10. Snake Bite

1419 Words
Sesuai dengan permintaan Tyra, sekarang Klaus lah yang menginterogasinya. Klaus juga sudah briefing bersama Seth. Otaknya yang pintar itu dengan cepat mengolah informasi dari seniornya. Ia sudah kurang lebih sudah paham dengan apa yang harus ia lakukan. “Hai, Klaus,” sapa Tyra dengan ramah. “Bagaimana kau tahu namaku?” tanya Klaus. “Kalian sudah membuat keputusan yang tepat karena tidak membunuhku,” ucap Tyra. Sebelumnya, ia sudah pernah mengatakan ini kepada Seth. Entah kenapa, ia mengulangi pernyataannya. “Ya, anggap saja begitu,” jawab Klaus tidak peduli. “Bagaimana kau tahu namaku?” Tyra merapikan rambutnya sebentar. Terlihat luka bekas gigitan ular pada lehernya saat ia menyangkutkan rambutnya di telinganya. Luka itu sangat kecil dan hanya terlihat beberapa detik sampai rambutnya kembali turun dan menutupinya. “Aku adalah pengagum rahasiamu,” jawab Tyra pada akhirnya. Mata Klaus menajam. Ia mulai berpikir bahwa Seth pasti sedang bahagia karena terlepas dari pekerjaan ini. Sekarang, dirinya lah yang harus menahan sabar terhadap kegilaan Tyra. “Apa hubunganmu dengan Blade?” Klaus beralih ke pertanyaan selanjutnya. “Siapa Blade? Aku tidak mengenalnya.” “Kau yang memberitahu bahwa organisasi Blade adalah pelaku ledakan kemarin,” jawab Klaus. “Bagaimana kau bisa tahu?” “Klaus, kau mirip sekali dengan Seth. Tapi, kenapa kau terlihat gugup? Apa perlu aku genggam tanganmu? Ah, aku lupa kalau tanganku diikat.” Tyra mengangkat tangannya – memperlihatkan tali yang mengikat kedua pergelangan tangannya. Penjaga yang ada di sekitar sana pun menatap Tyra dan Klaus dengan sinis. Ucapan Tyra terdengar sangat aneh. Apalagi, ditujukan ke pria yang baru saja ia temui. Klaus tentu tidak nyaman dengan situasi sekarang. “Apa kau tahu bahwa kau adalah seorang tahanan?” tanya Klaus. “Apa kau tidak sadar di mana kita sekarang? Apa kau tidak lihat ada berapa orang yang menyaksikan kita? Kau bisa dibunuh kapan pun oleh mereka.” Tyra tertawa lalu menjawab, “Aku senang karena akhirnya ada yang mengatakan itu. Seth mungkin terlalu baik. Ia bahkan tidak berani mengutarakan itu semua.” “Bisakah kamu langsung menjawab pertanyaannya? Kau juga tidak suka diganggu, kan? Lebih baik ini cepat selesai,” kata Klaus. “Klaus, matamu ada satu atau ada dua?” tanya Tyra sambil tersenyum. Klaus menatapnya datar. “Aku? Kalau mataku, ada dua,” lanjut Tyra. “Sebelumnya, kau menyebut bahwa ada dua orang di balik kasus di Yasle. Siapa saja orang itu? Apa mereka adalah anggota Blade?” Klaus mengganti topik. “Klaus, apa kau ingat gua tempat aku bersembunyi di Yasle?” tanya Tyra lalu menggaruk kepalanya. “Aneh sekali gua itu. Aku tidak melihat binatang sama sekali. Apa ada sesuatu di sana?” Klaus bangun dari kursinya dan menarik kertas yang ia bawa sebelumnya. Ia langsung keluar dari penjara tanpa bilang apapun. Ia merasa sangat frustasi ketika berbicara dengan Tyra.  Sekarang, ia menjadi heran dengan Seth. Selama briefing, Seth tidak menyebutkan bahwa dirinya membenci Tyra atau semacamnya. Seth hanya menjelaskan bahwa Tyra bisa berbicara aneh dan tidak masuk akal. Dari sini, Klaus bisa menyimpulkan bahwa kesabaran Seth sangatlah tinggi. *** Klaus mendatangi tempat Tim Eria berkumpul. Tepatnya, ia yang menyuruh semuanya untuk berkumpul. Ia memiliki sesuatu yang ingin dibahas. Sesampainya di sana, ketiga temannya itu sudah hadir. Meski begitu, wajahnya menunjukkan ekspresi yang tidak menyenangkan. “Klaus, semuanya sudah berkumpul,” ucap Arias. “Kamu habis bertemu Tyra, kan?” “Iya.” Wajah Klaus tetap tidak berubah.  “Apa ada sesuatu yang terjadi?” tanya Arias. “Ada apa, Klaus? Melihatmu yang meminta kita untuk berkumpul, sepertinya ada sesuatu yang penting,” kata Felix. Mendapat pertanyaan seperti itu, ingatan Klaus menjadi terulang saat ia masih berada di penjara bawah tanah. Ia kembali mengulang memori dari saat ia bertatapan dengan Tyra untuk yang pertama kali, sapaan Tyra yang ramah, sampai keinginannya untuk keluar dari tempat itu tanpa bicara. “Feather.” Alih-alih menjawab pertanyaan Arias dan Felix, Klaus malah memanggil nama Feather. Sepertinya, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya. “Waktu di Yasle, Tyra hanya diserang di bagian pinggang, kan?” Feather mengangguk. “Iya, kenapa?” “Lukanya juga dari panah Eugene doang?” Feather mengangguk lagi. “Iya.” “Beneran gak ada luka lagi? Di mana pun?” “Iya, itu aja. Dia bersih tanpa noda,” jawab Feather dengan yakin. “Kenapa kamu tiba-tiba nanya ini?” “Ada luka gigitan ular di lehernya,” kata Klaus. “Gigitan ular di leher? Kenapa seperti gigitan vampir?” Felix yang mendengarnya pun ikut masuk ke dalam pembicaraan mereka berdua. “Apa dia sempat digigit ular di gua? Bukannya gua adalah sarang ular?” “Gua itu tidak ada binatang–” Mata Klaus langsung membesar ketika sadar akan kata-kata yang ia lontarkan. Ia tahu fakta itu karena dilontarkan oleh Tyra sebelumnya. Meski ia terkesan mengabaikan ucapan Tyra, alam bawah sadarnya berhasil menangkap informasi tersebut. Feather mengusap dagunya. “Lagipula, kalo ada luka di leher harusnya terlihat jelas. Waktu itu, rambutnya disanggul rapi. Pasti aku akan sadar.” “Ah! Benar juga! Rambut Tyra selalu disanggul,” tambah Felix. “Ular…” Arias menggumamkan kata itu sendiri. Tatapannya serius. “Arias, kau tahu sesuatu?” tanya Klaus. “Coba kalian ingat-ingat. Setelah bertemu Tyra di gua, yang menindaklanjuti adalah Tim Elite. Setelah itu, ia langsung ditahan. Ia tidak bertemu siapapun lagi,” ucap Arias lalu jeda sebentar. “Apa dia diserang di penjara?” “Apa dia disiksa?!” seru Felix. “Torture?!” Arias segera menggeleng ketika Felix mengatakan itu. “Jenderal Bosley tidak mungkin memperbolehkan itu. Torture juga biasanya dilakukan oleh si penanya, yaitu Seth dan Klaus. Mereka berdua tidak mungkin melakukannya.” “Ah, apa mungkin ia diserang dengan luka yang kecil supaya tidak terlihat bahwa ia diserang?” tanya Feather. “Kalau begitu, kenapa tidak menyerang di bagian yang tertutup oleh baju?” tanya Klaus. “Gigitan ular memang cara yang simpel. Kalau kau menyiksanya dengan pukulan atau cambuk, tentu akan ada orang yang melihatnya. Suaranya juga akan terdengar,” jelas Feather. “Yang terpenting lagi, kau butuh senjata untuk melakukannya. Seperti yang kau tahu, Soleclar memiliki segel khusus sehingga tidak ada mana yang bisa aktif di dalam tempat itu. Sedangkan, semua senjata disimpan di gudang Soleclar dan harus dicatat jika ada yang menggunakannya.” Klaus menganggukkan kepalanya berkali-kali dengan pelan. Perkataan Feather ada benarnya. Gigitan ular adalah yang serangan yang paling mudah dilakukan. Rasa sakitnya juga tidak kalah dengan siksaan lainnya. “Arias, apa Tim Elite sedang berada di Escalera?” tanya Klaus tiba-tiba. Arias menggeleng. “Mereka sedang mencari keberadaan Amy Wing, anggota Blade.” “Kapan mereka kembali?”  “Sampai mereka menemukan target.” Klaus mengusap dahinya. Ia merasa sangat buntu. Ia perlu berdiskusi dengan Seth sekarang juga. Sejak tadi, rasanya ada yang mengganjal di pikirannya. Ia ingin sekali mengeluarkan segala teori dan hipotesisnya. “Klaus,” panggil Arias. “Jika mereka belum kembali sampai besok, aku akan memanggil Seth untuk kembali. Kau ingin bicara dengannya, kan?” “Terima kasih, Arias.” Meski tidak ditunjukkan, Klaus sangat bersyukur atas bantuan Arias. Ketuanya itu berhasil membaca pikirannya. Arias tersenyum. “Mungkin sekarang kamu bisa menyusun teori yang ada di pikiranmu lebih dahulu.” Felix yang berada di antara mereka selalu merasakan hal yang sama. Setiap sedang membahas sesuatu, ia selalu tidak bisa ikut. Ia juga ingin sekali membantu yang lain. Karena itu, ia selalu mengambil kesempatan yang ada untuk membantu Eria. Contohnya, seperti menemani Arias untuk mengambil seragam Eria. Pemuda berambut kuning itu kadang termenung. Ia kagum melihat Klaus dan Feather yang bisa beradu pendapat. Ia kagum pada Arias yang bisa langsung mengerti keinginan Klaus. Sedangkan dirinya yang sudah kenal lebih lama dengan Klaus, tidak tahu apa-apa. Mata Felix membesar ketika mengingat sesuatu. Ia langsung menepuk pundak Klaus dan memberikannya tanda untuk berbicara empat mata. Klaus tanpa ragu mengikuti perintahnya. Mereka memang teman yang dekat. “Kemarin, saat jadwal untuk mengambil seragam, kau ke mana?” tanya Felix. “Jangan bilang kalau kau hanya malas untuk keluar rumah.” Klaus menggeleng. “Aku membobol rumah orang.” Felix tampak tidak terkejut dengan pernyataan Klaus. “Oh, kau masih melakukannya? Kau sungguh tidak perlu bantuanku?” “Aku tidak mau menyeretmu ke masalah pribadiku,” jawab Klaus. “Baiklah. Yang penting, jangan bilang kalau kau memiliki urusan keluarga lagi.” “Kenapa? Itu alasan paling mudah dan pasti diberi izin. Aku tidak ingin memberitahu urusan pribadiku.” “Gimana kalau mereka tahu kalo kamu gak punya keluarga?” “Mereka akan tahu–” Klaus menatap mata Felix. “–cepat atau lambat.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD