bc

Istri ke 2 Tuan Dave

book_age18+
1.6K
FOLLOW
9.8K
READ
revenge
dark
sex
CEO
drama
sweet
bxg
affair
nanny
passionate
like
intro-logo
Blurb

It's not a fluff story! Please be aware! (18+)

Aliana Jasmine akan melakukan berbagai cara untuk mencari uang demi biaya pengobatan sang ibu termasuk menerima tawaran orang asing untuk meracuni seseorang namun naas gadis itu tertangkap dengan cepat dan langsung dijadikan tawanan seorang Dave. Demi menutupi statusnya, Aliana diperkerjakan sebagai seorang babysitter dengan pengawalan super ketat demi mencari tahu dalang di balik semua itu.

Tapi apakah status Aliana Jasmine hanya akan menjadi seorang babysitter di keluarga pria itu saja setelah Dave melakukan perbuatan terlarang bersama Aliana?

chap-preview
Free preview
1. Awal Segalanya
1 minggu yang lalu… "Kami dan segenap team dokter yang menangani ibumu memutuskan untuk mengambil jalan Eutanasia demi kebaikan beliau, Aliana." "Kenapa bisa begitu?"manic hitam kelam itu tertengadah, menatap manic tua sang dokter dengan rasa takut yang amat besar. Ibunya adalah satu-satunya yang Aliana punya di dunia ini. Dia bisa bertahan sejauh ini demi ibunya. "Kamu tahu sendiri kondisi beliau selama ini dan kami sudah angkat tangan. Kami melakukan ini demi beliau dan juga demi kau, putrinya." “Bukankah kalian dokter?” secara perlahan ceruk telaga dari manic hitam pekat itu menetes,“Bagaimana mungkin anda tidak bisa melakukan apapun untuk pasien yang anda tangani dan malah meminta keluarga pasien itu untuk setuju melakukan Eutanasia!” “Aliana, mungkin ini sudah saatnya kamu mengikhlaskan kepergian ibumu. Biarkan ibumu pergi dengan tenang.” “Jika aku tidak setuju, apakah kalian akan tetap melanjutkannya? Atau mungkin kalian sengaja mengambil jalan ini karena masalah biaya rumah sakit yang terus membengkak?” Aliana hampir lupa akan hal itu. Aliana lupa rumah sakit bukanlah yayasan amal yang bisa menampung orang sakit secara cuma-cuma. Dan Aliana tertawa sengau, merasa sangat bodoh karena tidak menyadari hal ini dari awal. “Aliana, dengarkan saya…” “Saya tidak butuh penjelasan apapun Dokter! Saya tahu masalah sebenarnya adalah biaya rumah sakit itukan?! Anda jangan khawatir, saya akan cari uang sebanyak yang kalian butuhkan!” “Aliana!” dokter itu merasa gadis yang ada di depannya kini sudah salah persepsi. “Saya bilang, saya akan berikan uang yang banyak untuk rumah sakit ini! Dan tidak ada yang boleh mencabut alat-alat medis dari tubuh ibu saya!” gadis itu bangkit dari duduknya dan menatap sang dokter dengan wajah nyalang penuh ancaman, “Jika kalian tetap melakukan hal itu tanpa persetujuan dari saya, saya akan menuntut rumah sakit ini!” gigi mungil itu bergemeletuk keras sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan sang dokter dengan membanting pintunya keras. “Ibu…” kaki itu melangkah perlahan sebelum akhirnya menjatuhkan tubuhnya disamping tubuh yang terbaring diatas brankar dengan berbagai alat medis yang menopang hidupnya. “Kapan ibu bangun? Apa ibu tidak rindu pada Aliana?” Aliana meraih jemari keriput sang ibu dan menciumi setiap inchi-nya dengan pelan sebelum membawanya ke pipinya yang kini mulai tirus sembari menggenggamnya erat seolah jemari rapuh itu adalah pegangannya untuk hidup. “Aliana rindu sekali pada ibu.” Gadis itu menggigit bibirnya keras, menahan lelehan mutiaranya yang berebut ingin keluar. "Tuhan, tolong katakan apa yang harus kulakukan?" Pada akhirnya manic hitam pekat itu meredup secara perlahan, terlelap dipeluk kantuk karena lelah dan beban pikiran yang menguasai hati. Tanpa terasa pagi datang dengan cepat, Aliana sudah pergi dari rumah sakit dan siap untuk mencari pekerjaan lagi karena tepat sehari sebelumnya Aliana dipecat karena difitnah mencuri. "Huft!" Gadis yang kini sedang duduk di halte itu hembuskan nafasnya panjang, "Kemana aku harus mencari pekerjaan?" Aliana hanya bekerja sebagai cleaning service di sebuah hotel tapi dia butuh pekerjaan lain juga karena penghasilan disana tidaklah cukup. Pada akhirnya Aliana pulang dengan tangan kosong setelah seharian berkeliling mencari kerja. Dengan langkah lemas gadis itu masuk kedalam kontrakannya yang sempit, mengguyur tubuhnya dengan air dingin sebelum akhirnya pergi ke rumah sakit lagi. Ojek yang membawa Aliana berhenti tepat di depan rumah sakit dan gadis itu berjalan menuju ruang rawat, namun langkah kaki yang semula bersemangat karena akan bertemu dengan sang ibu itu mulai memelan saat melihat beberapa orang dokter berdiri di depan ruang rawat sang ibu. "Mereka tidak akan nekat melakukannya, kan?" Jantung Aliana seakan berhenti berdetak, tanpa pikir panjang, gadis itu langsung berlari dan mendorong salah satu dokter yang ada disana. "Apa yang akan kalian lakukan?!" nafas gadis itu memburu dengan tatapan tajam penuh peringatan. "Aliana..." "Saya sudah bilang bahwa saya tidak setuju!" Teriaknya keras, "Saya sudah bilang, saya akan berikan berapapun uang yang kalian minta asal kalian jangan lakukan hal mengerikan itu pada ibu saya!" "Aliana, saya mohon tenanglah!" "Tenang?"Aliana tertawa dengan keras sebelum akhirnya menerjang dokter paruh baya yang ada di depannya itu, membuat mereka terjatuh keras diatas lantai yang dingin, "Apa kau punya otak saat meminta saya untuk tenang dalam situasi seperti ini?!" Jemari kecil itu tidak tinggal diam, dia mencengkram erat leher keriput itu, mencekiknya dengan keras sampai dokter paruh baya itu kehabisan nafas. "KAU BERNIAT MEMBUNUH IBUKU! Jika ibuku mati maupun juga harus mati!” senyum mengerikan itu tercipta dan tekanan pada leher itu juga semakin keras. "MATI KAU!" "Aliana tenang!" Beberapa dokter langsung menarik dan menahan tubuh Aliana yang sayangnya gadis itu semakin kalap, mencakar, dan menendang siapapun yang menyentuhnya. "Kalian semua b******k!" Teriaknya keras dengan nafas berderu. "Argh!" "Aliana tenang!" "Kalian semua gila!" Aliana semakin tidak terkontrol, “Kalian semua akan menyesal jika kalian melakukan semua ini pada ibuku!” Aliana sudah tidak peduli lagi jika kini mereka menjadi tonton seluruh pengunjung rumah sakit itu lagipula Aliana juga berpikir supaya semua orang tahu betapa kejamnya dokter-dokter itu pada ibunya. “Maaf, apakah ada masalah?” dan seorang wanita akhir 30-an mendekati mereka. “Maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi.” seorang dokter langsung membungkukkan kepalanya, penuh mohon maaf, “Kami akan segera menangani masalah ini.” “Mereka berniat membunuh ibu saya secara medis dan mereka menuduh saya memancing keributan?!” teriak Aliana semakin keras, jemarinya hendak mencakar wajah dokter itu namun sayang tubuhnya kini terkunci. “Bisakah saya membantu?” tanpa disangka kalimat itu keluar dari bilik bibir wanita asing itu. Dan disinilah Aliana duduk, jemarinya terulur menerima sebuah amplop coklat yang wanita itu berikan padanya. "Maaf, Nyonya? Semua ini?" Aliana menatap wanita itu tak mengerti. "Seratus juta. Apakah itu kurang?" "Seratus juta?” bibir itu lirih dengan jemari yang bergetar. "Uang ini sangat banyak sekali, nyonya."Aliana mengigit bibirnya keras sembari berpikir, “Anda memberikan uang sebanyak ini pada saya demi tujuan tertentu bukan?” “Tentu saja.” angguk wanita itu, “Saya ingin kamu bekerja di perusahaan ini sebagai OG.” wanita itu memberikan sebuah kartu nama yang langsung diterima oleh Aliana. “Hanya seorang OG?” “Dengan imbalan seratus juta, tentu saja tidak hanya sebagai OG biasa, kan?.” ucap wanita itu dengan seulas senyum cantiknya, "Datanglah ke perusahaan itu, nanti akan ada orang yang akan membantu tugasmu." Keesokan harinya, Aliana benar-benar datang ke perusahaan yang dimaksudkan oleh wanita asing itu. Dengan menarik nafas panjang, gadis itu langsung masuk kedalam perusahaan dan langsung diarahkan oleh seorang pegawai, seolah kedatangan Aliana memang sudah direncanakan sejak awal. “Tugasmu melayani lantai 5, ruangan CEO kami berada.” ucap pegawai itu. Langkah kaki Aliana melambat, jantungnya bertalu dengan cepat saat sebuah pemikiran hinggap di kepalanya,Aliana bukanlah orang yang bodoh,"Katakan saja secara langsung apa yang harus saya lakukan." "Oh, kau paham rupanya." Pegawai wanita itu lantas berlalu ke ruang pantrie yang saat itu sedang sepi, membuat secangkir kopi dan membubuhkan obat dalam kemasan kecil, "Berikan kopi ini pada CEO jika ada yang bertanya bilang saja Bu Mega menyuruhmu.” “Oh baiklah.” angguk Aliana yang langsung menerima baki berisi cangkir dan kudapan itu kemudian masuk kedalam lift lalu menekan angka 5. Dengan manic terpejam erat dan jantung bertalu Aliana nekat melakukan aksinya. Cukup beberapa menit lift khusus itu berhenti di lantai yang dituju. “Saya mengantarkan kopi untuk tuan.” izin Aliana saat seorang sekretaris menghadang langkahnya. “Saya belum pernah melihatmu?” “Saya pegawai baru, Bu Mega yang menyuruh saya.” "Supervisormu sendiri yang langsung menyuruh? Baiklah kalau begitu. Setelah meletakkan kopi itu cepat keluar karena Tuan Dave cukup sibuk.” “Baik.” pintu hitam besar itu langsung dibukakan oleh wanita berkaca mata tebal itu dan Aliana langsung masuk kedalam ruangan yang berdominasi warna hitam dan putih di setiap sisi. Aliana menarik nafas berat saat melihat sosok CEO yang menjadi target duduk di balik meja kebesarannya. “Selamat pagi, Tuan.” jemari Aliana bergetar saat gadis itu meletakkan apa yang dia bawa diatas meja. “Kau bisa pergi sekarang!” pria itu sama sekali tidak mengangkat wajahnya dan hanya mengibaskan jari ke udara, seolah Aliana adalah seekor lalat. “Baik.” Aliana langsung mengambil langkah mundur bertepatan dengan jemari keras sang pria yang meraih cangkir yang kemudian menyesapnya perlahan. 'Lati sekarang, Aliana!' Plang! Dan suara bantingan keras itu bertepatan dengan tertutupnya pintu ruangan. Dave, pria itu langsung tersungkur dengan jemari memegangi perutnya yang terasa diaduk dan terbakar secara bersamaan. “b*****t!” nafas pria itu memburu dengan keringat dingin mengaliri seluruh tubuhnya. Dengan sekuat tenaga pria itu bangkit dan keluar dari ruang kerjanya. “Tuan?” Dave tidak menghiraukan sang sekretaris karena pria itu langsung menerjang sosok mungil yang hampir mendekati lift, menekan kepalanya di dinding dan memelintir lengannya yang kurus. “Apa yang kamu masukkan kedalam minuman saya?!” “Apa maksud anda? Saya benar- benar tidak mengerti!” tubuh Aliana bergetar hebat dengan air mata mengalir karena sakit yang kini sedang dia alami. Aliana tidak menyangka, dia tertangkap semudah ini. “Siapa yang menyuruhmu!” suara berat itu semakin melemah namun cengkramannya pada Aliana tidak mengendur sama sekali. “Saya tidak tahu…” “Tidak tahu kau bilang?!” wajah itu semakin mendekat dan berbisik dengan nada penuh ancaman, “Jika kau tidak mau mengaku saya bisa memerintahkan anak buah saya untuk membunuhmu sekarang.” “Saya benar-benar tidak tahu tuan.” Aliana menggigit bibirnya keras dengan wajah mulai memucat. “Tuan Dave…” “Jangan biarkan orang ini lepas…” suara Dave semakin lemah sebelum akhirnya cengkramannya pada Aliana mengendur seiring dengan meluruhnya tubuh besar pria itu di atas lantai. Byur! Dan disinilah Aliana kini berada, disekap dalam ruangan pengap dengan tubuh didudukkan di atas kursi, diikat dengan kuat dengan tali. Lebam menghiasi seluruh tubuhnya tak terkecuali dengan wajah cantiknya yang juga menjadi sasaran, seakan hukuman yang diterima oleh gadis itu kurang, merekapun menyiram wajah Aliana dengan air kotor berbau menyengat. “Sudah bangun?” Aliana berusaha membuka matanya yang lebam itu, menatap sosok pria yang kini mengerikan dengan cerutu di sudut bibirnya. “Saya tidak menyangka kau bisa terlelap dalam situasi seperti ini?” Dave menghembuskan asapnya tepat di depan wajah Aliana. Dave, pria itu sudah kembali sehat setelah dilarikan ke rumah sakit dan seluruh isi lambungnya dikuras habis. Dan beruntung, penanganannya cepat hingga Dave bisa selamat. “Jadi bisa katakan siapa yang menyuruhmu?” “Saya tidak tahu…” suara itu mengalun dengan lemah sebelum akhirnya jerit kesakitan menggema di seluruh ruangan saat jemari itu dengan kasar mencengkram wajah tirusnya. “Jika kau tidak kenal, kau bisa sebutkan ciri-cirinya!” “Saya tidak tahu… Saya lupa karena memang kami hanya bertemu kurang dari sepuluh menit.” dan kalimat itu adalah kalimat yang sama yang Aliana keluarkan sejak dua hari yang lalu, “Saya hanya diberikan uang tunai dan dia langsung pergi.” "b*****t!" Gigi pria itu bergemeletuk marah. Pintar sekali b******n itu karena telah memberikan bayaran dengan uang tunai yang tentu saja akan sangat sulit untuk dilacak transaksinya. "Harusnya saya tahu, selain miskin, otak kecilmu itu sangat bodoh!" Dan Aliana hanya mampu manahan perih saat dia dihina seperti itu, "Kau tahukan resiko berurusan dengan pria seperti saya?" Dave mendekatkan wajahnya,“Saya tidak akan melepaskanmu sebelum mereka tertangkap.” dan seringai mengerikan itu membuat Aliana tahu sejak dia menerima uang dari wanita asing itu, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.2K
bc

My Secret Little Wife

read
97.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook