bc

Obsesi Darren

book_age18+
756
FOLLOW
2.4K
READ
dark
drama
sweet
serious
scary
like
intro-logo
Blurb

Penyesalan terbesar yang pernah Bella lakukan adalah berlibur ke London. Sebuah kenyataan besar yang didapatkannya harus pasrah diterima.

Dikekang, dipaksa bahkan sampai diperkosa oleh sosok yang sebelumnya tak dikenal olehnya.

chap-preview
Free preview
Kecelakaan
Malam itu, cuaca sangat dingin sekali. Kota London yang sedang mengalami musim dingin, membuat siapa saja akan lebih memilih untuk memakai jaket tebal agar bisa melindungi diri dari cuaca dingin saat itu. Jalanan masih sangat ramai, meski malam telah datang dan waktu nya untuk tidur, orang-orang masih saja berkeliaran di jalanan. Sama seperti yang tengah Bella lakukan saat ini. Bella yang ketika itu tengah membeli beberapa makanan junk food di salah satu minimarket, membuatnya harus benar-benar menahan rasa dingin nya. Wanita itu memakai jaket berbulu yang tebal, bahkan dia juga memakai sebuah syal agar bisa menutupi tubuhnya dengan memakai benda tersebut. Wanita itu mulai melangkahkan kakinya untuk pergi dari minimarket. Ditangannya, dia memegang sebuah paper bag yang berisi pesanannya tadi. Wanita itu sudah sangat tak sabar ke hotel nya untuk menikmati makanan tersebut. Dia melangkahkan kakinya dengan pelan, menuju ke jalan raya untuk menyebrang. Dilihat beberapa mobil masih berlalu lalang di jalanan tersebut, membuatnya harus menunggu selama beberapa saat. Setelah dirasa jalan raya yang sudah sepi, kakinya mulai melangkah dengan pelan melewati jalan raya tersebut. Dia bersiul pelan, menikmati perjalanannya kini. Tanpa wanita itu sadari, dari arah samping nya ada sebuah Mobil Ferrari yang kini tengah melaju dengan sangat kencang. Ketika telinga Bella mendengar suara knalpot mobil yang sangat besar, lantas dia menoleh ke arah samping nya dan melihat mobil itu sudah berada dekat dengannya. Bella tak lagi memiliki kesempatan untuk berlari. Rasa khawatir dan takut yang mendominasi pikirannya, membuat kakinya tiba-tiba kram. Saat itu, Bella hanya bisa mengeluarkan suara teriakan nya. Tubuhnya dirasakan terpental. Wanita itu merasakan semua area tubuhnya remuk, dia telah terkapar di atas aspal dan mata sayu nya itupun menatap ke arah mobil yang baru saja menabrak nya tadi. Sayu-sayu, dia melihat seorang pria yang keluar dari mobil tersebut dan menghampirinya dengan wajah yang teramat cemas. "Hey, sadar!" Pria itu berucap seraya menepuk pipi Bella beberapa kali, tapi apa yang dia usahakan itu tak kunjung berhasil. Bella sudah pingsan dengan darah yang mengalir dari hidungnya. Pria itu memilih untuk langsung menggendong tubuh Bella, membawanya langsung menuju ke mobil nya berada dan dia langsung menaruhnya ke jok mobil yang ada di samping nya. "Semoga sesuatu yang buruk, tak terjadi pada dia." *** Kepalanya terasa sangat berat sekali, dia mengerutkan keningnya, merasakan sesuatu yang aneh saat ini. Secara perlahan, dia membuka matanya dan menatap sayu pada langit-langit ruangan tersebut. Mulutnya mengeluarkan sebuah ringisan yang pelan, tapi mampu membangunkan tidur seorang yang sedari tadi menunggunya. Orang itu langsung membangunkan tubuhnya, lantas dia segera melihat keadaan Bella saat ini dan berharap kalau wanita itu baik-baik saja. Tentu saja dia tak ingin jika sampai wanita ini sakit. "Kau sudah sadar." Pria itu memperhatikannya Bella yang bahkan, sampai saat ini masih terus terdiam. Bella menatap pria yang ada di depannya itu dengan penuh tanya. Dia rasa tak pernah sedikitpun mengenal pria itu. Pandangan Bella pun mengedar, pikirannya semakin bertanya-tanya kala dia mengetahui bahwa saat ini dirinya tengah berada di dalam ruangan yang memiliki warna mendominasi adalah putih dan juga, hidung nya dapat mendengar sebuah aroma khas obat-obatan yang dia yakini bahwa ini adalah rumah sakit. "Mengapa aku bisa masuk rumah sakit?" tanya Bella dengan pelannya. Wanita itu memijat pelipisnya yang saat ini terasa sangat pusing sekali. "Kau semalam kecelakaan." Bella membulatkan matanya, sungguh di merasa sangat tak percaya sekali setelah mendengar kabar tersebut. "Kecelakaan?' sebisa mungkin, Bella saat ini mengingat kejadian yang menimpanya beberapa saat lalu, ketika dirinya membeli makanan untuk malam yang dingin itu dan tiba-tiba saja ada mobil menabrak dirinya. Wanita itu memukul kepalanya dengan pelan. "Lalu, bagaimana dengan makanan ku semalam?" ucap Bella dengan heboh nya. Makanan, hanya itulah yang dia ingat saat ini, tak ada yang lain. "Kau hanya ingin mencari makanan saja?" tanya pria itu, dia merasa tak percaya sekali telah bertemu dengan wanita aneh di depannya. "Tentu saja. Aku sudah sangat lama ingin memakannya. Sekarang katakan, dimana makanan ku berada?" "Sudah ku buang," jawab pria itu dengan santainya, seolah tak begitu peduli dengan reaksi yang akan Bella tunjukkan. "Sial, mengapa kau membuang nya?" "Keadaanmu sedang genting saat itu, tentu saja aku tak memperdulikannya." Bella berdecak kesal. Wanita itu lantas menghembuskan napasnya dengan kasar, saat ini, sebisa mungkin dia menahan dirinya agar tak marah kepada pria yang ada di depannya itu. "Sekarang, kau belikan aku makanan yang semalam. Anggap saja sebagai ganti rugi karena kau telah menabrakku." Pria itu menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Baiklah, kau tunggu di sini." Dia memundurkan langkahnya, menghubungi seseorang yang disuruh untuk membeli makanan. Setelah selesai, pria itu pun langsung menghampiri Bella. Dilihat wanita itu kini tengah asyik menonton televisi. "Aku akan memanggil dokter dan memeriksa keadaanmu. Kau tetap di sini, aku akan pergi untuk mengurus beberapa pekerjaan ku." Lantas Bella menoleh ketika dia mendengar kalimat itu. "Hey!" panggil Bella dengan nada suara yang tinggi, berharap pria itu bisa mendengarnya. Pria itu pun membalikkan tubuhnya. Satu alis nya menukik naik, dia menatap Bella dan bertanya, "Ada apa?" "Siapa namamu?" Pria itu tersenyum kecil. "Darren, itu adalah nama ku dan aku harap, kau akan mengingatnya dengan baik." Setelah mengacuhkan kalimat tersebut, pria itu lantas pergi dari saja, meninggalkan Bella yang masih saja terdiam. "Entah mengapa aku merasakan firasat yang buruk," gumam wanita itu dengan suara yang teramat pelan. *** "Apakah keadaan saya baik-baik saja saat ini?" tanya Bella kepada seorang dokter yang kini ada di depannya, dokter itu baru saja memeriksa keadaan nya tadi. "Ya, keadaan Nona suda membaik. Namun, saya sarankan untuk Nona istirahat dulu saat ini." "Tidak, aku ingin pulang sekarang juga," ucap Bella dengan tegas nya. "Apakah boleh? Soalnya ada hal mendesak yang harus diurus hari ini," lanjutnya. Sungguh, hari ini Bella tak bisa berlama-lama di dalam rumah sakit karena memang ada sebuah urusan penting yang mesti diselesaikan nya. "Nona bisa pulang saat ini. Namun, saya ingatkan lagi untuk menjaga kesehatan. Dan, apakah Nona ingin menunggu kekasih nya datang?" Lantas Bella menggelengkan kepalanya. "Maaf, saya tak memiliki kekasih dan saya bisa pulang sendiri. Apakah administrasi nya sudah dibayar?" "Sudah, Nona." Jawaban dari dokter tersebut mampu membuat sebuah senyum Bella langsung terbit. Ya, setidaknya pria itu bertanggung jawab juga dengan membiayai nya. "Baiklah, aku ingin saat ini juga aku pulang." Dengan susah payah, Bella membangunkan tubuhnya, dia membiarkan suster yang ada di dekatnya itu melepaskan infus di tangannya. Setelah semua urusan dirasa telah selesai, wanita itu mulai menginjakkan kakinya ke atas lantai dan melangkah pelan. Tubuhnya memang benar-benar sedang lemas sekali saat ini, tapi dia tak memiliki banyak waktu, dia harus menemui seseorang yang sangat penting. Bella berada di luar rumah sakit, dia menuju ke tempat halte berada dan menunggu di sana. Tubuhnya bersandar dan saat itu juga, dia menemukan sebuah bus yang mendekat ke arahnya. Bus itu berhenti tepat di depannya. Tak menyia-nyiakan waktunya, dia langsung masuk ke dalam bus tersebut dan mengambil tempat duduk paling belakang. "Huh, setidaknya aku bisa pergi dari sana," ucap Bella seraya bernapas dengan lega. Dia merogoh kantongnya, menemukan beberapa lambat uang euro miliknya semalam. Beberapa menit dia harus berada dalam bus itu, hingga tak berselang lama kemudian, bus itu berhenti lagi di salah satu halte yang dekat dengan hotel nya. Dia keluar dari transportasi umum tersebut. Pandangannya mengedar, melihat suasana yang ada di kota London ini. Sangat indah sekali, bangunan-bangunan tersusun dengan begitu rapi dan juga memiliki desain yang hampir sama semuanya. "Bella!" panggil seseorang yang mampu membuat Bella langsung membalikkan tubuhnya. Bella tersenyum kecil, dia menatap pada pria yang kini mulai melangkah menghampirinya. Pria itu memasang wajah yang terlihat sedang cemas dan khawatir, tangannya memegang ketat bahu Bella dan memeriksa keadaan wanita itu. "Ke mana saja kau semalaman? Aku sudah menunggu mu pulang," ucap dia. "Aku kecelakaan," jawab Bella dengan santainya. Dia menunjukkan luka yang ada di tangannya itu, membuat pria di depannya langsung menunjukkan kecemasannya. "Astaga, mengapa kau bisa kecelakaan bodoh!" "Ini hanya luka kecil biasa, Gilang. Kau jangan terlalu cemas." Gilang menggelengkan kepalanya tak percaya. Bahkan, saat ini Bella terlihat biasa saja seolah tak memiliki masalah sedikitpun. "Wajahmu saja sudah pucat, ayo kita kembali ke hotel dan untuk acara malam ini, aku batalkan." Gilang melangkah pergi dari sana, meninggalkan Bella yang masih mencerna ucapan dari pria itu. Bella menggelengkan kepalanya dengan pelan, sungguh dia tak akan terima dengan apa yang dikatakan oleh Gilang tadi. Langsung saja Bella melangkah dan menghampiri Gilang. Kedua tangannya saling merentang sehingga jalan sahabatnya itu jadi terhalangi. "Ada apa?" tanya Gilang dengan malas nya. "Kita harus berangkat ke pesta itu malam ini, aku tak mau tahu!" "Tapi---" "Tak ada tapi-tapian. Saat ini, aku sudah sehat, nih kalau tak tak percaya." Bella memundurkan langkahnya dan dia pun langsung melompat kan tubuhnya beberapa kali, berusaha untuk membuktikan kalau saat ini dirinya benar-benar sudah sehat kepada sahabatnya itu. "Sudah-sudah, ya aku percaya." Gilang memegang kedua bahu Bella, berusaha untuk menghentikan aksi dari wanita itu. "Jadi, nanti malam kita ke pesta, kan?" Dengan terpaksa, Gilang menganggukkan kepala nya. Dia tak akan bisa mengatasi Bella yang keras kepala, menuruti apa yang diinginkan oleh wanita itu adalah jalan yang terbaik, menurutnya. "Yeay, setidaknya malam ini aku ingin menikmati waktu ku di club." *** Darren menghembuskan napasnya dengan kasar, dia benar-benar sangat lelah sekali saat ini karena telah menyelesaikan pekerjaannya yang begitu banyak. Pria itu menyadarkan punggung nya, dia menatap ke arah laptop nya yang saat ini tengah menampilkan susunan kurva yang naik dan turun. Kepalanya menoleh, dia melihat ke arah jam berada. Ternyata sudah pukul 7 malam dan sudah seharusnya saat ini dia pulang. Pria itu membangung, kan tubuhnya. Kaki melangkah keluar dari ruang kerja nya itu. Banyak para karyawannya yang saat ini tengah lembut menyapa dia, Darren hanya menjawab dengan sebuah senyum yang teramat kecil, sehingga para karyawan itu tak dapat melihatnya dengan jelas dan menganggapnya menampilkan wajah datar. Sampai di basement, dia memasuki mobilnya. Mengendarai dengan kecepatan yang cukup tinggi, dirinya seolah lupa dengan kejadian kemarin, di mana dia telah menabrak orang lain. Tujuannya saat ini adalah rumah sakit, wanita itu harus ditemui lagi. Entah karena alasan apa, padahal ini bukan sifat asli Darren sendiri. Tak mungkin dia bisa sangat perhatian dengan orang lain. Namun, Darren memilih untuk tak memikirkan hal tersebut. Tak terlalu penting. Rumah sakit yang Darren tempatkan unyun Bella berada tak jauh dari kantor nya berada, hingga hanya memakan waktu beberapa menit saja,dia sudah sampai di tempat tujuannya. Darren keluar dari mobilnya. Kakinya melangkah dengan sangat cepat, menuju ke ruangan yang menjadi tempat Bella dirawat sebelum nya. Ruangan itu berada di lantai 10, sehingga dirinya harus memakai lift dulu agar bisa cepat sampai di tempat tujuannya itu. Setelah sampai di lantai 10, pria itu memasuki ruang rawat inap Bella. Matanya mengedip beberapa kali saat dia melihat seorang suster yang kini tengah merapikan brankar tidur yang ditempati oleh Bella sebelumnya. "Di mana pasiennya?" tanya Darren. Suster itu lantas menengokkan kepalanya, menatap Darren dengan terkejut. "Pasien sudah pulang beberapa jam lalu, Tuan." Darren berdecak kesal. Kabar yang baru saja dia dapatkan saat ini, benar-benar membuat suasana hatinya langsung memburuk. Wanita itu sudah pergi tanpa meminta persetujuan dari dirinya dulu? Sial, rasanya Darren ingin marah sekali dengan wanita itu. "Kapan?" "Pagi tadi, Tuan." Perawat itu menjawab dengan penuh takut, dia tahu sekali kalau saat ini, Darren tengah marah dan dia, tak ingin mendapatkan imbas dari kemarahan itu. "Mengapa kalian mengizinkan dia pulang? Keadaannya belum sepenuhnya membaik." Suster itu menundukkan kepalanya. Sungguh, dia gak bisa menahan semua intimidasi yang Bian berikan saat ini, terasa sangat menyeramkan bagi dirinya sendiri. "Maaf, Tuan---" "Sial!" umpat Darren. Pria itu langsung membalikkan tubuhnya, dia memilih untuk pergi dari sana, berlari dengan secepat mungkin agar bisa sampai ke basement. Dia memasuki mobilnya dan mengambil ponselnya itu, disaat seperti ini dia harus menghubungi seseorang yang setidaknya mampu membantunya. "Chelsea, kau bisa cari keberadaan Bella?" ucap Darren. 'Bella? Siapa dia?' "Wanita yang aku tabrak kemarin.'' 'Baiklah, aku akan mencari nya.' Setidaknya, dengan begitu Darren merasakan hatinya sangat lega sekali saat ini. Pria itu mengeluarkan sebuah seringai nya sendiri. "Kau tak akan bisa pergi dari ku, Bella." Pria itu mencengkram dengan kuatnya setir mobilnya, sungguh saat ini segala emosi telah tersimpan di dalam dirinya itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
189.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.0K
bc

My Secret Little Wife

read
96.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook