Part |01|

1073 Words
Asset. Kamu adalah aset berharga dunia. Aku ingin memilikimu. Semua orang akan iri padaku. Kepada mahasiswa ekstensi, kelas pukul 19.00, ruangan pindah ke 1103 A. Sebuah pengumuman yang membuat para mahasiswa yang penuh keringat itu memutar-balikkan badannya dan turun ke lantai dua. Kelas ekstensi adalah kelas karyawan sangat cocok untuk mahasiswa yang ingin kuliah sambil kerja. Siang kerja banting tulang, malam kuliah sampai mabok. Rasa kantuk kerap jadi benalu yang sulit dihindari. Makan malam selalu di kantin dan saat kaki menginjak tempat tinggal, kasur menjadi incaran. Peta sampai di sana tepat pukul 19.20 WIB. Telat bukan masalah bagi sebagian dosen. Wajahnya langsung manyun saat tahu kelas dipindah. Salahnya dia juga sih, dia gak sempat cek grup w******p karena buru-buru. KRL yang sumpek dan penuh manusia itu menghancurkan hidupnya sejak jadi mahasiswi. Ia kira kuliah akan menarik, nyatanya lesu, lunglai dan lemah adalah hasilnya. Keringat membasahi punggungnya, wajahnya yang berminyak tampak mengerikan. Bajunya serampangan akibat baku hantam dengan ibu-ibu di KRL. Malang sekali nasibmu Pelita, untung saja ada Benny yang siap sedia menjemputnya. Peta mengetuk pintu dan membukanya. Ia menganggukkan kepala sebagai reaksi wajar dari seorang mahasiswi kepada dosen. Dosen yang sedang berdiri di sana tampak muda. Menarik! Mari kita lihat, sepintar apa dia? "Saya masih ijinkan ya telat. Itu karena saya baik. Saya tahu kok kalian itu kerja makanya sering telat. Apa kita perlu ubah waktu kuliah aja jadi pukul 19.30?"tanyanya ketika beberapa orang datang beruntun. Dia sedang menyindir secara halus, ya sehalus roh halus. "Jangan dong mas!" "Plis jangan, pulangnya makin malem dong." "Aduh, entar gak dapat kereta pak." Panggilan macam apa itu? Siapa itu yang memanggil dia dengan sebutan 'mas'? Sangat tidak pantas dia dipanggil mas. Woy, panggil aja dia bapak. Astaga! Peta berada dalam keadaan tekanan batin. Kesan pertamanya terhadap manusia didepan sana sudah buruk.  "Ya sudah. Saya cuma mau bilang, kalian tolong dijaga waktu telatnya. Kira-kira juga dong. Jangan sampai kuliah kalian diperpanjang. Sama kayak nama programnya, extension, diperpanjang."ucapnya dengan senyuman licik, lebih licik dari rubah berekor tak terhingga. "Cha, nama doi sopo?" tanya Peta pada Channy yang duduk tepat dibelakangnya. Peta duduk paling depan karena terlambat. Bangku belakang sudah penuh dengan lelaki buaya darat. Mahasiswa ekstensi emang paling doyan duduk dibelakang. Ya, biar bisa sambil main game. "Mas Yuyus." "Gitu doang?" "Yustiawan Wardian. You can call him, Yuyus. Cakep kan doi?" Peta menganga dengan muka cengo. Sepertinya Channy sudah diguna-guna oleh cowok itu. Cakep apanya sih? Dia sangat menyebalkan. Bagi Peta, dia adalah wujud dari kesombongan duniawi.  "B ajah!"jawabnya singkat. Peta mencoba untuk fokus pada pelajarannya tanpa mempedulikan wajahnya dan sikapnya. Ternyata dia sangat pintar mengajar. Ia fokus pada penerapan contoh dan menganalogikannya dengan dunia nyata. Orang yang awam tentang bahasa pemrograman akan mudah menerimanya. Oleh karena doi pintar mengajar, Peta membatin untuk memaafkannya sementara waktu. "Cakep banget tuh Mas Yuyus."komentar Shava. Shava Maharina, lulusan D3 Unpad yang tempat tinggalnya di Jakarta. Dia ada campuran darah Minang. "Banget! Udah cakep, pinter lagi. Jarang-jarang ada dosen sesempurna itu."balas Dully. Dully Aurora Sijabat, cewek lulusan Politeknik Del. Peta tak tahu pasti di mana kampus itu berada. Dully itu batak asli sama seperti Channy. Bedanya, Dully lebih kalem dan anggun. Ya, Dully adalah versi normalnya dan Channy versi aneh bin ajaib. "Apa sih kalian? Dia tuh k*****t tahu, sombong banget jadi dosen. Keliatan dari cara dia ngomong tadi."sanggah Ammi. Pendapat Ammi sangat sesuai dengan apa yang Peta rasakan. Ammi Genasita, orang jawa berwajah bulat dengan kulit hitam manis. Dia lulusan UGM tahun 2018. Ammi adalah adik kelas Peta. Itulah mengapa Ammi tak terlalu tahu Peta sebelumnya. "Ganteng kok. Terus stylenya keren banget. Celana jeans biru dengan kaos putih. Gue yakin dia punya roti sobek."seru Channy si cewek jadi-jadian. Mereka berempat sangat kompak. Bisa saja disebut geng tapi mereka bukan sembarang geng. Mereka akan bergaul pada siapa saja. Menjadi mahasiswa di umur dewasa memang cenderung membuat sifat ikut dewasa. Tak ada istilah bersama kemana saja, tapi bersama dengan siapa saja. "Eh, Peta, lo tinggal di mana?"tanya Channy. Channy memiliki tingkat keramahan diatas rata-rata manusia normal. "Hmm, di daerah Margonda sini sih. Gue ngekos." "Oh gitu. Sama dong, mau bareng gak?" "Engga Cha. Gue dijemput teman." "Woaaahh,, teman apa teman!!"teriak mereka berempat bersamaan. "Teman anjir. Emangnya lo pada yang doyan sama dosen!"seru Peta menimpali. "Eh tapi tapi, lo suka juga kan sama doi?" seru Shava dengan suaranya yang pelan. "Ihh ogah anjir. Gue sepaham sama Ammi." "Tuh, inilah cewek normal yang sebenarnya. Kalian bertiga emang rada g****k!"seru Ammi menyetujui. "Masa bodo! Gue bakal dapatin dia bagaimanapun caranya."seru Dully antusias. "Mulai hari ini kita akan buat klub pecinta Mas Yuyus, YFC."seru Channy. "Apaan tuh?"tanya Peta. "Yuyus Fans Club!" Semua tertawa hebat. Peta merasa najis dengan halusinasi teman sekelasnya itu. Mereka seperti dipelet oleh Mas Yuyus. Wanita-wanita yang dijerat oleh lelaki sombong tingkat tinggi. Peta menunggu Benny tepat di kursi gedung A lantai satu. Semua orang berhamburan pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Kebiasaan ini harus dinikmati dalam tiga tahun ke depan. Peta mengecek ponselnya dan tidak ada kabar dari Benny. Mungkin saja dia lagi OTW. Entahlah. Tapi cowok itu tak pernah lupa menjemputnya. "Ta, jemputannya belum dateng?"tanya Shava yang masuk lagi ke dalam gedung. Tadinya dia menunggu dekat parkiran, entah sedang menunggu apa. "Iya Shav. Lo dijemput juga?" "Iya, dijemput nyokap. Tapi masih agak jauh sih." Dia duduk disamping Peta sembari menunggu jemputan. Peta kepikiran tentang Mas Yuyus. Dosen itu rasanya patut diberi pelajaran. Ia harus dibantai dengan sesuatu yang konyol. Pikiran jahat Peta merasuk. "Shav, lo beneran suka sama Mas Yuyus." "Apaan sih, Ta? Suka yang gue maksud itu ngefans doang bukan dijadiin suami ya." "Ohh, kayak orang ngefans sama BTS gitu ya?" "Iya, Ta. Dia tuh idaman banget. Pantes diidolakan." "Lo kenapa gak cari tahu aja tentang dia di f******k gitu? Atau di **?" "Heh, entar gue dikira stalker lagi. Tapi gue udah cek Facebooknya sih. Doi emang aktif di f******k. Kalau **, doi gak punya. Gue cuma tahu segitu doang sih." "Eh, gue duluan ya. Nyokap udah datang."lanjutnya. "Eh iya Shav, lo hati-hati." Dia pergi dan tinggallah Peta sendiri. Tak lama setelahnya, Benny datang dengan senyuman dibalik helmnya. Dia memberikan Peta helm berwarna pink penuh stiker Baymax, karakter Big Hero. "Maaf ya, aku telat jemput kamu."ucapnya ramah. Keramahan itu tak membuat ekspresi Peta berubah. Ia sedang memikirkan cara nge-prank Mas Yuyus. Apa yang bakal Peta lakuin ke Mas Yuyus ya? Terus pantengin EKSTENSI 404. Terima kasih sudah vote + comment. +++ Lightcyan +++
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD