EP 1

1503 Words
Beberapa tahun kemudian, Devon tumbuh menjadi pemuda yang rupawan, tinggi, pintar, kulit putih, mempunyai senyum memikat, ditambah pekerja keras, tinggi 181 cm, menjadikannya idaman kaum hawa. Devon duduk dan mengobrol santai dengan sahabatnya Aldian Fahmi bertubuh atletis, tegas, berkulit sawo matang tinggi 183 cm. Mereka menikmati suasana di Cafe Dfine. "Hai bro, apa kabar?" tanya Aldian "Baik bro" jawab Devon "Oh gimana masalah cinta Lo" ucap Aldian "Slow" ucap Devon santai "Maksud Lo apa?" tanya Aldian yang tak memahami sikap Devon Sejujurnya bukan hal sekali bahkan berulang kali Aldian tidak memahami sikap Devon. Meski sudah bersahabat bertahun-tahun ada saja yang Devon sembunyikan. "Menjalani semuanya seperti air yang mengalir" ucap Devon santai sambil meminum capuccino "Bro Lo bukan lagi ABG labil, Lo harus memikirkan masa depanmu. Gue bentar lagi nikah, Lo kok adem ayem. Setelah putus sama Leona waktu kuliah kenapa nggak cari pacar lagi, malah sibuk dengan bisnis Lo" ucap Aldian mencoba membuat Devon untuk kembali menjalin hubungan dengan perempuan Semua orang di sekitarnya tau Devon mulai berubah setelah putus dari Leona. Jadi lebih menyendiri, giat belajar dan fokus pada bisnis yang rintisnya dari nol. Percintaan seakan tabu baginya, hal ini membuat sahabat khawatir. "Sebenarnya gue ada alasan tersendiri" ucap Devon lugas sambil melirik pada handphone yang sempat bergetar notifikasi ada chat baru "Apa bro?" ucap Aldian "Ini semua karena hati gue terikat dengan penulis surat cinta gue waktu SMP. Gue udah berusaha buka hati buat yang lain eh taunya hambar, nggak ada yang istimewa" ucap Devon terus terang "Oh gitu, memangnya Lo tau siapa dia?" ucap Aldian antusias. Devon jarang membicarakan kisah cintanya, hal ini baginya untuk terus terang. Biasanya dingin, datar, dan tak berperasaan. Julukan manusia es selalu melekat padanya. Hanya sahabatnya yang biasa akrab atau paling nggak bisa cerita masalah, meski diakui masih sedikit tertutup, mungkin karena sikap introvert yang dimiliki. "Gue udah sempat cari, namanya Naira Aura Fransisca adik kelas kita. Dia juga sempat nulis surat cinta saat MOS kuliah dulu" ucap Devon mengingat dirinya yang mendapatkan surat cinta saat menjadi panitia OSPEK, Karena waktu MOS sebagai mahasiswa baru ditugaskan untuk membuat surat cinta kepada kakak tingkat. Hal itu membuat Devon mendapatkan banyak surat cinta karena dia most wanted waktu itu. Dan spesialnya Naira menulis untuk dirinya tentang harapan dan doa yang baik untuknya. Rangkaian kata mutiara mampu memberikan warna dalam harinya meski belum mengenal jauh, tapi hati sudah menemukan tempatnya. Bahkan wanita lain tak bisa memasuki relung hati Devon. "Wow, oh tapi gue nggak familiar sama nama itu" ucap Aldian mencari kenangan waktu SMP "Dia nggak terkenal, orangnya pendiam dan hanya fokus pada pelajaran" ucap Devon menjelaskan sambil memakan kue brownies yang dipesan tadi "Apa dia istimewa buat Lo?" ucap Aldian yang merasa Devon tidak seperti biasanya. Memikirkan seorang wanita berulang kali berarti dia istimewa di hatinya. "Gimana ya?" ucap Devon berpikir "Ngaku aja sob. Kalau nggak istimewa kenapa Lo selalu menyebutkan namanya" ucap Aldian santai "Mungkin" ucap Devon sambil meminum kopi latte "Gimana progres cinta Lo sebenarnya?" ucap Aldian "Biasa aja" ucap Devon "Nggak ada kemajuan apa" ucap Aldian yang bingung sikap Devon suka tapi kok nggak mau memperjuangkan "Gue masih belum ada kontak dengannya. Gue hanya stalker dia dari jarak jauh" ucap Devon "Bro, kalau cinta harusnya gercep. Apa Lo mau cewek yang Lo cinta jadi milik cowok lain" ucap Aldian yang mencoba memberikan nasihat "Nggak boleh. Awas aja kalau ada yang berani" ucap Devon galak "Sensi amat bro padahal Lo bukan siapa-siapanya" ucap Aldian yang heran sifat over Devon "Memang tapi masa depannya dengan gue" ucap Devon "PD banget padahal pendekatan aja belum" ucap Aldian "Itu karena gue lagi fokus nyiapin masa depan. Selain itu juga gue lagi berusaha agar orang tua gue menerima dia yang bukan dari kalangan atas" ucap Devon serius "Seriusan" ucap Aldian yang tak percaya sahabatnya berjuang untuk cintanya dengan caranya tersendiri "Iya jadi beberapa waktu lalu keluarga gue rapat. Dan hasilnya siapapun diantara gue dan kakak gue yang mau menjadi pemimpin perusahaan harus menerima perjodohan. Dan yang menentukan cintanya sendiri harus berjuang dari nol tanpa bantuan keluarga" ucap Devon Persyaratan orang tua Devon jelas. Pewaris perusahaan harus menerima perjodohan yang ditentukan tentunya dari kalangan atas pula. Sementara yang menentukan sendiri jodohnya hanya mendapatkan saham perusahaan dan harus memulai usaha dari nol. Meskipun begitu jodoh dari kalangan manapun yang dipilih pasti akan direstui. Tawaran itu sangat menggiurkan bagi Adelio. Baginya harta bukan segalanya melainkan kasih sayang yang dibutuhkan. "Terus Lo pilih yang mana?" ucap Aldian yang bertanya sikap Devon "Pastinya yang kedua agar orang tua gue bisa menerima Naira. Lagian harta nggak terlalu penting, bisa dicari. Nggak harus mewarisinya dari keluarga" ucap Devon "Keren banget bro, semoga Lo berhasil dalam bisnis maupun cinta" ucap Aldian penuh harap "Aamiin" ucap Devon Mereka pun menghentikan pembicaraan saat makanan dan minuman yang mereka pesan sampai. Mereka pun menyantap pesanan tersebut. Steak, Kentang goreng, Jamur krispi, dan udon semua habis termasuk minuman es jeruk, es teh. *** Di sisi lain Naira Aura Fransisca yang akrab di panggil Nai, usia 27 tahun, kulit kuning Langsat, tinggi 165 cm, punya lesung pipit. Pekerjaan freelance, penulis novel online, dan usaha lain. Naira disibukkan dengan aktivitas barunya belajar membuat kue, kursus bahasa asing. Di tengah proses membuat kue Nai dikejutkan suara melengking istri sepupunya sekaligus tetangganya Santi Dewi tinggi 158 cm, kulit kuning langsang, cempreng, cerita, pintar masak kue. Nai menghentikan aktivasinya dan berlari ke rumah Santi "Kak, ada apa kok kamu teriak gitu?" ucap Naira yang cemas "Ini Nai, akun sss kamu aneh deh masa' on 24 jam, mana aku message nggak dibalas. Aku butuh pulsa Nai untuk beli koin biar bisa baca novel, lagi nanggung nih ceritanya" ucap Santi yang nyerocos "Huh kirain apaan, yaudah nanti aku kirimin. Ku kira tadi urgent, aku harus lanjutin aktivitasku" ucap Naira yang menghela nafas. Sudah berpikir yang aneh-aneh taunya cuma pulsa. "Tunggu dulu Nai, kamu lihat dengan jelas deh sss mu online 24 jam" ucap Santi mengingatkan sembari menunjukkan sss di hpnya "Iya, kok bisa sih padahal aku nggak lagi log in pakai akun itu" ucap Naira heran. Bagaimana mungkin sss pribadinya online 24 jam padahal dia lagi log in di sss bisnis. sss pribadi hanya ditujukan untuk teman-temannya dan jarang ada yang tau. Kira-kira siapa dan motif apa coba padahal teman cuma 500 doang yang ikuti bisa diitung jari. Aneh banget rasanya. "Terus siapa dong. Hacker kalinya" ucap Santi yang merasa aneh "Entahlah aku nggak yakin. Secara apa untungnya akunku dihack wong temanku aja dikit" ucap Naira "Iya juga, kalau stalker gimana?" ucap Santi "Nggak tau, nanti gue urus. Sekarang aku mau lanjutin buat kue, keburu moodku hancur. Makasih infonya" ucap Naira "Jangan lupa cepat kirim pulsanya biar aku bisa baca novel CEO tampan" ucap Santi "Kesemsem banget sama CEO tampan" ucap Naira "Iya gitu deh. Harapnya dulu CEO tampan eh dapatnya sepupumu" ucap Santi yang menghayal "Jangan halu gitu-gitu bang Doni pengertian dan pekerja keras" ucap Naira "Iya juga, karena itu kamu aja yang dapat CEO tampan biar tiap hari dapat pemandangan yang menyejukkan" ucap Santi yang semakin ngelantur "Jangan bawa gue segala, hari gini kalau ada CEO tampan pastinya milih yang sekelas bukan sepertiku yang remahan rengginang" ucap Naira yang realistis "Siapa tau aja jodoh kamu seperti itu" ucap Santi "Cukup berhenti mempengaruhi pikiran ku. Aku cabut dulu" ucap Naira "Ya silakan siapa yang nahan" ucap Santi "Kakak yang terus ajak bicara" ucap Naira "Yaudah sana keburu kue kamu gosong" ucap Santi "Huh" ucap Naira kesal dan melangkah kembali ke halaman rumah. Naira melanjutkan aktivitas memasak kue kering. Setelah adonan jadi dan rasanya pas, Naira membentuk kue yang lucu. Setelah itu memanggangnya sampai matang. 2 jam berkutat di dapur akhirnya kue jadi dan diletakkan di toples. Saat sore hari Naira menyiapkan kue ditoples kecil untuk dinikmati sembari minum teh menemani tontonan TV kesayangan "Terpaksa Menikahi Tuan Muda". Saat asyik menonton, bel berbunyi dan menoleh, terlihat Santi yang datang yang langsung masuk serta ikut duduk. "Duh enaknya makan kue sambil nonton tv" ucap Santi yang juga mengambil dan makan kue "Enak dong, Loh kak kenapa kamu kesini" ucap Naira yang tak memperhatikan Santi yang terus makan kuenya. Naira hanya fokus pada TV "Aku mau ada temannya secara mas Doni di luar kota. Aku kesepian, oh kamu suka lihat sinetron itu" ucap Santi yang ikut melihat TV "Iya, memangnya masalah?" ucap Naira "Nggak sih, aku juga suka apalagi Abimana ganteng banget" ucap Santi ceplas-ceplos "Mulai lagi deh" ucap Naira yang minum teh "Fbmu sudah kau urus" tanya Santi "Belum lagi badmood" ucap Naira "Cepetan diurus keburu ada masalah lain" ucap Santi mengingatkan "Ok. Loh kenapa kue ku tinggal dikit" ucap Naira yang melihat kuenya tinggal sedikit padahal rasanya makannya cuma beberapa "He he maaf ternyata kue kamu enak jadi nggak bisa berhenti. Boleh nambah lagi Nai" ucap Santi "Nggak, kalau kurang buat aja sendiri, kan kamu masternya" ucap Naira "Iya, kapan-kapan aku buat. Nai ceritanya mirip Novel" ucap Santi menunjuk pada sinetron "Iya gitu deh" ucap Naira santai "Seru ceritanya" ucap Santi "Setuju" ucap Naira Keduanya asyik menonton tv. Dan malam itu berakhir dengan menginapnya Santi di rumah Naira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD