Cold Daddy

3617 Words
"Hoamm" "Yoonhee tidur ya sayang, sudah jam 10, besok kan sekolah" "Tapi appa belum pulang, eomma. Yoonhee mau tunggu appa pulang" "Sebentar lagi pasti appa pulang, jadi tidur ya sayang" "Tidak, eomma" bocah berumur enam tahun itu tetap pada pendiriannya. Menunggu ayahnya pulang walaupun dirinya sudah mengantuk. Sudah tiga hari belakangan dirinya tidak bertatap muka dengan sang ayah, membuat Yoonhee merindukannya. Ayahnya akan pulang larut malam disaat dirinya sudah tertidur dan berangkat kerja pagi buta sebelum dirinya bangun tidur. Bahkan sekolah pun ibunya yang mengantar, biasanya sang ayah akan mengantar Yoonhee sampai depan kelas. Ceklek "Appa!" teriak Yoonhee riang, berlalu cepat menuju pintu apartemen diikuti sang ibu. Senyum cerah tak lupa dia pamerkan pada sang ayah yang sedang melepas sepatu kerjanya. "Appa, apa kabar? Yoonhee merindukan appa," "Yoonhee jangan ganggu appa" "Ah iya," Yoonhee menyodorkan buku gambar yang sedari tadi dia bawa, "appa lihat ini! Gambaran Yoonhee menjadi yang terbaik dikelas. Yoonhe mendapat nilai seratus dala..." "Yoonhee! Sudah appa bilang, jangan ganggu appa! Appa lelah!" teriakkan Yoongi sontak mengaggetkan kedua perempuan cantik di depannya. Bahkan senyuman Seonhee, sang istri luntur seketika, berubah menjadi raut marah. "Im Yoongi!" bentak Seonhee balik. Anak manis itu menunduk takut, setelah sentakan ayahnya dia tak dapat membendung air matanya sendiri dan setelah mendengar sentakan kedua dari sang ibu, air matanya bertambah deras. Ini pertama kalinya Yoonhee mendapat bentakan dan mendengar teriakan kedua orang tuanya. Biasanya tidak seperti ini, Yoongi bukan orang yang suka berkata kasar apalagi menggunakan nada tinggi di depan anaknya. Sungguh ini bukan ayah Yoonhee. "Terserah! Aku lelah" kata Yoongi dingin, berlalu masuk ke dalam kamar meninggalkan suara isakan anak manis yang sedang memeluk buku gambarnya. Seonhee menghela nafas. Iya, ini sifat asli seorang Im Yoongi yang tidak pernah ia perlihatkan di depan anaknya. Seonhee sudah mewanti-wanti agar Yoongi menjaga kelakuannya di depan sang anak. Tapi malam ini, lelaki itu lepas kontrol hingga membentak anaknya seperti tadi. Wanita cantik berambut bob itu berdiri bertumpu pada lutut, mensejajarkan tinggi badannya dengan sang anak. "Yoonhee sayang, maafkan appa ya. Appa tidak sengaja membentak Yoonhee. Mungkin appa sedang lelah sayang" tangannya terulur mengelus rambut lembut anaknya yang tetap menunduk. Air mukanya memerah, tak kuasa Seonhee melihatnya. Seonhee mengangkat wajah sang anak, mengusap air mata si manis selembut mungkin. "Lebih baik sekarang Yoonhee tidur ok?" Yoonhee mengangguk, membuat sang ibu tersenyum manis, tak luput bibir mungilnya menjadi sasaran empuk Seonhee untuk dicium. "Ayo kita tidur" Seonhee menggendong Yoonhee ke dalam kamarnya. Setelah meniduri sang anak, Seonhee masuk ke dalam kamarnya dengan suami. Terlihat Yoongi yang tengah berbaring masih dengan pakaian kerjanya. Kaos kaki masih terpasang, dasi longgar yang masih menggantung di leher, kemeja putihnya sedikit berantakan, tas kerjanya di lantai bersamaan dengan jas putih kebanggannya. Im Yoongi adalah seorang dokter anak disalah satu rumah sakit bergengsi di Seoul. Dulu Seonhee juga bekerja disana, tapi karena Yoongi yang meminta untuk berhenti, maka Seonhee menurutinya setelah melahirkan Yoonhee. Setelah memunguti barang-barang sang suami dan meletakkannya di atas meja, dengan telaten Seonhee membuka kaos kaki serta pakaian suaminya. "Kau terlalu kasar padanya" kaos kaki bewarna abu-abu itu dilempar ke dalam keranjang baju kotor yang ada di pojok ruangan. "Dia bahkan rela menunggumu hingga terkantuk-kantuk" "Aku lelah" jawabnya singkat, masih pada posisinya. Lengan kanan menutupi matanya. Seonhee tetap diam. "Tiga hari lalu banyak anak yang keracunan makanan dari sebuah acara ulang tahun" "Aku mengerti, tapi setidaknya jangan pernah menunjukkan sisi burukmu di depan Yoonhee, dia masih..." "Kecil?" tiba-tiba Yoongi terduduk. "Kenapa aku harus bohong di depan anakku sendiri? Beginilah sifat asliku. Kenapa dia tidak boleh tau?!" "Bukan begitu, kau tidak harus membohonginya, kau hanya harus merubah sifatmu. Kukira selama ini kau telah berubah" "Kenapa aku harus berubah? Bukankah kau yang bilang sendiri untuk menjadi apa adanya diriku?" Seonhee menghela nafas, lihat? Beginilah sifat asli seorang Yoongi, keras kepala dan dingin. Seonhee benci sebenarnya berhadapan dengan Yoongi sebagai seorang laki-laki, egonya sangat besar. Sebenarnya ego Seonhee lebih besar dari Yoongi, sikapnya culas, kasar, dan sangat egois. Tapi itulah yang membuat Yoongi menyukainya, ternyata ada wanita yang lebih keras kepala darinya. Tapi semua sikap Seonhee berubah total saat memiliki seorang anak, Im Yoonhee. Buah hatinya lah yang menjadi alasan kuat untuk dia berubah, dia tidak mau anaknya jadi seperti dirinya yang egois, kasar, dan sombong. "Terserah. Aku tidak mood bertengkar denganmu, lebih baik kau bersihkan dirimu dan cepat tidur, jangan lupa minta maaf pada anakmu besok" setelah berhasil melepas dasi Yoongi dan melemparnya ke keranjang baju kotor, Seonhee akhirnya mengambil posisi tidur di kiri Yoongi. --- Pagi telah kembali lagi, Yoongi keluar kamar setelah hampir satu jam merapihkan diri. Ini masih jam enam pagi. Biasanya Yoongi berangkat jam tujuh sembari mengantar anaknya ke sekolah. Yoongi menghampiri meja makan yang telah diduduki oleh anaknya. Seonhee sedang menyiapkan sarapan. "Pagi appa" sapa Yoonhee riang seakan tak terjadi apapun tadi malam. Namanya juga anak kecil, tidak bisa mngendalikan perasaannya. Seonhee tersenyum mendengar nada riang anaknya. "Pagi" jawab Yoongi datar, dia duduk di samping Yoonhee, menyambar roti bakar yang terhidang di meja makan. "Aku sengaja bangun pagi agar sarapan dengan appa" lanjut Yoonhee. "Wah, anak eomma pintar" Seonhee mengelus rambut Yoonhee. Yoongi sama sekali belum menanggapi ucapan sang anak atau mungkin tidak mau menanggapinya. Dirinya masih terlena dengan roti bakar buatan istrinya. "Appa, lihat! Gambaran Yoonhee mendapat nilai seratus," senyum tak pernah lepas dari wajah manis sang anak, membuat ibunya lagi-lagi ikut terhanyut dalam senyuman. "Ini Yoonhee, yang kanan appa dan yang kiri eomma?" Yoonhee menggambar seorang anak perempuan yang sedang dicium oleh kedua orang tuanya, terdapat pula tulisan Selamat Ulang Tahun yang menggantung di atas mereka. "Apa gambaran Yoonhee bagus?" Yoonhee termasuk salah satu anak berbakat, diumurnya yang masih belia dia sudah mampu membuat gambar lebih bagus dari teman-teman sekelasnya. Bahkan kemarin dia  memboyong piala juara satu dalam lomba menggambar. "Appa, apa besok appa akan datang?" Yoonhee menggigit bibir bawahnya takut. Besok adalah ulang tahunnya. Ibunya sudah mempersiapkan pesta ulang tahun disalah satu restoran siap saji dekat sekolahnya dan mengundang seluruh temannya. "Appa tidak tahu. Tugas appa masih banyak di rumah sakit" Yoongi membersihkan tangannya dari remehan roti lalu mengambil tas dan jas kerja yang tersampir di kursi makan. Yoongi pergi keluar rumah tanpa berbicara apa-apa lagi. Membuat Yoonhee menunduk sedih dan Seonhee menghela nafas gusar. Wanita manis itu mengelus rambut anaknya, membisikan berkali-kali kata maaf atas kelakuan suaminya. Tapi itu tidak membuat Yoonhee berhenti sesunggukkan. --- Seonhee mensejajarkan tinggi badan dengan sang anak. Mereka sudah berada di depan pintu kelas Yoonhee. "Yoonhee jangan lupa makan bekalnya ya, kalau eomma belum menjemput jangan kemana-mana, mengerti?" "Ne eomma" Jawaban sang anak membuat Seonhee tersenyum senang, kecupan tak lupa dia berikan pada bocah enam tahun itu. "Halo Yoonhee" sapa Saera dan Hayoung teman sekelas Yoonhee. "Halo Saera, halo Hayoung" sapa Yoonhee senang. Mereka bertiga adalah teman baik. "Halo cantik" sapa Seonhee sembari mengelus lembut kedua teman anaknya. "Halo bi" jawab mereka berdua dengan senyum manis. Benar-benar menggemaskan. "Yoonhee, sekarang masuk bersama Saera dan Hayoung ya" ucapan sang ibu diamini olehnya. Saera menarik kedua tangan temannya. "Ayo masuk. Bibi kita permisi, sampai jumpa nanti" Hayoung dan Yoonhee melambaikan tangan sembari masuk ke dalam kelas dengan ditarik Saera. Seonhee tersenyum mendengar tawa anaknya bersama kedua temannya. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, Yoonhee yang dulu digendong sudah tumbuh menjadi bocah manis yang menggemaskan. Senyumnya mirip sekali dengan ayahnya. Hah, mengingat soal sikap Yoongi membuat Seonhee sedih. "Appaku adalah appa yang baik, ya walaupun dia aneh. Waktu itu appa kehilangan ponsel, aku, eomma, dan appa pusing mencari ponselnya hingga rumah berantakan, di kamar tidak ada, kamar mandi tidak ada, ruang tamu tidak ada, ruang tv juga tidak ada, bahkan di mobil pun tidak ada..." "Lalu ada dimana?" tanya bocah gempal yang duduk paling depan baris ke tiga dari pintu. "Kalian tahu kami menemukan ponselnya dimana?" Semua anak menggeleng, masih tegang dengan cerita Saera selanjutnya. "Di dalam freezer" "Hah? Freezer?! Hahahaha" seisi kelas tergelak hingga membuat keributan, bahkan ada yang sampai memukul meja berkali-kali dan memegangi perut karena sakit. Wanita bername tag Choi Jiwon pun ikut tertawa mendengar cerita Saera. Anak itu memang bisa saja membuat kelas ramai dengan ceritanya. Dia anak yang luar biasa hebat dalam hal lelucon. Walaupun dia sendiri kadang tidak mengetahui bahwa ceritanya lucu. Hari ini adalah hari ayah jadi Choi Jiwon meminta murid-murid untuk menceritakan tentang ayah masing-masing. Yoonhee menanggapi cerita Saera dengan tidak peduli, dia lebih memilih untuk menidurkan kepalanya di atas meja. Dia bingung apa yang harus dia ceritakan tentang ayahnya. Dari kemarin ayahnya terus bersikap dingin padanya. "Appaku memang aneh, tapi dia tetap menjadi appa terhebat yang aku punya. Liburan nanti kita akan ke Jepang. Aku sayang Kang Taehyung Appa" Closing dari Saera ditanggapi dengan teriakan antusias teman-temannya. Bahkan ada beberapa anak yang mengomentari betapa beruntungnya Saera. "Cerita Saera bagus sekali. Saera bisa duduk. Sekarang hmm, Hayoung bisa kau maju" tunjuk guru Choi saat melihat salah satu muridnya terus menggigit bibir bawah dengan gusar. Mungkin dia takut untuk bercerita. Hayoung berdiri ragu lalu berjalan maju dengan takut, kepalanya tetap tertunduk walaupun kini dia sudah berdiri di depan kelas. "Hayoung, kau bisa bercerita sekarang" kata Guru Choi. "Ah hmm..." Hayoung menghela nafas perlahan. "Nama appa Hayoung adalah Jun Hoseok," dia kembali berhenti, "aku tidak tahu apa yang harus aku ceritakan tentang appa. Aku jarang sekali bertemu appa, appa akan pulang seminggu sekali, itu pun hanya sebentar. Disaat aku tidur appa akan pulang, disaat aku terbangun, appa sudah pergi bekerja," Cerita Hayoung agaknya membuat Yoonhee tertarik. Bocah manis itu sudah menatap temannya yang berdiri di depan kelas, menunggu cerita selanjutnya. "Kata eomma, appa pergi berkeliling dunia. Walaupun aku jarang melihat appa, eomma bilang appa akan selalu menciumku dan Hana saat dia pulang. Appa juga sering membawa pakaian-pakaian indah dan mainan bagus untuk aku dan Hana, appa juga pernah membawa boneka Hello Kitty yang besar sekali untuk aku dan Hana" Hayoung memperagakan ceritanya. "Kata eomma juga appa pernah membawa aku dan Hana ke Jepang sewaktu kami kecil" "Apa Jepang enak?" tanya salah satu temannya. "Wah kau lebih dulu ke Jepang ternyata" ucap Saera antusias. Hayoung menggeleng, "aku tidak tahu. Akan aku tanyakan pada eomma dan appa. Tapi..." Hayoung kembali menunduk. "Saat appa pulang dan aku tidak tau kapan" Seisi kelas ikut merasakan kesedihan Hayoung, raut wajah mereka ikut terharu. Yoonhee menatap nanar Hayoung, bukan mengasihani Hayoung tapi mengasihani dirinya sendiri. Bahkan Yoongi Appa belum pernah sekalipun mengajaknya ke Jepang. Liburan mereka lebih sering pulang ke Daegu atau tidak ke Incheon, kampung halaman ibunya. Yoonhee juga ingin ke Jepang. "Tapi, walaupun begitu, appaku adalah appa yang baik, penyayang, dan suka membelikan aku dan Hana es krim. Dia tidak pernah memarahiku sekalipun, aku sayang sekali Hoseok Appa" Hayoung tersenyum, membuat semua temannya bertepuk tangan. Yoonhee kembali merebahkan kepalanya di atas meja. Cerita teman-temannya tak ada yang menarik, semuanya pasti baik-baik. Yoonhee harus menceritakan seperti apa tentang ayahnya? Bahkan tadi pagi saja di sedih karena ayahnya. "Baiklah, Hayoung bisa duduk sekarang. Selanjutnya, hm.. Im Yoonhee?" Bocah manis itu kembali mengangkat kepala, menunjuk diri sendiri dengan tidak percaya. Jiwon tersenyum. "Tentu saja, ayo maju sayang" Yoonhee menatap teman-temannya yang juga menatap pada dirinya. Mau tidak mau dia berdiri dan berjalan ke depan kelas. Ntah apa yang harus dia ceritakan mengenai ayahnya. Dengan ragu dia mulai berbicara, "hm... Appaku bernama Yoongi, dia sangat tampan, senyumnya manis tapi dia tidak suka gulali. Appa adalah orang yang pekerja keras, setiap hari menyembuhkan orang sakit. Kalau besar Yoonhee juga mau menjadi seperti appa." senyumnya memudar tatkala mengingat bagaimana sikap ayahnya semalam dan tadi pagi. "Appa sepertinya lelah, jadi dari kemarin aku diabaikan. Sudah beberapa hari appa pulang malam dan berangkat sangat pagi-pagi sekali, dan dia..." tak terasa isakkannya keluar begitu saja, "dia bilang tidak akan datang ke ulang tahunku besok" Semua teman-temannya merasa iba, bahkan ada yang ikut menangis. Jiwon jadi tidak enak hati mendengarnya, dia mendekati siswi itu lalu mengelus punggungnya pelan. "Ibu guru yakin pasti appa Yoonhee datang ke acara ulang tahun besok. Jadi jangan sedih ya" Yoonhee mengangguk lesuh lalu mengusap air matanya perlahan. "Kalau begitu, jangan menangis lagi. Yoonhee juga boleh duduk sekarang" Yoonhee akhirnya mengikuti perintah sang guru. Bel pulang sudah berbunyi dari sepuluh menit yang lalu, Saera sudah dijemput ibunya sedangkan Hayoung dijemput ayahnya, ternyata ayah Hayoung pulang. Tadi juga Yoonhee sempat bertatap muka dengan ayahnya Hayoung. Ternyata ayahnya Hayoung adalah teman Ayah Yoongi. "Yoonhee," Jiwon menghampiri Yoonhee yang terlihat lesuh menunggu ibunya di kelas. Kepalanya direbahkan di atas meja, matanya terpejam, sebagian helaian rambut menutupi wajahnya. Jiwon menghela nafas sebentar saat melihat salah satu muridnya yang sering berisik bersama Saeun, tiba-tiba terdiam. "Apa Yoonhee baik-baik saja?" Yoonhee membuka matanya perlahan, menegakkan duduknya. Rambut sebahunya sedikit berantakan. "Aku tidak apa-apa, Bu Guru" senyum manisnya tersungging kaku. "Benarkah?" Yoonhee mengangguk, masih mempertahankan senyum manisnya. Sebuah ketukan membuat mereka menoleh ke arah pintu, ternyata Seonhee. Jiwon dan Yoonhee mendekati Seonhee yang tersenyum di depan pintu kelas. "Selamat siang, Nyonya" sapa guru muda itu sembari membungkuk sopan. "Selamat siang juga, Guru Choi" Seonhee ikut membungkuk lalu menarik Yoonhee untuk berdiri bergandengan dengannya. "Apakah Yoonhee membuat kesalahan hari ini? Dia tidak nakal kan, bu guru?" tanya Seonhee dengan nada meledek membuat sang anak cemberut sesekali mendumal kesal. Jiwon terkekeh pelan dengan kelakuan siswinya. "Tidak, Nyonya. Yoonhee anak yang baik." memberi jeda untuk mengambil nafas "hanya saja, apa akhir-akhir ini dia ada masalah? Dia berkata ayahnya tidak akan datang ke acara ulang tahunnya besok" Usapan pada rambut Yoonhee terhenti saat mendengar ucapan guru anaknya. Seonhee menatap Yoonhee dan Jiwon bergantian lalu memberi senyum paksaan. "Ah itu, hanya kesalahpahaman sedikit." "Apa akan baik-baik saja?" "Kurasa" jawab Seonhee lembut. "Baiklah, kalau begitu kami pamit. Jangan lupa untuk datang ke acara Yoonhee besok, Guru Choi" Jiwon mengangguk tulus, berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Yoonhee. "Yoonhee jangan lesuh dong. Besok kan ulang tahun Yoonhee, jadi Yoonhee harus senang, ok?" Yoonhee tersenyum menanggapi gurunya lalu mengangguk imut. Sungguh menggemaskan. "Permisi" pasangan ibu dan anak itu akhirnya pergi meninggalkan pekarangan sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 malam, tapi batang hidung kepala keluarga Im belum juga terlihat di apartemennya. Dua perempuan manisnya masih setia berjaga di ruang tengah hanya untuk menunggunya pulang. Benar-benar. Seonhee dan Yoonhee sedang membuka beberapa album foto kenangan antara Seonhee dan Yoongi. Dari awal mereka bertemu, musuhan, hingga ternyata menjadi sepasang kekasih, menikah, dan punya anak. Benar-benar perjalanan yang panjang. "Ini Yoonhee waktu umur dua tahun. Kalau tidak salah waktu kita sedang berlibur di Tokyo" jelas Seonhee menunjuk foto bayi yang duduk di bangku taman bewarna putih dengan dihiasi guguran bunga sakura. "Tokyo itu dimana, eomma?" "Jepang sayang" "Hah? Jepang?!" Seonhee mengangguk. "Kenapa?" "Jadi Yoonhee pernah ke Jepang?" tanyanya antusias. Wanita cantik itu mengangguk, "bahkan sudah dua kali kita ke Jepang. Waktu Yoonhee berumur 2 tahun dan 4 tahun, Yoonhee pasti tidak ingat ya?" Yoonhee menggeleng, namun raut wajahnya terlihat gembira membuat Seonhee mengacak rambut anaknya pelan. "Sebenarnya kita ke Jepang karena kemauan appa. Katanya appa ingin melihat bunga sakura yang berguguran, lagi pula waktu itu juga sebagai perayaan Yoonhee baru bisa jalan" "Benarkah?" tanya Yoonhee merasa senang. Ternyata dia juga pernah ke Jepang sama seperti Hayoung. Seonhee mengangguk lalu menarik Yoonhee semakin dekat lalu menduduki si manis dipangkuannya. "Appa sangat menyayangi Yoonhee," Seonhee mengelus punggung telapak tangan anaknya. "Yoonhee selalu menjadi nomor satu di hati appa. Jadi Yoonhee jangan pernah berfikir bahwa appa tidak menyayangi Yoonhee lagi, akhir-akhir ini appa sangat sibuk, maafin appa ya" Yoonhee mengangguk menanggapi cerita sang ibu. Benar, ayahnya pasti sangat lelah mengurus orang sakit, seharusnya Yoonhee menyemangati ayahnya agar dapat lebih giat dalam bekerja. Perhatiannya teralihkan pada lembar album foto berikutnya yang memperlihatkan sebuah foto wanita cantik berambut sebahu dengan balutan seragam sekolah. "Eomma ini siapa?" tanya Yoonhee terkesima, seketika tawa Seonhee meledak. Yoonhee juga bingung apa yang ibunya tertawakan. "Oh itu, Yoonji" "Siapa dia?" "Lebih baik Yoonhee tunjukkan nanti kepada appa" Seonhee melepas foto itu dari plastik transparan album foto lalu memberikan pada Yoonhee. Awalnya Yoonhee bingung kenapa harus diberikan pada ayahnya, tapi jika dilihat-lihat mirip ayahnya. "Simpan baik-baik" Ceklek "Sepertinya appa sudah pulang" bisik Seonhee membuat Yoonhee berdiri senang lalu menghambur ke arah sang ayah. "Jangan ganggu appa" jawab Yoongi dingin, masih tetap melenggang begitu saja membuat sang anak harus mengikutinya. "Appa appa lihat ini ak..." "Im Yoonhee! Kau dengar appa tidak? Jangan ganggu appa!" bentak Yoongi membuat kedua perempuan itu terlonjak kaget, terlebih Yoonhee yang berada di dekatnya. "Im Yoongi!" bentak Seonhee balik. Yoonhee menunduk, terdengar isakan, air matanya pun sudah banjir melewati pipinya. Anak mana yang tahan saat dibentak, terlebih dengan ayahnya sendiri. Tanpa aba-aba Yoonhee berlari masuk ke dalam kamarnya, membanting pintu dengan kencang setelah mengucapkan satu kalimat yang menohok hati. "Aku benci appa!" Seonhee hanya mampu menatap sang anak sembari meneriaki nama anaknya. Dia masih perlu bicara dengan ayahnya Yoonhee. "Lihat?! Kau membuat anakmu bersedih, Yoongi!" melipat kedua tangan di depan d**a. "Kukira kau bisa dewasa sedikit di depan anakmu. Kau tahu betapa senangnya dia saat menunggumu, membicarakan hal apa yang akan dia lakukan pada ayahnya saat bertemu, membanggakan ayahnya yang sering menyelamatkan hidup anak orang lain, tapi apa sekarang? Kau bahkan tidak bisa membuat anak sendiri bahagia. Mengurus anak orang lain bisa, mengurus anak sendiri tidak bisa." omelnya. "Kau tau? Guru Yoonhee berkata bahwa Yoonhee terlihat tidak bersemangat karena ayahnya tidak akan menghadiri acara ulang tahunnya besok" "Aku lelah, Nam Seonhee" Yoongi melunak. "Kau bahkan menyelamatkan anak orang lain, tapi apakah tidak bisa menoleh sedikit saja pada anakmu sendiri? Urusi saja anak-anak itu aku bisa mengurus Yoonhee sendiri" setelah itu Seonhee berlenggang masuk ke dalam kamar Yoonhee meninggalkan Yoongi dengan kepala penat. "Argghhh s**l!" umpat Yoongi menendang angin dengan kencang seakan menumpahkan semua kekesalannya. "Hiks hiks hiks" "Anak eomma jangan nangis lagi dong. Maafkan appa ya, appa sedang lelah jadi kelakuannya sedikit kasar" Yoonhee tetap menangis dengan posisi telungkup di atas kasur, menutupi wajahnya dengan bantal. "Ayo dong sayang jangan nangis lagi" Seonhee mengelus punggung sempit putrinya. Jujur dia tidak tega melihat anaknya seperti ini, dia bingung harus apa lagi agar membuat Yoongi peka terhadap anaknya. "Yoonhee sayang," Seonhee menarik tubuh anaknya lalu membawanya ke dalam dekapan hangat. "Jangan menangis lagi, pasti appa besok datang. Untuk masalah tadi maafkan appa, appa tidak bermaksud membentak Yoonhee. Appa lelah makanya jadi seperti itu" Mata merah, hidung merah, wajah pucat, rambut berantakan, tubuh bergetar. Lihat! Apa yang telah kau lakukan Yoongi?! Rutuk Seonhee dalam hati. "Lebih baik Yoonhee tidur, jadi ketika bangun Yoonhee sudah berumur 7 tahun. Besok kan hari ulang tahun Yoonhee, jadi Yoonhee harus senang" Seonhee mengusap lelehan air mata anaknya, membenarkan rambut anaknya, lalu mengusap pipi chubby anaknya dengan lembut. Yoonhee mencoba untuk tersenyum dan mengangguk. Sungguh manis. Lihatlah Yoongi anakmu begitu polos dan menggemaskan, kenapa kau tega membentaknya?! Akhirnya Yoonhee tidur dalam dekapan sang ibu, mencoba membayangkan seperti apa besok pesta ulang tahunnya. --- Pesta ulang tahun Yoonhee akan dimulai beberapa menit lagi. Para tamu sudah banyak yang berdatangan, bahkan keenam teman dekat Yoongi sudah datang bersama keluarga masing-masing. Hanya Yoongi yang belum terlihat batang hidungnya. Kemana  s****n Yoongi itu? Seonhee sudah mewanti-wanti untuk datang ke acara anaknya, agar tidak membuat anaknya sedih dihari ulang tahunnya. Bisa-bisanya Yoongi mengacaukan hari bahagia putrinya sendiri. "Dimana Yoongi?" seru Jin menghampiri Seonhee yang sedaritadi bolak-balik di depan pintu masuk. "Eh oppa" serunya kaget saat melihat seorang laki-laki menggandeng dua anak kembarnya. "Aku juga tidak tahu. Teleponnya tidak diangkat" Jin ikut menghela nafas. "Anak itu benar-benar, akan kubunuh dia jika bertemu" gerutu Jin kesal. Menurut Jin, Yoongi belum berubah, sifat arogansinya masih melekat pada diri si lelaki beranak satu itu. Tak jauh dari sana, terlihat badut berkostum Donald Duck jalan mendekati mereka lalu masuk melewati Jin dan Seonhee. "Badutnya sudah datang, lebih baik kita mulai saja" kata Jin yang diamini Seonhee. Jin berjalan lebih dulu bersama kedua putra kembarnya. "Perasaan aku meminta badut Mickey Mouse" gumam Seonhee sebelum mendekati kerumunan orang. Sepanjang acara Yoonhee sama sekali tak bersemangat, matanya selalu tertuju pada pintu masuk, barang kali ayahnya datang dan membawa kado besar untuknya. Tapi lagi-lagi itu cuma harapan Yoonhee saja, sampai sekarang ayahnya belum menampakkan batang hidungnya. Apa ayahnya sesibuk itu, hingga tidak mempunyai waktu untuknya? Hah Acara telah selesai, beberapa tamu sudah mulai meninggalkan pesta, Guru Choi juga pamit pulang lebih dulu karena ada urusan. Tinggallah enam keluarga ditambah keluarga tuan rumah yang tersisa. "Dimana Yoongi hyung?" tanya Jungkook menggendong putrinya. Seonhee menggigit bibirnya sembari menggeleng. "Aish, jinja! Benar-benar akanku beri pelajaran anak itu" geram Jin yang langsung mendapat sikutan dari sang istri. Jin terdiam. "Sebentar kutelepon dulu" Jimin mengeluarkan ponsel pintarnya dan segera menelepon kontak atas nama 'Suga isn't swag again'. "Bibi, dimana Yoonhee?" tanya Saera yang sedang menggandeng Hayoung dan Ahra. "Ah, iya dimana ya?" saking terlena dengan lelaki bernama Yoongi, Seonhee sampai lupa dengan nasib anaknya. Diujung ruangan terlihat Yoonhee yang duduk di bawah sembari memeluk kedua lututnya. Air mata masih menghiasi wajahnya. "Anak manis kenapa bersedih? Paman badut membawa kado untuk anak manis" seru paman badut tadi. Yoonhee menoleh, "Hiks appa tidak hiks datang ke acara ulang tahun Yoonhee hiks" ucapnya sesunggukkan, tetapi tangannya tetap mengambil kado yang disodorkan paman badut. "Benarkah? Siapa bilang appa Yoonhee tidak datang" Yoonhee menatap paman badut, "hiks dari tadi Yoonhee tidak hiks melihat appa disini, appa tidak hiks datang" "Appa ada disini" paman badut membuka kepala berbentuk Donald Duck. Terlihatlah sosok tampan Yoongi yang dipenuhi peluh dari balik kostum tersebut. Seketika Yoonhee berdiri dan berteriak. "Appa!!" Tak lama semua orang mendekati sumber suara tersebut. Terlihat Yoonhee berada di pelukan orang berkostum tersebut. "Yoonhee" seru Seonhee menghampiri. "Itu Yoongi hyung" seru Namjoon dan Hoseok bersamaan. "Itukan paman badut" bisik Saera pada Hayoung. Yang dijawab anggukan oleh anak itu. "Ayah tidak tahu diri, bisa-bisanya kau membuat anakmu menangis, rasakan ini" "Aw aw hyung" "Kang Seokjin hentikan" "Biarkan. Kau tidak tahu betapa sedihnya anakmu saat mengetahui ayahnya tidak datang ke acara ulang tahunnya sendiri" "Aw hyung aku aw datang kok. Buktinya aww aku disini" "Kang Seokjin hentikan!" wanita berperut buncit itu menarik tangan suaminya agar tidak memukuli Yoongi lagi. Akhirnya k*******n itu pun berakhir. "Kau kemana saja, hyung?" tanya Hoseok. "Jadi si donald bebek ini Im Yoongi" tambah Taehyung dengan nada mengejek. Yoongi hanya mendengus sebal, memperhatikan kembali anaknya yang masih memeluk pinggangnya dengan erat. Senyuman tak dapat Yoongi tahan, anaknya benar-benar menginginkan dirinya ada disini, wajah anaknya terlihat berseri-seri membuat Yoongi ikut senang. Yoongi mensejajarkan tinggi badannya dengan sang anak, lalu mengecup kening Yoonhee. "Selamat ulang tahun Princess Yoonhee, semoga panjang umur, sehat selalu, dan selalu menjadi kebanggan appa. Maaf atas kelakuan appa yang kemarin ya? Appa sayang sekali dengan Yoonhee" Bocah manis itu tersenyum, "terima kasih appa. Yoonhee juga minta maaf karna ucapan Yoonhee tadi malam. Terima kasih juga sudah menjadi appa hebatnya Yoonhee, Yoonhee juga sayang appa" setelahnya mereka berdua berpelukan membuat semua yang melihatnya tersenyum senang. Yoongi mengecup bibir anaknya berkali-kali, sekali lagi mengecup kening anaknya. "Ini kado untuk anak appa yang paling cantik" Yoongi menyodorkan kembali kado yang tergeletak di samping Yoonhee yang tadi telah dia berikan pada Yoonhee. Dengan senang hati Yoonhee menerimanya, semua ikut tersenyum melihat Yoonhee tersenyum bahagia, beda sekali dengan beberapa saat yang lalu, wajahnya selalu muram dan sedih. "Oh iya, selamat hari ayah, appa. Yoonhee sayang sekali dengan appa, Yoonhee bangga punya appa seperti Yoongi Appa, Yoonhee selalu sayang appa" Yoongi menahan air matanya agar tidak jatuh, malu juga menangis di depan banyak orang, yang ada dia kena ledekan dari keenam temannya. "Yoonhee juga punya kado untuk appa" Yoonhee menyodorkan kotak kecil berpita pink. Yoongi mengerut, "apa ini?" "Buka saja" Yoongi membuka kotak terebut, ternyata sebuah kertas foto. Tertulis pada belakang foto 'cantik yang selalu menjadi kebanggan, Im Yoonji'. Dahi Yoongi kembali mengerut, perasaannya tidak enak. Yoongi mengambil foto tersebut dan membaliknya. Semua yang melihat lantas tertawa kencang. Ternyata itu adalah foto Yoongi saat...   ...bertransformasi menjadi wanita. "Uhh, cantiknya" komen Namjoon. "Im Yoonji come to oppa, babe" tambah Taehyung. "Oh my yoonji" Jimin terkekeh. "Aunty Yoonji?" Hoseok tertawa memperlihatkan gigi-giginya. "Aku cinta kamu, Yoonji" tanya Jungkook dengan nada mengejek. "Im Yoonji, cantiknya~" lanjut Jin. "Diam kalian semua!" Yoongi menatap keenam temannya dengan tatapan membunuh yang ditanggapi dengan tawa dari semuanya. "Siapa yang memberikan foto ini?" "Eomma" "NAM SEONHEEEEEEE!!!" "Ups!" "Hahahahahaha!!!1!"  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD