Setelah mengantar Dimitri ke sekolah Ziva meminta supir mengantarnya pulang ke kediaman Cristopher. Ia menghela napasnya karena harus menghabiskan waktu di rumah yang penghuninya sangat membenci dirinya. Tak ada satupun sekutu yang ia miliki saat ini. Ziva melangkahkan kakinya masuk kedalam kediaman Cristopher. Ia melihat Catherin nenek Evans menatapnya dengan tatapan tak suka. Saat ini Catherin dan Grace ibu tiri Evans beserta Clara sedang duduk di ruang keluarga.
Apa yang mereka rencanakan.
Batin Ziva.
Ziva melewati mereka dengan acuh namun tiba-tiba Clara mempercepat langkahnya seolah mengejar Ziva dan ia berhasil menarik rambut Ziva dengan kasar membuat Ziva terpekik.
"Apa yang kau lakukan?" teriak Ziva.
"Hahaha... Tak ada larangan buat aku untuk tidak mengusikmu," ucap Clara.
"Lepaskan!" ucap Ziva berusaha melepaskan tangan Clara dari rambutnya.
"Selama ini aku tidak menyakitimu karena kau berjanji untuk tidak menarik perhatian Evans, tapi tadi kau telah melakukan kesalahan yang membuatku harus segera menyingkirkanmu!" ucap Clara.
"Evans adalah suamiku, apa salahku jika aku menginginkan dia memperhatikanku dan putraku!" ucap Ziva kesal. Clara makin mencengkram rambut Ziva membuat Ziva segera menarik tangan Clara dan dengan gerakan cepat Ziva membanting tubuh Clara membuat mereka yang melihat kejadian itu terkejut.
"Apa yang kau lakukan dengan keponakanku!" teriak Grace.
Ziva menatap mereka dengan berani. Dia bukan Zava yang akan bersikap acuh dan licik. Mungkin Zava hanya akan terkekeh dan menatap Clara dengan tatapam masa bodoh. Zava bahkan akan menerima uang yang biasanya akan diberikan Grace agar Zava segera menjauh dari Evans. Grace mengeluarkan selembar kertas yang bertuliskan angka cukup tinggi untuk membuat Zava menjauh dari Evans.
"Apa kau kekurangan uang, dengan cek ini kau bisa membeli beberapa pakaian mahal dan bahkan liburan dengan kekasihmu!" ucap Grace membuat Ziva menghela napasnya.
"Saya tidak perlu uang anda Nyonya!" ucap Ziva.
"Dasar jalang tidak tahu diuntung lebih baik memberi makan binatang dari pada memelihara setan sepertimu!" ucap Clara membuat Ziva menatap Clara dengan tajam.
Ziva melangkahkan kakinya mendekati Clara dan dengan berani ia menampar wajah cantik Clara, membuat suasana semakin mencekam. Mereka tidak tahu jika sang tuan besar pemilik istana megah ini menyaksikan adegan demi adegan di kediamananya dari lantai dua. Tuan besar itu adalah Evans yang takjub melihat keberanian istri palsunya.
"Jaga mulutmu, mulai sekarang saya tidak akan berdiam diri atau merendahkan meratabat saya untuk membiarkan kalian menertawakan saya!" ucap Ziva.
"Martabat?" tanya Grace ia berdiri dan menatap Ziva dengan tatapan tajam. "Martabat mana yang ingin kamu tunjukan? Wanita yang tidak punya harga diri itu disini adalah kamu..." ucap Grace.
Ziva menggenggam kedua tangannya.
Haruskah ia juga memukul ibu mertuanya dan hampir seumuran dengan ibu kandungnya? "Jelas saya punya harga diri nyonya" ucap Ziva.
"Hahaha... Beberapa bulan ya lalu harga dirimu hanyalah seonggok uang. Demi uang kamu rela melakukan apa saja. Bahkan mencium kakiku mungkin akan kamu lakukan!" ucap Grace. Ia kemudian mendekati Ziva dan menatap Ziva dari dekat.
"Tidur dengan banyak lelaki diluar sana membuatmu berubah banyak," ucap Grace. "Apa yang terjadi denganmu beberapa bulan ini?".
Ziva apa yang kau lakukan... Jika sikapmu seperti ini mereka pasti curiga padamu. Tapi aku tak bisa bertahan untuk menjadi Zava. Semua sikap Zava bertolak belakang dengan hati nuraniku.
Grace mengambil pas bunga yang ada di meja dan meleparkan pas bunga itu tepat mengenai kepala Ziva, membuat Ziva menahan rasa sakit dan perih. Darah menetes dikepala Ziva hinga darah itupun mengalir diwajahnya.
Ziva mencoba bertahan agar ia terlihat kuat namun ternyata ia tidak sanggup menahan tubuhnya hingga ia terjatuh dan tidak sadarkan diri. Evans meminta meminta bawahanya untuk membawa Ziva.
"Mau kamu bawa kemana dia?" tanya Grace.
"Saya diminta Tuan Evans untuk membawa Nyonya ke kamarnya!" ucap Ferderic. Asisten kepercayaan Evans.
Tak ada yang berani membatah keinginan Evans. Termasuk sang Nenek Catherin yang sejak tadi memilih diam alih-alih ikut campur dalam tindakan Grace dan Clara yang ingin menyakiti Ziva.
Federic membawa Ziva masuk kedalam kamar Evans dan sang pemilik kamar meminta Federic untuk membaringkan tubuh Ziva diatas ranjang miliknya.
"Panggilkan Darren!" ucap Evans membuat Federic segera melakukan perintah sang tuannya dengan segera.
Evans menatap Ziva yang tidak sadarkam diri dengan tatapan penasaran. Ia kemudian mengambil tisu dan membersihkan wajah Ziva yang berlumuran darah.
"Zava kembalilah, jangan membuat masalah lagi. Kasihan orang tua kita!" ucap Ziva tanpa sadar membuat Evans menatap garis wajah Ziva.
"Ternyata kau lebih menarik dari dia," ucap Evans.
Evans duduk disebelah Ziva dan menatap Ziva yang terisak dan kemudian terlihat mengerutkan dahinya karena merasa kesakitan. Ziva masih belum sadar membuat Evans sedikit khawatir karena Ziva mengeluarkan banyak darah.
Beberapa menit kemudian sosok dokter yang telah ditunggu Evans datang. Dokter tampan itu menatap sinis Evans dan ia segera memeriksa Ziva.
"Kau tau dia bukan istrimu, kenapa kau membiarkan keluarga gilamu memperlakukannya dengan buruk?" kesal Darren.
"Aku belum tahu sifat asli perempuan ini, apa dia benar tulus dengan putraku atau dia memiliki rencana lain bersama tua bangka Edwar," ucap Evans.
Darren segera menjahit luka kepala Ziva dan ia merutuki kebodohan sahabatnya itu yang sulit menilai perempuan yang baik. "Kau memilihara wanita iblis seperti Clara. Kenapa tidak kau buang saja dia. Bukannya kau sudah bosan bersamanya!" ucap Darren.
"Belum waktunya, membuangnya akan membuat rencana Grace untuk merebut apa yang menjadi milikku semakin mudah. Aku ingin mempermainkan Grace dan Clara setelah itu aku akan menujukkan kepada laki-laki tua bangka itu bagaimana prilaku istrinya yang sebenarnya," ucap Evans.
"Rawat dia dengan baik, dia harus banyak istirahat dan sepertinya kau harus mengurungnya dikamarmu beberapa hari, agar wanita-wanita iblis itu tidak berencana membahayakan nyawanya!" ucap Darren.
Evans menaikkan sebelah alisnya "Ternyata dia begitu polos berbeda dengan saudarinya."
Darren terkekeh "Aku sarankan kau untuk berhati-hati karena perempuan ini berbeda. Hatimu akan mudah dikacaukan olehnya. Tapi jika dia sangat mengganggumu, aku siap menampungnya bahkan menjadikannya istriku!" ucap Darren membuat Evans tersenyum sinis.
"Kau sungguh ingin bekas milikku?" tanya Evans.
"Hahaha, wanita polos dan belum tersentuh. Dia sosok wanita yang hebat yang tidak memiliki catatan buruk bersama seorang pria. Tentu saja akan jadi menarik jika aku dapat memilikinya," ucap Darren.
Evans menatap tajam Darren "Jangan harap kau bisa mendekatinya tanpa seizinku!" ucap Evans.
"Hehehe, melihat wajah cantik yang sama dengan Zava membuatku berpikir apakah dia lebih baik dari w*************a itu. Kau tahu istri cantikmu Zava menjadi minat para laki-laki di kota ini. Tapi karena uangmu dia tertarik padamu dan melakukan segala cara untuk mendapatkanmu," ucap Darren.
Evans menatap Ziva yang terlelap dengan tatapan penuh minat. Memang benar apa yang dikatakan Darren. Zava adalah wanita yang sangat cantik secantik bidadari tapi sikap prilakunya yang membuat Evans muak. Tapi perempuan yang ada dihadapannya saat ini memiliki wajah yang sama, namun mata coklat yang indah membuatnya terlihat seperti malaikat.
Evans telah membaca berkas yang sampai pagi ini dari hasil penyelidikan Xavier. Si anjing gila ini sangat cepat mendapatkan informasi yang Evans inginkan. Dalam informasi yang ia dapatkan, Ziva adalah seorang perempuan yang sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Cerdas, mandiri dan juga penyayangan. Ziva terpaksa menggantikan Zava karena ancaman Edwar. Edwar tidak akan segan membunuh keluarganya sendiri asal tujuannya tercapai.
"Hanya ada dua pilihan, biarkan dia terjebak untuk hidup bersamamu atau lepaskan dia. Dia tidak bersalah dan tidak harus menghadapi hal gila bersama keluargamu!" ucap Darren prihatin melihat kondisi Ziva di hari kedua yang tinggal di kediaman Cristopher. "Aku pergi, banyak pasien yang membutuhkanku saat ini!" ucap Darren menyerahkan secarik kertas berisi resep dan segera melangkahkan kakinya meninggalkan Evans yang saat ini sedang menatap Ziva.
Evans memerintahkan para pengawalnya untuk menjaga Ziva. Ia tidak membiarkan siapapun masuk kedalam kamar Ziva kecuali para pelayan yang ia percaya untuk merawat Ziva. Tentu saja prilaku Evans membuat seisi kediamam Cristopher terkejut. Bukannya Evans tidak peduli dengam Zava, tapi kenapa Evans melindungi Zava. Pertanyaan semua penghuni kediaaman Cristopher tidak membuat mereka berani bertanya kepada Evans.
Setelah memerintahkan para pelayan dan penjaga untuk menjaga Ziva. Evans segera berangkat ke Kanada selama tiga hari. Tentu saja Clara mengikuti Evans pergi ke Kanada. Walaupun Clara selalu berada didekatnya, tapi tak sekalipun hati beku Evans tersentuh dengan semua perhatian yang diberikan Clara padanya.
Skandal yang diciptakan Zava akan membuat Ziva mengalami masalah. Seperti kehadiran adik tiri Evans yang sangat mencitai Zava.
Setelah melihat kepergian Evans, Abel anak tertua Grace dari suami pertamanya menatap sinis kamar Evans yang saat ini dijaga ketat. Dulu Abel akan puas bermain bersama Zava bidadari cantik yang selalu membuatnya ingin menyelinap ke kamar Zava ketika malam.
Kau pulang sayang tapi kau tidak menyambutku seperti biasa. Puas bermain diluar tapi aku yang akan selalu menerimamu kembali.
Aku merindukanmu Zava cantik...
Ziva tidak tahu jika bahaya akan segera mendatanginya. Ia tidak akan bisa bersikap seperti Zava yang memiliki banyak lelaki yang rela tidur diranjangnya. Abel menunggu kesempatan agar ia bisa mendekati Ziva. Pengawal Evans pasti akan menyusahkannya jika ia berani menyelinap masuk ke kamar Evans. Abel tidak ingin mengambil resiko karena harus melawan perintah Evans. Ia ingat bagaimana Evans ingin menembak kepalanya, saat ia membuat masalah beberapa tahun yang lalu di club.
***
Dua hari berlalu Ziva membuka matanya. Kepalanya sungguh sangat perih. Ia melihat keselilingnya dan terkejut karena saat ini ia berada didalam kamar yang pernah ia datangi sebelumnya. Kamar suami Zava yang tidak boleh dimasuki siapapun kecuali izin dari pemilik kamar.
Seorang suster tersenyum dan segera mendekati Ziva. Ia membuka infus yang ada di pergelangan tangan Ziva. "Terimakasih Sus" ucap Ziva.
"Saya pelayan anda Nyonya. Saya adalah pelayan yang bertugas menjaga kesehatan Nyonya!" ucapnya.
Ziva sungguh terkejut bahkan pelayan yang dimiliki keluarga Cristopher memiliki pendidikan tinggi sebagai seorang suster. "Kenapa anda ingin bekerja sebagai pelayan sedangkan anda adalah seorang suster?" tanya Ziva.
"Gaji disini lima kali lipat dari gaji saya di rumah sakit. Mengikuti tuan Evans adalah suatu kehormatan bagi kami," ucapnya membuat Ziva terkejut.
Mengikuti seorang mafia jahat bisa membuatnya bangga. Sungguh aneh...
"Siapa namamu?" tanya Ziva.
"Saya Ema nyonya dan mulai sekarang saya akan menjadi pelayan pribadi anda!" ucap Ema membuat Ziva melototkan matanya.
"Tapi saya tidak perlu pelayan!" ucap Ziva.
Ema tersenyum dengan gerakan cepat ia membuka perban dikepala Ziva "Ini perintah Tuan Evans dan jika saat tidak mengikuti perintah Tuan saya akan di pecat nyonya. Saya memiliki seorang adik dan ibu yang harus saya jaga. Gaji disini membuat keluarga saya bisa bertahan Nyonya," jujur Ema.
"Tapi saya..."
"Anda membutuhkan saya Nyonya. Keluarga tuan besar bisa saja membunuh nyonya saat ini juga!" ucap Ema.
Bukannya Zava tidak diberikan asisten dan pelayan seperti ini oleh Evans. Kenapa dia melakukan ini...
"Saya akan membantu Nyonya mandi dan sebentar lagi tuan sampai nyonya. Tuan mempercepat kepulangannya karena tuan kecil menangis sejak anda tidak sadarkan diri dan tuan kecil dilarang bertemu anda!" ucap Ema.
"Aku ingin bertemu Dimitri Ema!" ucap Ziva.
"Kita segera akan bertemu Tuan muda asalkan nyonya selalu menuruti perintah Tuan Evans!" ucap Ema.
"Kenapa? Bukannya aku adalah ibunya. Kenapa aku harus dilarang bertemu putraku?" tanya Ziva bingung dengan sikap Evans padanya.
"Tuan memerintahkan agar Nyonya beristirahat. Jadi Tuan melarang Tuan kecil untuk menemui anda Nyonya!" jelas Ema.
Ziva segera berdiri namun entah mengapa ia merasakan pusing dan ia sulit menjaga keseimbangan tubuhnya. Ema segera membantu Ziva berdiri. "Ayo Nyonya!" ucap Ema memapah Ziva menuju kamar mandi.
Ziva membiarkan Ema membersihkan tubuhnya. Baru kali ini ia mendapatkan pelayanan bak seorang putri. Ziva sebenarnya tidak nyaman diperlakukan seperti ini, tapi ia tak mampu menolak Ema. Ema juga membantunya memilih pakaian dan membantunya memakaikannya. Ema juga merapikan rambut Ziva dan menutup luka Ziva.
Ziva mengambil softlens bewarna hitam pekat agar menutupi warna mata aslinya. Ia merutuki kebodohannya karena lupa memakai softlens saat pertama kali datang ke kediaman Cristopher.
"Mata anda lebih cantik Nyonya tanpa softlens!" ucap Ema.
Mata coklatku akan membuatku ketahuan jika aku bukan Zava.
"Tapi aku lebih menyukai warna hitam," ucap Ziva. Ia segera memakai softlens bewarna hitam untuk menyempurnakan penyamarannya. Ziva tidak menyadari jika penyamarannya telah diketahui Evans. Ziva memoles bibirnya dengan warna merah terang dan sekarang ia telah benar-benar menjelma menjadi Zava.
Aku terlihat sangat cantik seperti Zava tapi aku tetap bukanlah Zava. Aku tidak bisa berpura-pura memiliki sikap yang sama seperti Zava. Mulai sekarang Zava yang harus berubah menjadi Ziva. Tidak ada Zava yang dulu sekarang Zava yang baru yang berusaha memperbaiki sikapnya.
Bunyi ketukan pintu membuat Ema segera membuka pintu. "Tuan sudah pulang dan meminta Nyonya untuk segera bergabung bersama di ruang makan!" ucap salah seorang pelayan.
Ziva menganggukkan kepalanya dan segera keluar dari kamar Evans bersama Ema. "Ema nanti saya akan segera kembali kekamar saya!" ucap Ziva.
"Tidak Nyonya mulai sekarang Nyonya akan tidur dikamar yang sama dengan Tuan!" ucap Ema membuat Ziva terkejut dan tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Menurut pamannya Edwar, hubungan Evans dan Zava sangat buruk hingga Evans tidak pernah memperlakukan Zava sebagai seorang istri dan tidur terpisah. Tapi kenapa Evans memberikannya seorang pelayan seolah Evans peduli padanya? membuat Ziva penasaran apa yang sebenarnya dipikirkan Evans saat ini padanya.