Part 4

1110 Words
"Apartemen dan kantor itu adalah milikku, Amoura."     Aku menatap pria yang berdiri munggungiku. Apa yang baru saja pria itu katakan? Apartemen dan kantor raksasa itu adalah miliknya? Mi-lik-nya? Go to the hell Amoura!! Kau berurusan dengan orang yang sangat sangat salah. "Ya tuhan."      Gumamku seraya menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Tamat sudah riwayatku dan aku sepertinya harus siap mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan normalku. "Ada apa?" "Apa maumu?"    Tanyaku seraya menatap mata biru yang selalu membuatku nyaris melupakan siapa k*****t berwajah tampan dihadapanku. "Tinggal disini selama Apartementmu di Renovasi dan kau harus bekerja sebagai Asistenku!"      Aku mengerutkan keningku tidak suka dengan ucapan Revan yang terkesan memerintah. "Asisten?" "Ya Asisten pribadiku, kau harus menyiapkan segela kebutuhanku, membantuku menyelesaikan pkerjaanku dan menemaniku menemui rekan bisnisku!"       Dia menyeringai dan aku taju lusinan rencana licik sudah tersusun rapih diotaknya. "Kau tidak sedang merancanakan sesuatu bukan?" Tentu saja, bodoh!   Dia mengedikkan bahunya sebelum melangkah menuju pintu. Tepat saat ia memegang gagang emas itu ia berbalik dan menatapku dengan tajam. "Makan buburmu aku ada urusan."    Selain b******k berotak c***l ia juga sangat sangat kasar  memperlakukan wanita. Aku sama sekali tidak pernah berharap banyak dengan pria sepertinya. Dan sialnya aku lupa menanyakan siapa gerangan orang yang mengganti pakaianku. ***      Aku menggeliat merasakan sentuhan yang begitu lembut dan kehangatan melingkupi pipiku. Aku tidak tau aroma apa yang membuatku nyaman dan betah berlama lama diruangan ini yang jelas aroma itu makin begitu kuat diindra penciumanku. "Sleep well sweet Princess"     Aku mendengarnya namun kedua mataku seolah disirami oleh perekat kuat saat kecupan itu jatuh dikeningku. Mengirimkan getaran  yang bahkan nyaris aku lupakan kehangatannya.     Aku tidak tahu mengapa setiap aku sakit suara dalam nan lembut serta kehangatan ini selalu membayangiku? Entahlah. Mungkin ini karna fantasi liarku semasa SMA dulu. ***     Aku mengerjapkan mata sebelum terduduk saat menyadari aku sedang berada di sarang singa kelaparan yang tidak lain adalah Revan. "Kau sudah bangun?"      Aku menoleh dan mendapati Revan yang menatapku dari pantulan cermin raksasa dikamarnya. He's really damn sexy! Pria itu bahkann hanha mengancing lengan kemeja biru gelapnya. "Aku ingin bekerja."     Ucapku sebelum berdehem pelan menghilangkan suara serakku sehabis bangun dan tatapan tajam itu kembali menghunusku. "Sepertinya kau tidak bisa tinggal diam tanpa bekerja sebentarpun. "    Dia berbalik menatapku makin tajam, aku berdecak pelan sebelum teringat sesuatu. "Aku ingin pulang aku tidak membawa barang barangku." "Tidak perlu, kau bisa mencari apapun disana. Sekarang mandi!"     Dan tanpa perasaan dia meninggalkanku begitu saja, aku bersecak pelan sebelum melompat dari kasur dan melangkah menuju pintu yang Revan maksud "OH. MY. GOD!"      Kau tau apa yang kulihat? Walk in closet yang lebih cocok menjadi Butik mewah di Fifth Avenue . Ini gila! Aku menarik sebuah laci panjang dan mendapati deretan Underwere yang tersusun rapih. Aku lalu mengalihkan perhatianku pada deretan Dress Cantik Setelan Kantor dan beberapa pakaian santai. Aku melirik PriceTag pada T-shirt paling sederhana dan nominalnya sanggup membuatku membuatku Pingsan saat itu juga $100 hanya untuk barang seperti ini? Gila. "Amoura! Cepatlah! kau harus sarapan!" Aku berdecak pelan mendengar suara Revan yang aku yakini berteriak didepan pintu kamarnya. Sebaiknya aku bergegas mandi sebelum Singa itu mengamuk. "s**t!"     Umpatku saat kemewahan lagi lagi menyambutku di kamar mandi. Selera seorang Revan memang tidak bisa dianggap mudah oleh siapapun.          Percayalah aku langsung merindukan Apartement sederhanaku saat membuka pintu kamar milik Revan. Yatuhan aku dan pria ini bagaikan Langit dan Pasir. Bumi bahkan tidak sanggup bersanding dengannya. "Apa kau akan tetap berdiri disana?"   Aku menoleh dan mendapati Revan sedang menikmati secangkir kopi dan roti bakar dengan aroma yang begitu menggoda diasana. Ia bahkan sempat menatapku dari kaki hingga ujung rambut "Kemari!"     Aku melangkah pelan mengikuti perintah Revan untuk duduk dihadapannya. Aku lalu menatap hidangan yang sepertinya ditujukan padaku Jus wortel dan bubur ayam dan beberapa potong buah. "Ayo makan, aku tidak mau melihat kau mual saat disekitarku! "     Aku mendengus kesal sebelum meminum air putih kemudian menyantap sarapanku. "Karna kau sangat ingin bekerja kau akan ikut kekantor  denganku, aku akan mengirimkan jadwalku lewat e-mail. Oh yah, mana ponselmu?" "Aku tidak punya."     Gumamku, aku sempat mlihatnya ingin protes namun ia hanya kembali merapatkan bibir panasnya. "Kalau begitu cepat selesaikan sarapanmu."     Iya tuan tukang perintah, aku tidak tahu jika ia benar benar secerewet ini.       Harus kuakui gedung ini benar benar mewah dengan penjagaan super ketat melihat belasan pria berbadan kekar bersetelan serba hitam. "Amoura?" "Ya?"     Revan mengerutkan keningnya saat sekali lagi menatapku dari kepala hingga ujung kaki. Apa ada yang salah? Aku hanya mengenakan Dress polkadot selutut berwarna merah marun yang ditutupi Blazer hitam lengan panjang yang senada dengan sepatuku. Aku bahkan hanya menggulung rambut coklatku asal asalan. Dan tentu saja tanpa polesan apa apa diwajahku. "Selamat pagi, Tuan Revan dan Nona." "Selamat pagi."      Aku menatap pria kaku dihadapanku sebelum tersenyum tipis kearahnya. "Kau yang bernama Zoe?" "Ya, Nona." "Aku belum mengucapkan terimakasih, aku harap kau tidak memanggilku Nona." "Ayo, Amoura! Kau harus mengetahui banyak hal!"     Revan menarikku memasuki sebuah SUV mewah dan mendudukkanku disana, pria ini benar benar. "Ini"      Aku menerima sebuah tablet yang aku yakini masih baru dari Revan yang mulai sibuk dengan pons dan tumpukan kertas yang baru saja Zoe berikan padanya. Aku lalu melirik layar datar  ditanganku yang menunjukkan deretan jadwalnya hari ini. "Kalau kau sudah melihatnya bantu aku menyusun data yang kau hancurkan beberapa hari lalu, apa kau tahu caranya?"     Aku mendelik kearah Revan dan meletakkan yablet miliknya diatas pangkuanku. Sedikit kesal melihat tatapan keraguannya padaku. "Iya, Tuan."      Revan menatapku dengan tajam sebelum memberiku beberapa fokumen. Dan sepanjang jalan kami hanya sesekali mendiskusikan dokument yang perlu diRevisi ulang.     Hanya 30 menit hingga kami sampai dipelataran gedung raksasa yang sempat aku kunjungi 2 hari yang lalu. "Ayo, Amoura! Banyak pekerjaan yang sedang menunggu kita."     Revan Turun terlih dahulu, menungguku merapikan fokumen dan memluknya bersama Tablet milik Revan. "Cepat!"     Dasar tidak sabaran. Dan sialnya kegiatan Revan yang menungguku menarik perhatian banyak orang membuatku sangat yakin Revan bukanlah seorang pemimpin yang banyak berbasa basi dengan Kariawannya. "Selamat pagi, Tuan!" "Selamat pagi."       Sahutnya datar tanpa ekspresi sebelum melirikku yang berjalan dibelakangnya. "Aku ingin kau berjalan disampingku. Mengerti?" "Baik, Tuan." "Apa jadwalku?" "Pukul sepuluh pagi ini akan ada pertemuan para petinggi dan antar devisi, makan siang dengan perwakilan Mega Corporation lalu Rapat penting dengan Perwakilan Arata Group dari jepang pada pukul dua siang hari dan Bermain Golf bersama mantan Mentri George Mclauren pada pukul empat sore nanti."     Sahutku, Revan sempat menatapku cukup lama saat kami menunggu Lift Eksekutif terbuka. "Selamat pagi, Tuan Revan!"    Aku menoleh dan membuat wanita dihadapanku sukses membelalakkan matanya tidak hanya dia tapi beberapa Sukarelawan yang aku yakini akan memulai penderitaannya. "Ka-" "Ayo, Amoura!"    Dan aku hanya bisa mengikuti perintah Revan. Bagaimanapun dia adalah Bossku disini. **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD