Mabuk

1043 Words
Bella menatap pemandangan yang kini ada di depannya, bisa dia lihat begitu banyak orang yang kini tengah asik menari di dance floor dengan membawa satu atau dua gelas minuman alkohol mereka. Mereka tampak sangat liar sekali, dalam kesadaran yang sudah hilang. "Apakah kau tak ingin mencobanya juga?" tanya seseorang kepada dirinya. Bella menengok, dia menatap ke arah gelas kristal yang dibawa oleh Gabriel itu. Cairan biru muda dengan ditambah es batu tampak menarik perhatiannya. Wanita itu mengambil gelas yang diberikan untuk dirinya tadi. Dia ingin mencobanya saat ini dan menghilangkan kesadarannya. Ya, sepertinya itu menyenangkan. Langsung saja, Bella mendekatkan gelas itu ke bibir nya dan dia pun mulai meneguk nya dengan pelan. Matanya menutup sejenak, sungguh rasa nya cukup pahit dan reaksi yang diberikan pada bagian tenggorokannya adalah rasa panas yang membuat kening mengerut pelan. Namun, di sisi lain juga Bella merasakan kepuasan saat dia meneguk minuman tersebut. Wanita itu meminum nya sampai habis dan mengemut es batu yang masih berbetuk lingkaran itu. "Sepertinya satu gelas sudah cukup untuk mu," ucap Gilang. Dia memperhatikan wajah Bella yang sudah mulai sedikit pucat dan tatapan mata nya pun menjadi sayu. Rasanya saat ini Gilang sangat menyesal sekali karena tadi telah menawarkan minuman untuk Bella. Gilang yakin sekali kalau sebentar lagi, pasti Bella akan mabuk dan kesadarannya pun perlahan mulai hilang. Pria itu hanya bisa geleng-geleng kepalanya saja. Apalagi ketika Bella terus memaksanya untuk memberikan minuman alkohol. "Bodoh, cepat ambilkan aku!" ucap Bella dengan kesal nya. Sudah sedari tadi dia berusaha untuk membujuk Gilang, tapi sampai saat ini saja, pria itu masih terdiam tanpa memperdulikan nya. Bella mendorong pelan tubuh Gilang, dia juga memberikan sebuah cubitan untuk pria itu, hingga membuat Gilang benar-benar merasa sangat terganggu. "Ya, baiklah. Aku akan memesankan minuman untuk mu," ucap Gilang. Dia membangunkan tubuhnya dan kembali ke meja bartender untuk memesankan minuman Margarita dengan kandungan alkohol yang terbilang sangat rendah. Gilang tak mau jika sesuatu yang buruk akan terjadi dalam diri Bella nantinya. Pria itu memegang gelas yang berisi minuman pesanan nya dan dia pun memberikan minuman itu kepada Bella. Wajah riang yang wanita itu tunjukkan, membuat Gilang yakin kalau Bella pasti akan membutuhkan lebih dari satu gelas minuman tersebut. Jadi, Gilang pasti harus mengurus Bella untuk saat ini. "Hey, berikan aku satu gelas lagi." "Aku tak mau---" "Kau mau aku adukan kepada kekasih mu tentang rahasia yang kau simpan itu?" Bella memunculkan seringai nya kala dia sudah memberikan sebuah ancaman nya, Bella yakin sekali kalau Gilang pasti akan merasa sangat tertekan dan mau menerima perintah dari dirinya ini. Gilang menghembuskan napasnya dengan kasar, sungguh dia sangat tak suka sekali dengan ancaman yang wanita itu berikan. Bella tak akan pernah bermain-main dalam ucapannya, wanita itu akan benar-benar mengatakan semuanya jika Bella sampai melakukan hal tersebut. "Baiklah, kau mau Wine atau tetap Margarita?" tanya Gilang. "Terserah pada mu." Bella mulai menjatuhkan kepalanya ke atas meja, dia merasakan kepalanya yang berkunang-kunang dan saat itu juga pandangannya terasa sangat buram. "Hey, ini minuman mu." Gilang memperhatikan wajah Bella. Wanita itu bahkan menghabiskan minumannya hanya dalam waktu beberapa detik saja dan setelah itu menyuruh nya untuk membeli minuman tersebut. Beberapa kali Gilang terus disuruh oleh Bella. Sampai gelas ke-tujuh, Gilang pun memilih untuk memaksa Bella pulang saja. "Hey, teman ku sudah mabuk. Aku akan pulang sekarang," ucap Gilang kepada teman-teman pesta nya. Dia merangkul tubuh wanita itu. Bella masih sedikit sadar, waiya itu terus bergumam dengan kalimat-kalimat yang tak jelas. "Pria itu sangat tampan sekali, mengapa bayangan dia selalu memasuki isi pikiran ku." Mendengar apa yang dikatakan oleh Bella tadi, Gilang lantas membeliak, kan matanya tak percaya. Apa yang dimaksud oleh wanita itu? Sungguh, Gilang tak mengerti, pasal nya Bella tak sedikitpun menceritakan tentang seorang pria kepada dirinya. "Sepertinya, ada sesuatu yang tengah kau sembunyikan saat ini." *** "Kau sudah mendapatkan informasi tentang dia?" tanya Darren kepada seorang wanita yang ada di depannya saat itu. Wanita dengan tubuh tinggi semampai, kaki jenjang nya itu menjadi idaman para wanita, dengan warna putih bersih tanpa noda, wajah nya pun tergolong cantik, dengan rahang yang berbentuk oval, bibir tebal dan tatapan mata yang tajam. Rambutnya tampak diikat kuda, membuatnya terlihat semakin cantik saja. Wanita itu adalah asistem dari Darren sendiri, memiliki nama Chelsea dari keturunan asli Inggris-Korea Selatan. "Saya sudah menemukan titik keberadaan dia saat ini. Dia berada di sebuah Club malam yang bernama Kindston Club." Darren berdecak pelan ketika dirinya mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Chelsea tadi. Sungguh, dirinya sangat tak suka sekali dengan informasi itu. Pria itu mengambil kunci mobilnya. Dia langsung meninggalkan ruang kerja nya karena saat ini, Darren harus pergi menuju ke club malam tersebut agar dia bisa menemui wanita itu secepatnya. Dikendarai mobilnya dengan kecepatan yang tinggi, memiliki kesan ugal-ugalan. Dia tak peduli dengan orang-orang yang mengumpat pada dirinya, intinya saat ini Darren hanya ingin dirinya cepat sampai saja di club tersebut. Hanya dalam waktu sekitar 15 menit saja, dia sudah sampai di depan club itu. Langsung saja Darren keluar dari mobilnya. Dia menatap pada bangunan besar yang ada di depannya itu. Dia yakin sekali, kalau di dalam sana, pasti banyak orang yang tengah menikmati malam nya. "Entah apa yang akan wanita itu lakukan di sini." Darren menggelengkan kepalanya dengan pelan, saat ini, sebisa mungkin dirinya untuk berpikir positif dengan keadaan Bella. Pria itu langsung masuk ke dalam club tersebut dan dia bisa mendengar suara musik yang berdentang itu. Lampu kelap-kelip itu menjadikan mereka lebih liar lagi saat menari. Banyak orang yang berkumpul di dance floor di tempat itu juga, Darren menatap nya dengan sangat lekat. Dia berharap kalau Bella tak akan menari di sana, diantara puluhan bahkan hampir ratusan para pria yang saat ini tengah menari. Darren menggelengkan kepalanya dengan pelan, sebisa mungkin dia berpikir positif saja untuk saat ini. Pria itu kembali melangkah untuk mencari Bella. Pandangannya terus mengedar, berharap sosok wanita yang baru saja keluar dari rumah sakit itu dapat dia temukan. "Bella, diamlah. Kau tak boleh menari!" Mendengar bentakan itu, entah mengapa feeling Darren langsung tergerak agar Disa menengok ke arah belakang. Pria itu menajamkan matanya kala dia melihat seorang wanita yang kini tengah dirangkul oleh pria yang tak dia kenali. Darren mengepalkan tangannya denagn sangat kuat, sungguh dia merasa sangat tak suka sekali dengan apa yang dia lihat saat ini. "Apakah wanita itu sudah memiliki kekasih?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD