bc

uWu (Unhappy without you)

book_age18+
219
FOLLOW
1.0K
READ
possessive
badboy
sweet
bxg
office/work place
enimies to lovers
first love
office lady
like
intro-logo
Blurb

Ini adalah kutukan yang diturunkan secara turun temurun dan dari zaman ke zaman, bahkan diketahui oleh semua orang.

Katanya, jika terlalu benci bisa jadi cinta.

Dan Karamel menelan kutukan itu bulat-bulat karena dia benci setengah mati kepada seorang teman sekolahnya yang selalu dengan j*****m memanggilnya kutil.

Pria itu bernama Sajak, tapi dia tidak indah seperti baik-baik puisi.

Setidaknya, itu menurut Kara.

chap-preview
Free preview
1
"Kutil!!" Gadis dengan surai hitam panjang yang sedang tertawa bersama dengan dua teman barunya itu langsung mendengus malas. Dia jelas tahu betul siapa lelaki yang baru saja memanggilnya dengan sebutan yang tidak manusiawi itu. Memilih untuk mengabaikan tingkah gila orang itu, Karamel Paradita melanjutkan langkahnya sambil cekikikan mendengarkan cerita yang sedang diceritakan dengan semangat oleh salah satu teman barunya yang bernama Farhana. Gadis yang kerap dipanggil Ana itu menceritakan bahwa salah satu kakak kelas mereka semalam mengiriminya pesan, padahal Ana yakin jika dirinya tidak pernah memberikan nomor ponselnya kepada sembarang orang. Sedang seru-serunya mendengarkan cerita, suara yang sama dengan kata panggilan yang saa, kembali terdengar. Kali ini lebih menyebalkan karena lelaki itu memanggilnya dengan intonasi yang bernada. "Kuu~tiill~" Habis sudah kesabaran Karamel. Dia berhenti melangkah, mengambil satu bolpoin yang tersemat di saku seragamnya kemudian berbalik. Dia tersenyum, "Kenapa, Jak? Lo kangen banget sama gue sampe ngintilin gue kemana-mana? Baru juga pisah kelas, tapi lo udah uring-uringan karena ditinggal gue. Gimana kalau kita pisah dunia?" Mendengar kalimat sarkasnya, lelaki yang sejak tadi memanggilnya itu langsung melotot sambil bergidik ngeri. "Lo kira-kira dong kalau ngomong. Gue kan enggak mau kalau sampai lo meninggal duluan," balasnya dengan tampang menyebalkan. Karamel menggeram tertahan, dia sudah tahu jika percuma saja berbicara dengan lelaki itu. Dari zaman Saras 008 sampai BBF, yang namanya Sajak Sarawita tidak akan pernah bisa diajak bicara baik-baik. Maka jalan yang Kara pilih kemudian adalah mengambil napas sebanyak-banyaknya kemudian dengan sekali gerakan cepat langsung melemparkan pulpen yang sejak tadi sudah dia pegang. Gadis itu berseru senang sangat keras saat lemparannya mengenai target dengan tepat. Sosok target itu langsung meringis sambil memegangi keningnya yang memerah, menggerutu pelan yang entah tidak bisa didengar oleh Kara. "Lo jahat banget," rutuknya. Tapi Karamel hanya mengangkat bahunya acuh. Dia sama sekali tidak merasa bersalah setelah melakukan tindakan kekerasan yang sama sekali tidak patut ditiru itu. Baginya Sajak adalah manusia yang pantas dicaci maki dan dihina dina. Tidak ada kebaikan dari lelaki yang sudah mengintilinya sejak sekolah dasar hingga kini di sekolah menengah atas itu. Entah atas ide siapa, sialnya dia dan Sajak selalu saja ada di sekolah yang sama. Karamel langsung berbalik, mengandeng Farhana dan Ria yang menatap ngeri penampakan Sajak yang kacau sekarang. "Lo keterlaluan enggak sih, Ra? Kasian tuh Sajak sampai benjol gitu," ujar Farhana kasihan. Karamel tertawa, tertawa jahat kepada temannya yang baru saja membuang-buang belas kasih untuk seseorang yang tidak pantas itu. "Lo enggak akan ngomong begitu kalau lo tahu betapa jahanamnya dia sama gue dari kecil, Far," balas Kara geram. Dia sempat berbalik badan saat kemudian terdengar seruan berlebihan dari seseorang. Saat tahu siapa pelaku yang membuat koridor itu menjadi ramai, dia langsung memutar bola mata malas. Dia adalah Luci, kakak kelas yang sudah jatuh cinta dan tertipu dengan wajah tampan Sajak sejak pertama kali masa orientasi siswa. Padahal sebenarnya Sajak itu mirip dengan Lucifer si Raja Iblis, wajahnya saja yang tampan, kelakuannya sama sekali tidak patut disebut sebagai manusia. "Kamu kenapa bisa jadi begini sih? Astaga, muka kamu sampai jadi begini." Beda dengan Farhana yang perasa, Ria adalah orang yang sangat mudah tertawa dan menertawakan orang lain. Lihat saja buktinya sekarang! Gadis itu sudah membuang muka demi bisa menyembunyikan tawanya akibat melihat kelaukan berlebihan Luci pada Sajak. Kakak kelas mereka yang memiliki tubuh mungil dan suara yang melengking itu sedang memegangi wajah Sajak hingga lelaki itu meringis. "Aku enggak apa-apa, Kak. Tadi Kara ngelempar aku pakai pulpen, tapi karena aku itu orangnya pemaaf dan sabar, jadi aku enggak mau kalau masalahnya jadi panjang." Mendengar ucapan Sajak, Karamel lantas berlagak seakan akan muntah. Dia benar-benar muak dengan segala tingkah laku lelaki itu. Entah kenapa Tuhan memberikan wajah tampan itu dengan sifat iblis yang mencengangkan dan meresahkan umat manusia.  "Kamu mungkin penyabar, tapi aku enggak bisa sabar kalau kamu diperlakukan kayak gini sama orang lain." Usai mengatakan itu, Luci langsung bergerak mendekati Kara yang terkejut. Bukan takut, namun dia kaget dengan tindakan kakak kelasnya itu hingga dia reflek melangkah mundur. "Lo pikir lo siapa bisa ngelakuin itu sama Sajak? Gue bisa laporin lo ke guru BK karena kelakuan bar-bar lo itu," desis Luci tajam. Kara menaikan kedua alisnya, lewat pundak Luci yang pendek dia melongok ke belakang, ke arah Sajak yang sedang mengulum senyum iblis sambil menyilangkan tangan di d**a. "Kakak belum tahu nama saya? Nama saya Karamel, Kak. Kakak bisa pastikan kalau nama dan muka saya selaras dan berbanding lurus," balas Kara dengan senyum bodoh. Tawa yang sedari berusaha ditahan-tahan oleh Ria akhirnya tumpah juga. Gadis itu bahkan sampai membungkuk untuk memegangi perutnya setelah tertawa begitu keras. Bukan hanya Ria, Farhana, bahkan Sajak yang menjadi biang keladi juga ikut tertawa. Menertawakan ucapan Kara yang menggelikan. "Cuma elo manusia yang enggak punya malu sedikit pun, Ra," komentar pria itu dengan nada mencibir. Namun Kara sudah memutuskan untuk berpura-pura bodoh di depan kekasih Sajak ini. Dia tahu Luci adalah tipe yang akan semakin berang jika diladeni, namun juga tipe yang akan langsung marah jika diejek seperti ini. Contohnya adalah sekarang. Gadis itu sudah siap mengangkat satu tangannya, hendak menampar Kara kalau saja Sajak tidak bergerak cepat untuk menahan tangannya. "Kenapa kamu nahan aku?" tanya Luci marah. Sepertinya gadis itu tidak terima kemarahannya ditahan begitu saja oleh kekasihnya sendiri. Sajak tersenyum kecil, menatap sejenak ke arah Kara yang sama sekali tidak bergeming walaupun nyaris ditampar seperti tadi. "Aku enggak masalah kalau kamu caci maki cewek ini," ujar Sajak sambil menunjuk  Dia kemudian melepaskan tangan Luci yang sedang dia pegangi itu. "Tapi gue enggak akan tinggal diam kalau sampai lo berani main kasar sama dia." Usai mengatakan itu, Sajak kemudian berjalan menjauh meninggalkan mereka. Ketika langkah pria itu akan sampai di belokan koridor, Sajak kembali menoleh ke belakang dengan senyum miring. "Maaf, Kak Luci, kayaknya kita sampai disini aja," ujarnya yang langsung membuat Luci menangis histeris. Itu lah Sajak, pria yang paling Karamel benci sejak kecil namun selalu menjadi pelindungnya dari semua orang yang berbuat jahat padanya. ___ "Kutil!" Karamel langsung menghela napas kasar. Dia menoleh pada Sajak yang berjalan dengan pongah menghampirinya. "Lo jadinya KKN kemana?" Sesungguhnya Karamel tidak ada niat untuk menjawab [ertanyaan dari pria itu. Masalahnya entah untuk alasan apa, Sajak selalu saja mengikuti kemana pun dia pergi. Bahkan setelah menempuh tiga tahun masa SMA yang penuh drama karena bersama dengan pria itu yang selalu saja membuat dirinya kesulitan, kini Sajak malah ikut masuk ke kampus dan prodi yang sama dengannya. "Kemana aja yang enggak ada elu nya," balas Kara sebal. Dia langsung memasukan laptop dan buku-buku miliknya ke dalam tas. Jika Sajak sudah menghampirinya maka itu tandanya akan ada bahaya yang mengintai. Dan belum lepas kalimat itu dari dalam hatinya, bahaya itu sudah lebih dulu datang dalam bentuk gadis cantik dengan jeans ketat dan juga tunik yang pas di tubuhnya. Sosok Paramitha yang akrab disapa Mita itu sudah datang dengan jalan melenggak-lenggok, menhampiri Sajak dan langsung bergelayut manja seakan seluruh energinya hilang saat bertemu dengan Sajak dan menyebabkan gadis itu harus cepat-cepat menemukan sandaran. "Aku cari kamu kemana-mana," keluhnya dengan nada manja. Kara menulikan telinga, dia hanya berusaha agar bisa secepatnya memasukan semua barang-barang miliknya yang entah kenapa malah terlihat begitu banyak di saat seperti ini. "Kenapa sih kamu harus capek-capek cari aku? Padahal aku selalu ada di hati kamu." "Uhuk!" Karamel terbatuk, ini bukan batuk yang dibuat-buat namun dia benar-benar batuk usai mendengar kalimat menjijikan yang keluar dari mulut Sajak. Ketika dia mengangkat wajah, dia bisa melihat bagaimana Mitha menatapnya dengan tidak suka sedangkan Sajak malah menyeringai. "Sorry, gue engga sengaja tadi. Jangan perduliin gue," katanya sambil kemudian mengangkat tas miliknya. Sebagi bentuk sopan santun, Kara sempat membagi senyum kecil ke arah Mitha sebelum kemudian melangkah. "Kutil, lo mau nyari cowok lo?" Mendengar pertanyaan dari Sajak, dia sempat berhenti melangkah. Karamel memang memiliki seorang pacar, namanya Sabil. Sosok yang diketahui sebagai pria yang cerdas namun kolot karena di tubuh pria itu mengalir darah seorang bangsawan Jawa. "Bukan urusan lo," balas Karamel. Berbeda dengan ucapan pedasnya, wajahnya justru menampilkan senyum ramah yang terkesan dibuat-buat. Sajak malah tertawa. Tangan pria itu merangkul tubuh kekasihnya dengan posesif. "Kalau lo memang mau ketemu sama dia, tadi gue lihat dia ada di gudang belakang. Di gedung baru," tunjuknya. Kening Karamel mengerut mendengar ucapan Sajak. Dia berpikir untuk apa pria itu ada disana di tengah hari seperti ini? Namun dia juga tidak ingin terlalu percaya pada iblis satu itu, karena Sajak tidak akan bisa hidup tanpa menjahili dirinya. Tapi meski pun begitu, Karamel yang memang sedang mencari sosok Sabil karena ingin mengajak pulang bersama akhirnya mengikuti petunjuk yang diberikan pria itu. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat Sabil malah sedang sibuk berperang lidah dengan seseorang yang sangat Karamel kenali. Jangan harapkan Karamel akan menutup mulutnya dengan dramatis saat melihat kekasihnya berselingkuh dengan temannya sendiri. Karena yang Karamel lakukan justru menendang sebuah bangku rusak yang ada di dekat sana hingga kedua manusia itu terkejut dan menatapnya. Karamel menyilangkan tangan di d**a, senyum seringainya timbul. "Miskin banget ya sampe enggak bisa nyewa hotel? Enggak takut kalian kalau sampai penunggu gudang enek lihat tingkah kalian terus ngikutin kalian seumur hidup?" tanyanya dengan nada santai. Karamel masing mengingat dengan jelas betapa terkejutnya Sabil saat melihat kehadirannya. Bahkan kedua manusia itu lupa mengelap liru mereka setelah bergelut karena saking kagetnya. Karamel membuka tas miliknya, mengambil sesuatu yang selalu dia bawa di dalam tempat pensil. Usai menemukan benda yang dia cari, dengan segera dia melemparkan benda itu hingga mengenai wajah Sabil. Pria itu mengaduh. "Gue baru tahu kalau ternyata kalung yang lo kasih ini bukan emas putih, tapi cuma titanium yang lo beli dari olshop nya Gladis." "A-apa? Kamu jangan sembarangan, ini asli aku beli pakai uangku," bantah Sabil. Pria itu bergerak mendekat, namun Karamel langsung menjulurkan kakinya, bersiap untuk menendang pria itu. "Simpan bualan lo buat perempuan itu, gue enggak butuh!" ______

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook