksi dengan dunia luar, berharap agar Alex tidak bisa menemukan mereka. Suatu hari, saat Mia sedang mencoba menenangkan dirinya di taman dekat rumah, dia menyadari bahwa dia tidak bisa melarikan diri dari masalahnya. Dia harus menghadapinya. Rasa trauma itu memang mengerikan tapi hidup harus tetap berjalan. Mia memutuskan untuk mencari bantuan dari seseorang yang dia percaya dapat membantunya, teman lamanya, David. Dia menceritakan segalanya pada David, membagikan rahasia menyeramkan yang ia alami hanya karena secangkir kopi yang telah membuatnya menjadi seorang yang penakut. David mengangguk dengan serius. "Kita harus mencari cara untuk membuat mu melupakan semuanya, Mia. Kita tidak bisa membiarkannya merusak hidupmu seperti ini, dia tidak berhak." Sementara itu, Alpha tetap berada di sisi kakaknya, memberikan dukungan dan kekuatan. Mereka tahu bahwa mereka harus bersatu dan kuat untuk menghadapi bahaya yang mengintai. Di tempat lain, Alex semakin dekat dengan mereka setelah menemukan keberadaan Mia. Dia mengumpulkan petunjuk-petunjuk kecil dan mengikuti jejaknya dengan tekun. Obsesinya semakin memuncak, menguburkan sisi manusiawinya yang tersisa di bawah lapisan gelapnya. Ketika akhirnya Alex mengetahui di mana Mia berada, suasana tegang mencapai puncaknya. Pertarungan antara kegelapan dan cahaya akan segera terjadi, dan nasib Mia bergantung pada kekuatan dan keteguhan hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD