Part 5

1723 Words
"Apakah semua sudah paham?" Tanya Dafa menggunakan mikrofon, sehingga suara yang dihasilkan pun cukup keras. Semua peserta MPLS fokus dengan arahan dari Dafa, terutama perempuan yang memang mengidolakan Dafa. Mereka menyukai Dafa karena tegas dalam memimpin dan juga ketampanannya. Saat ini, beberapa anggota OSIS ada yang di depan menemani Dafa dan ada pula yang berada di di pintu masuk samping maupun depan. Tidak hanya ada anggota OSIS saja, melainkan di sana juga ada aktivis dari organisasi lain, seperti paskibra, PKS, Pramuka, dan masih banyak lainnya. Mereka semua ikut dalam acara tersebut dan mereka pula juga ikut dalam menghandle acara ini agar berjalan dengan lancar, terutama dalam hal ketertiban.  "Paham, Kak!" Jawab peserta MPLS serentak. "Masih sepagi ini kenapa suaranya seperti orang kelaparan? Ayo, yang semangat!" Ajak Dafa. "Memang belum sarapan, Kak!" Cletuk salah satu peserta MPLS yang berada di sudut ruangan. Dia perempuan dan menurut Dafa tidak punya malu. Namun, Dafa tidak mempermasalahkan hal tersebut karena dia juga tidak ingin kalau acara ini berjalan sangat kaku. Memang sih dia itu kaku, tapi dia lebih suka kalau acara ini berjalan dengan rasa nyaman, bukan seperti hal nya seniorita yang bikin orang lain merasa terbebani karena Dafa sendiri tidak suka kalau diperlakukan seperti hal tersebut. Dia selalu berpegang teguh pada prinsipnya, yaitu jika dirinya tidak menyukai terhadap suatu hal maupun diperlakukan tidak adil oleh orang lain maka dia tidak ingin melakukan hal tersebut kepada orang lain. Logikanya jika diri sendiri saja tidak mau apalagi orang lain, kan rasanya cukup aneh. Menurut Dafa, jika hal itu dibiarkan maka sama hal nya seperti orang yang dendam, padahal tidak ada sedikitpun niat dalam diri Dafa untuk melakukan hal tersebut. Belajar dari kesalahan memanglah suatu hal yang patut diacungi jempol karena rasanya itu lebih cepat dibandingkan dengan orang yang biasa-biasa saja. Saat ini, Dafa pun tersenyum kepada peserta MPLS tersebut. Dia jadi teringat satu tahun yang lalu di mana dirinya juga merasakan di posisi peserta tersebut. Satu hal yang terpenting bagi Dafa adalah menaati aturan. Oleh karena itu, dia benar-benar memaklumi hal tersebut dan bahkan dia tidak mengerti mengapa dirinya sangat lulus dalam melakukan hal tersebut. "Sabar ya adik-adik, sebentar lagi kita akan makan bersama-sama kok. Silahkan disiapkan bungkus makanannya sesuai dengan apa yang telah diperintahkan pada saat acara technical meeting," kata Dafa dengan sangat lembut, bahkan beberapa perempuan pun ada yang sampai ikut kebawa perasaan, padahal kan itu bukan hanya untuk satu orang, melainkan orang banyak. Jika tidak bisa mengontrol diri maka kemungkinan besar sih akan mudah sakit hati. Hal yang paling rawan soal hati adalah di mana seseorang telah menaruh harapan kepada seseorang yang disukainya karena setiap orang itu memiliki hak untuk memilih, sehingga apa pun yang sudah diberikan kode tidak akan peka ketika orang tersebut lebih memilih untuk orang lain. Hal tersebut seringkali dirinya rasakan dan tentunya dia juga tidak tahu lagi harus berbuat apa karena dia juga takut kalau nanti si perempuan tersebut ikut terbawa suasana. Sudah cukup dirinya dianggap sebagai laki buaya, meskipun sebenarnya dia tidak pernah memberikan harapan kepentingan orang lain. Hal itu mudah dipahami bagi orang yang sudah mengenal siapa itu Dafa dan bahkan perempuan yang mengaku-ngaku tersebut bukan hanya sekali maupun dua kali saja, tetapi beberapa kali. Namun, Dafa masih bisa menjaga diri dan juga memiliki batasan ketika berteman dengan orang yang agak aneh seperti itu. Andai saja dia tidak memiliki prinsip hidup dalam sebuah hubungan maka kemungkinan besar dia benar-benar akan masuk ke dalam kategori laki buaya dan Dafa tidak ingin hal itu terjadi kepada dirinya karena image adalah nomor satu. Rata-rata dari orang itu yang paling sorotannya oke adalah orang yang terlihat cuek maupun dingin, meskipun sebenarnya orang tersebut hangat dan juga tidak pernah pilih kasih dalam pertemanan, tapi soal percintaan maka orang tersebut memiliki hak nya sendiri untuk menentukan pilihannya, bisa dikatakan sangat pilah pilih. Namun, itu semua kan hak setiap orang, apalagi Dafa itu sebenarnya tidak ingin menghabiskan waktu bersama orang yang salah. Terlalu banyak membuang waktu sama halnya orang yang tidak bisa menghargai keadaan karena satu menit saja akan sangat berarti bagi orang yang benar-benar sangat membutuhkan. Oleh karena itu, Dafa itu termasuk tipikal orang yang sangat disiplin oleh waktu. Dia tidak peduli akan dibilang orang lain apa karena dia lah yang akan menjalani kehidupan dengan segala pilihannya tersebut. Yakinlah bahwa setiap pilihan itu pasti ada alasan, sehingga jika tidak dipilih maka kemungkinan besar bahwa hal tersebut tidak masuk dalam kategori orang yang memilih tersebut. "Sudah dong, Kak, lapar banget nih," kata peserta MPLS dari arah pojok depan, kali ini yang berkata seorang laki-laki. Ada sedikit rasa kasihan pada diri Dafa karena dia sendiri tahu bagaimana rasanya ketika makan telat. Apalagi berangkat acara MPLS ini sangatlah pagi. Bukan hanya peserta saja yang lapar, panitia pun sama, khususnya para anggota OSIS. Dafa dapat melihat beberapa temannya ada yang sudah lemas. Bagaimana mereka tidak lemas jika seorang anggota OSIS berangkatnya lebih pagi karena mereka adalah contoh. Mana mungkin seorang anggota OSIS berangkat telat, nanti yang ada malah menjadi bahan pembicaraan peserta MPLS dan bahkan ada kemungkinan bisa disepelekan oleh mereka. "Waktunya masuk ke acara sarapan, Daf," bisik Gibran dengan jari telunjuknya menunjukkan jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dia pun menghela napas menahan sedikit kesal karena acara ini tidak berjalan sesuai dengan harapannya. "Oke adik-adik, sekarang siapkan nasi bungkusnya lalu kalian geser ke kanan sebanyak lima kali. Sarapan yang kalian bawa tukarkan dengan milik teman kalian!" Pinta Dafa. Tujuannya itu hanya agar mereka bisa tahu rasanya berbagai. Lagian lauk yang mereka bawa rata-rata sama, yaitu sesuai dengan apa yang telah diperintahkan sebelum hari pertama kali kegiatan MPLS. Mereka semua melakukan sesuatu dengan apa perintah Dafa, bahkan ada beberapa orang yang raut wajahnya berubah. Mungkin karena mereka membawa lauk lebih dari perintah. Oleh karena itulah salah satu tujuan dari acara tersebut. Tidak sedikit pun Dafa merasa kasihan kepada peserta tersebut karena dia masih ingat apa yang dirinya ucapkan dan hal itu pun sudah sesuai dengan perintah dan jika tidak sesuai maka peserta tersebut lah yang menyalahi aturan. Bahkan cukup banyak peserta yang merasa kesal dan bahkan ada yang mengungkapkan kekesalannya secara terang-terangan, sedangkan Dafa menanggapinya hanya dengan senyuman. "Nah, sekarang kalian boleh makan," ujar Dafa dan hal itu langsung dilaksanakan oleh mereka. Dafa tidak menyangka kalau gerakan mereka sangat cepat, seperti orang yang kelaparan dan tidak makan selama berhari-hari. Tak sengaja tatapan Dafa menuju ke arah tempat duduk kosong yang hanya ada tas dan perlengkapan pribadi, dia masih ingat kalau pemilik barang tersebut adalah Ana. Namun, anehnya dia tidak berada di sana. Jantung Dafa berdetak lebih cepat dari biasanya, dia pun tidak tahu pasti mengenai dirinya yang sering kali merasa berdebar jika menyangkut dengan Ana, meskipun dia baru mengenal Ana. Rasa penasaran dalam diri Dafa pun semakin menggebu-gebu dan hal itu lah yang membuat dirinya merasa aneh dan tidak bisa untuk tinggal diam. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mencari Ana karena tiba-tiba dia merasa tidak enak. Dafa juga tidak bisa berlama-lama dalam perasaan ini karena dia takut kalau nanti terjadi hal buruk pada diri Ana. "Gibran, gue minta tolong gantiin posisi gue sebentar ya, ada sesuatu yang harus gue selesaikan, ini darurat banget," ujar Dafa dengan raut wajah panik. Gibran sendiri tidak menyangka jika Dafa bisa sepanik itu, karena selama ini, dia itu selalu cuek dan kalaupun ada masalah pasti lebih memilih untuk tenang dan diam. Hal ini juga kali pertama Gibran melihat Dafa sepanik ini. Rasanya cukup aneh sih, tapi mau bagaimana lagi jika hal itu sesuai dengan kenyataan. Oleh karena itu, Gibran hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Untung saja masih pagi, sehingga acara-acara yang inti belum masuk, sehingga masih aman-aman saja. Apalagi mengingat tanggung jawab sebagai ketua itu kan cukup berat. "Siap!" Jawab Gibran dengan tangan kanannya hormat layaknya sedang upacara bendera. Dafa melangkahkan kaki tergesa-gesa karena semakin melangkahkan kaki maka pikirannya semakin dipenuhi hal buruk. Dia sendiri juga bingung karena selama ini, dia tidak pernah sepanik ini. Kalau biasanya, sepanik apapun keadaannya maka dia masih bisa tetap mengontrol diri sehingga apa yang dirasakannya itu tidak dapat diketahui oleh orang lain. Selama kuat menahan sendiri sih tidak masalah karena yang menjadi masalah itu yang tidak kuat dan bahkan bisa jadi membuat seseorang jadi gila. Cukup aneh sih, tapi mau bagaimana lagi jika itu sesuai dengan kenyataannya. Tujuannya kali ini langsung menuju ke arah kamar mandi yang tadi bersama Ana, entah mengapa firasatnya langsung menuju ke arah tempat tersebut. Di saat langkah kakinya sampai di ambang pintu masuk lorong kamar mandi, dia sedikit merasakan ada sesuatu yang aneh. Lehernya sedikit terasa dingin dan seperti ada yang menggelitik. Tangan kanan Dafa mengusap pada bagian tersebut. Kali ini, dia tidak peduli kamar mandi perempuan maupun laki-laki karena yang terpenting adalah dirinya bisa memastikan tidak ada hal aneh yang terjadi di pagi ini. Akhirnya dia langsung membuka pintu tanpa ada sedikitpun rasa ragu. Kedua mata Dafa reflek membulat sempurna ketika melihat perempuan tak sadarkan diri di bawah wastafel dengan air keran yang masih menyala, ternyata perempuan tersebut adalah Ana, satu hal lagi yang janggal, di sekitar Ana pingsan terdapat bau anyir yang sangat menyengat, padahal tidak ada sedikitpun bekas darah. Sebelum mengangkat tubuh Ana, dia mengecek kembali kondisi sekitar untuk memastikan bahwa apa yang dilihat dan diciumnya itu salah. Namun, ternyata hasilnya masih sama. Oleh karena itu, Dafa tidak mau membuang banyak waktu, sehingga dia langsung mengangkat tubuh Ana untuk dibawa menuju ke UKS. Tubuhnya cukup berat, tetapi Dafa terus berusaha agar usahanya itu tidak sia-sia. Brak! Suara pintu UKS ditendang kaki Dafa. Tendangan tersebut di luar kesadaran karena dia terlalu panik dalam menghadapi situasi dan kondisi saat ini. Untung saja tidak ada guru maupun siswa yang lewat. Jika ada, maka kemungkinan Dafa akan diomeli atau bahkan diberikan sanksi karena perbuatannya tadi bisa saja merusak fasilitas sekolah. Ya memang cukup aneh dan terlalu berlebihan sih, tetapi kembali lagi kepada masing-masing orang dan bagaimana cara menghadapi hal tersebut. Dafa merebahkan tubuh Ana di atas ranjang UKS, tak lupa pula dia melepaskan sepatu yang dikenakan Ana. Sampai saat ini, Dafa tidak tahu penyebab Ana pingsan. Jika dikata sakit maka rasanya tidak mungkin karena badannya dingin, tetapi anehnya bibirnya pucat seperti orang sakit. Akhirnya Dafa pun membuang pikirannya tersebut dikhawatirkan menjadi overthinking. "Daf!" Panggil seseorang dari belakang. Dafa membalikkan badan melihat ada seorang perempuan yang berdiri di sana. "Iya?" "Keadaan dia dianggap sebagai penyusup dan bahkan bisa berakibat fatal," jelas perempuan tersebut sambil menunjuk Ana yang masih terbaring tak sadarkan diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD