Bab 2

1107 Words
Hujan membahasai tanah yang kering seketika membuat para pelayat lari memilih untuk berteduh kecuali satu orang gadis. Dia sedang duduk berjongkok sambil menangis tiada henti. Bayangkan saja, pria yang dicintainya sudha tiada. Padahal semalam mereka masih bersama. Terkadang Tuhan sangat kejam terhadap mahkluk ciptaannya. Gadis itu memandangi nisan yang bertulis ‘Zack Winter’ Ah Zack, beberapa hari lalu mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Bahkan sempat merayakan hari indha bersama. Zack adalah pribadi yang lembut, makanya dia snagat menyukai pria itu. “Kenapa kau meninggalkanku?” Gadis itu terisak dalam tangisannya di temani derasnya air hujan. Bunyi petir saling bersahutan di tambah gemuruh yang tiada henti. Setelah beberapa menit, hujan pun reda. Para pelayat datang kembali ke pemakaman. Mereka saling kasak kusuk satu sama lain melihat gadis itu enggan bangkit padahal hujan deras. “Apa dia gila? Kenapa harus menagis di depan Zack yang sangat miskin?” Satu dari mereka pun mendekatinya, “Lebih baik nona pulang karena bajumu basah kuyup.” Gadis itu mengusap air matanya. ‘Pulang saja, tinggalkan aku sendirian.” Dia tahu kalau para tetangga Zack snagat tak suka dengan pemuda tersebut. Karena ajakan itu tak di terima, para pelayan pun memilih pergi meninggalakan gadis itu. Belum sempat melangkah, cahaya abu-abu melesat tepat di kuburan milik Zach. Sontak ada suara seperti bom yang meledak. Mereka pun panik sampai hingga lari kocar-kacir. Sedangkan gadis itu terpental semeter dari makam milik Zack. Asam mengepul tebal sehingga menghalangi pemandangan gadis itu. Para pelayan yang masih berada di sana pun langsung membantunya untuk berdiri, dibawa menjauh drai tempat itu. “Apakah nona baik-baik saja?” tanya salah stau dari mereka. ‘Aku baik, tapi makam Zach.” Dia pu terisak kembali. Tiba-tiba peti mati milik Zack langsung keluar dari tanah. Semua orang yang ada di sana histeris melihat kejadian itu. mereka pun memilih lari meninggalkan agdis tersebut sendirian. Gadis itu pun mulai mendekati peti mati. “Zack,” pamggilnya dengan lembut. Pintu peti mati bergeser, lalu melayang di udara. Zack keluar sambil mengibaskan tangannya berulang kali. “Zack!” panggil gadis itu dengan senang, lalu memeluk Zack begitu erat. “Aku tahu kau akan kembali.” “Siapa kau?” tanya Zack sambil melepaskan pelukan itu. “Aku tak mengenalmu. Kau snagat tidka sopan.” “Aku Liana, Liana Robinson, kekasihmu.” Lina menyentuh kedua tangan Zack smabil tersenyum penuh hangat. “Terimakasih, kau kembali. Aku bahagia.” ‘Dasar manusia aneh. Aku Naga Ares. Apakah dia tak takut padaku.” Naga Ares tak suka disentuh oleh manusia. Lantas dia melepaskan tangan Liana dengan kasar. “Aku tak mengenalmu. Sebaiknya kau menjauh dariku.” Dia berjalan meninggalkan gadis itu sendirian. “Kita sepasang kekasih, Zack. Kau pasti lupa ingatan karena kecelakaan itu.” Liana berusaha meraih tangan Zack, tapi di tepis dengan cepat. “Aku bukan Zack. Aku adalah Naga Ares!” zack tak memperdulikan Liana yang etrus memanggil namanya. Pria itu terus berjalan eklaur makam sambil memandang birinya langit. Kalau dipikir, Amerta adalah pria baik yang selalu merawatnya. Bagaimana bisa dia berakhir menjadi penghianat? Zack sebagai Naga Ares tak mengetahui isi dari otak pria tersebut. Padahal mereka selalu bersama dan bahkan mereka sangat dekat. “Inikah rasanya dihianati?” Mengingat keseharian mereka, membuat wajah Zack seperti lumpur yang sangat kotor. Liana ynag melihat Zack dari jauh langsung mendekatinya, “Kita pulang sekarang, aku tahu kau butuh istirahat.” Dia gadis yang sangat sabar dan sangat mencintai Zack. Terlihat jelas ingatan mereka terlintas dikepalanya. Sangta menyakitkan dan menggunggu. “Apakah kau baik-baik saja?’ tanya Liana begitu khawatir sebab wajah Zack sangat pucat pasi, layaknya mayat hidup. Zack hanya diam saja karena tak kuasa berbicara sebab rasa sakit yang dideranya. Pria itu hanya menurut ketika Liana memabwanya amsuk ke dalam mobil. Setelah mereka pergi, seorang pria muncul dari balik pohon besar. Dia terlihat menahan amarah sambil memukul pohon beberapa kali. “Kenapa dia tak mati?” geramnnya tertahan sambil terus mengumpa dengan kesal. Usaha yang direncanakan sangat matang dan mulus sudah berjalan dengan baik. Akan tetapi, Zack si penghalang itu malah hidup kembali. “Tuhan menghidupkannya kembali, maka aku akan membunuhnya sekali lagi.” Dia adalah Petra, seorang eksukutif muda yang sangat mencintai Liana. Kecemburuan pada Zack membuatnya melakukan tindakan kriminal, yaitu merencanakan pembunuhan pria itu dengan mulus seperti kecelakaan. Petra kesal ketika Liana lebih memilih Zack ketimbang dirinya yang sangat kaya. Zack yang miskin hanya menjadi penghalang bagi gadis tersebut. Untuk itu, ia berusaha keras memisahkan mereka dengan banyak cara. Termasuk merencanakan pembunuhan. Tidak ingin menunda waktu, Petra langsung mengirim pesan singkat kepada seseorang untuk meluncurkan aksinya kembali. “Kali ini, kau harus mati!” Petra pergi meninggalkan tempat itu dengan wajah gelap gulita karena semua rencananya gagal. Sebenarnya dia tadi ingin menghivur Liana, tapi karena melihat fenomena aneh niatnya diurungkan dan lebih mengamati dari jauh. Meninggalkan Petra yang dilanda emosi, beralih ke Planet Aques. Justin yang sedang diseret oleh beberapa pemberontak menuju ke lembah pendosa. Tubunya sangat lemas sehingga hanya bisa pasrah saja. Dari sekian perjuangan yang dilakukan, kenapa harus berakhir menyedihkan. Lembah pendosa adalah tempat terkutuk bagi penduduk Planet Aques, dimana seorang pengkhianat harus masuk ke dalamnya. Dan sekarang dia dicap sebagai pengkianat. Sungguh Ironis dan penuh drama. Andai saja Ares tak mati, pasti dewa masih berpihak padanya. Di samping itu pula, semua karena Amerta yang telah memberikan racun kepada naga pelindung itu. Awalnya Justin curiga, tapi buru-buru ditepisnya sebab mereka sudah sangat kenal lama dan dekat. “Dasar penghianat,” gumanya lirih. Dua pemberontak itu terus menyeret Justin hingga sampai ke tepi jurang. Ketika hendak di lempar, dua bola api menyerang mereka bersamaan. Sontak keduanya terlemoar begitu jauh membuat Justin hendak terjun bebas ke lembah. Beruntung sekali Steve dengan sigap langsung meraih tubuhnya. “Bodoh! Apakah kau akan berakhir mengenaskan.” Wajah Justin tersenyum lemah, “Ares sudah tiada, tak ada gunanya lagi aku hidup.” Meskipun dia sering bertengkar dengan Ares, tapi kedekatan mereka layaknya saudara. Diantara kelima raja, yang paling dekat dengan naga itu adalah Justin. “Ares tak akan mati dengan mudah. Kau terlalu berpikir negatif.” Steve memapah Justin mereka duduk dibawah pohon besar untuk istirahat. “Untuk sementara waktu, kita harus meninggalkan planet ini.” Steve merasa mereka harus bersembunyi untuk membangun kekuatan kembali. “Kita tak boleh membiarkan pria bertopeng itu menguasai Palnet Aques.” Di saat seperti ini, kenapa Steve berpikiran bijak? Justin terlalu malu dengan situasinya saat ini. Malu sampai tak bisa berkata apa-apa. “Kau emang benar, kita harus sembunyi untuk membangun kekuatan.” Api besar keluar dari tangan Steve menyelimuti mereka berdua. Sontak ketika api padam, kedua pria itu hilang entah kemana.  Mereka benar-benar meninggalkan Planet Aques tanpa menyadari sesuatu yang besar akan terjadi. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD