bc

Addicted to You

book_age16+
91
FOLLOW
1K
READ
age gap
student
doctor
drama
sweet
highschool
school
lonely
love at the first sight
novice
like
intro-logo
Blurb

Merupakan Spin Off dari Sekretaris Pribadi Bos Tampan.

Amanda Evanie adalah adik kandung dari Anastasya Erie-Salim. Di usianya yang ke tujuh belas tahun, Manda telah duduk di kelas tiga SMA.

Gadis kecil yang dulunya polos telah berubah menjadi lebih dewasa. Sayangnya Manda salah memilih pergaulan.

Dokter Gerhana yang memeriksa Manda kala itu, langsung tahu jika Manda menggunakan salah satu zat yang berbahaya bagi tubuhnya. Hal itu membuat Anastasya marah dan membawa Manda pergi dari sana.

Lain halnya dengan sang kakak yang merasa begitu marah, Manda merasa begitu berbunga-bunga. Cinta pertama Manda. Mungkin ia sudah gila karena menyukai dokter yang usianya dua kali lipat usianya sendiri.

Lalu, bagaimana hubungan mereka bisa berlanjut? Apakah Dokter Gerhana akan membuka hatinya kepada bocah ingusan seperti Amanda Evanie?

chap-preview
Free preview
Diagnosa
Wellcome ke novel ke tiga saya di sini. Jangan lupa berikan dukungan kalian kepada novel ini, ya. Jangan lupa baca novel pertama (Sekretaris Pribadi Bos Tampan) dan novel ke dua (Belongs to Someone Else) di Dreame atau Innovel. Terima kasih. Nb: Novel ini juga bisa dibaca tanpa membaca judul pertama atau ke dua. *** "Serius, Kak. Manda gak apa-apa. Cuma sedikit pusing dan lemes ...," ungkap Amanda Evanie. Adik satu-satunya dari Anastasya Erie. "Stthh. Diam dan biarkan dokter yang memeriksamu!" tukas Tasya kepada sang adik. Untungnya ia sedang tidak sibuk, kalau tidak, ia tidak akan mau repot-repot datang ke sekolah karena panggilan dari wali kelas Manda. Saat ini Manda sudah duduk di kelas tiga sekolah menengah atas. Itu artinya, ia sudah beranjak remaja dan menjadi lebih seperti Tasya. Cantik dan sedikit kutu buku. "Lebih baik kita pulang. Manda tidak pernah suka rumah sakit, ingat?" tanya Manda yang mulai merasa mual kembali. Terakhir kali ia pergi berobat ke tempat bernama rumah sakit adalah saat kepalanya bocor setelah jatuh di kamar mandi beberapa tahun lalu. Kemudian, saat Tasya melahirkan bayinya dengan William, ia datang untuk menjenguk. "Diamlah ... kakak tidak akan membawa kita pulang sebelum mengetahui apa yang terjadi padamu. Kakak tidak menyangka ini sudah ke tiga kalinya kamu pingsan dan tidak memberi tahu sama sekali." Tasya mengingat penjelasan petugas UKS di sekolah Manda tadi. "Itu karena Manda hanya pingsan sebentar. Sebelum mereka terpikir untuk menghubungi kakak atau mama, Manda sudah siuman. Tidak ada yang salah dengan itu. Manda sudah cari di internet dan mungkin hanya kelelahan ...," katanya lemah. Beberapa minggu terakhir jadwalnya memang sangat padat. Bimbingan belajar, jam pelajaran extra, dan persiapan ujian masuk perguruan tinggi. Semuanya menguras pikiran. "Hei, mana ada orang pingsan tanpa alasan. Ada-ada saja kamu ...," lirih Tasya karena doktet di hadapan mereka terlihat mulai terganggu. "Oke, kalian bisa pergi ke ruang Dokter Hana, ya. Ruangannya ada di sebelah ruang saya ini," terang dokter itu. Tasya terlihat bingung. Memangnya mereka salah dokter apa gimana? Kenapa harus pindah dokter. "Eeem ... kenapa kita harus pindah dokter? Apakah ada masalah besar?" tanya Tasya yang mulai khawatir. Mungkin saja mereka mengirim adiknya ke spesialis lain, yang artinya Manda memang sakit parah. "Tidak, Mbak. Hanya saja, Dokter Hana lebih tahu tentang hal ini. Kami hanya ingin memberikan yang terbaik bagi pasien-pasien kami. Oke?" Dokter itu memastikan. Tasya dan Manda akhirnya paham. Mereka berdua keluar dari ruang periksa itu dan beralih ke ruang di sebalahnya, seperti yang dokter tadi perintahkan. Tok tok tok. "Masuk," kata seorang laki-laki dari dalam ruang periksa. Sebelum masuk, Tasya dan Manda saling pandang. Bukankah kata dokter tadi, nama dokternya Dokter Hana? Kenapa terdengar seperti laki-laki? Manda juga melihat kembali ke arah papan nama di pintu. Namanya benar, Dokter Hana. Mereka akhirnya masuk, juga karena suara itu kembali mempersilakan. "Silakan duduk," kata seorang dokter yang sedang mencuci tangannya. "Terima kasih." "Eem ... di mana Dokter Hana?" tanya Manda tiba-tiba. Hal itu membuat Tasya kaget dan lalu menarik telinga adiknya. "Aaw!" protes Manda. "Diem!" bisik Tasya yang langsung merasa tidak enak. Pasalnya, rumah sakit itu adalah rumah sakit milik teman William. William mengatakan jika temannya akan senang dengan kedatangan mereka. Dokter yang sejak tadi sibuk mencuci tangan, kini sudah berbalik dan langsung duduk kembali di belakang mejanya. "Saya Dokter Hana. Ada masalah?" tanya laki-laki itu kepada si adik kakak. Tasya tersenyum dan minta maaf. Namun tidak dengan Manda. Anak itu hanya bisa terdiam mematung ketika melihat wajah sang dokter yang begitu tampan. "Man? Manda!" tegur Tasya yang menyadari kekonyolan adiknya itu. "Eh, iya? Kenapa, Dok?" tanya Manda setelah menoleh dari kakaknya. Di sampingnya, Tasya hanya bisa geleng-geleng kepala. Dokter itu bahkan belum mengajak mereka bicara. "Baiklah, coba buka mulutmu," perintah Dokter Hana. Setelah melihat sekilas berkas pemeriksaan dari dokter sebelumnya. Hal itu membuat Manda panik. Siapa yang tidak panik saat seorang laki-laki tampan memintamu membuka mulut? "I-itu ...." "Man?" tegur Tasya lagi. "Malu, Kak ...," bisik Manda. "Eheem! Maaf, kalau Adik tidak mau diperiksa, silakan keluar. Masih ada pasien lain yang menunggu untuk masuk ke sini," ungkap Dokter Hana datar. Ia tidak suka saat ada anak kecil yang membuang-buang waktunya. "Eh, enggak gitu, Dok! Maaf, adik saya memang agak ngeselin," ungkap Tasya. Manda manyun di hadapan kakaknya. Dengan sedikit ragu, Manda membuka mulut di depan si dokter tampan. Dokter Hana mulai menyalakan senternya dan melihat ke dalam mulut Manda. Tidak perlu waktu lama, dokter itu mendapatkan diagnosanya. "Mungkin kamu bisa mencoba untuk hidup 'bersih'. Kasihan kakakmu kalau kamu begini terus," ungkap dokter itu, yang tentu saja membuat Manda dan Tasya menjadi bingung. "Maksudnya apa, Dok? Hidup kami bersih, kok ...," terang Tasya dengan sangat yakin. Dokter Hana tersenyum. Hal itu membuat Manda begitu mabuk. Entah apa yang terjadi padanya, ia merasa tengah melihat malaikat berwujud manusia saat ini. "Amanda Evanie? Nama yang cantik. Sayanganya, kamu harus berhenti memakai ekstasi atau hanya akan ada penyesalan pada akhirnya," ungkap dokter itu dengan suara berbisik. Tentu saja hal itu membuat Tasya kaget. Mungkin tidak dengan Manda karena ia masih fokus dengan dokter tampan di hadapannya itu. "Apa dokter baru saja bilang kalau adik saja menginsumsi obat-obatan terlarang?" tanya Tasya tidak percaya. Dokter Hana tersenyum tidak enak. "Maaf, tapi hal itu sesuai dengan ciri-ciri yang Manda alami saat ini. Meningkatnya denyut jantung, suhu tubuh, dan tekanan darah. Baru-baru ini mengalami pusing, bahkan pingsan. Lalu Manda kerap merasa mual bukan?" Dokter Hana membaca file yang diberikan padanya. "Saya bertaruh jika saya melakukan tes urine padanya saat ini, hasilnya akan positif. Jadi, sebaiknya hentikan penggunaan obat adiktif itu selagi gejalanya belum parah," terang Dokter Hana. Mendengar penjelasan itu, Tasya tiba-tiba berdiri dan menarik tangan Manda untuk pergi dari sana. "Eh, Kak? Sudah?" tanya Manda yang akhirnya sadar dan kembali berpijak pada kenyataan. "Sudah! Kita pindah rumah sakit! Dasar dokter aneh! Bisa-bisanya mendiagnosa kamu semudah itu!" omel Tasya kesal. Lebih kesal lagi karena William lah yang menyuruhnya pergi ke sana. Ia akan marah nanti di rumah. Manda yang tidak mendengar semuanya degan baik, hanya bisa merasa bingung. Ia menyesal karena tidak fokus dengan perkataan sang dokter. Ia jadi tidak tahu apa yang diomelkan kakaknya barusan. *** Di dalam mobil Tasya. "Kak, kenapa sih? Dokternya ganteng, loh. Kenapa pergi?" tanya Manda bingung. "Ck, kamu ini! Yang dilihat tampannya aja! Tau gak, tadi dia bilang kamu itu selama ini mengonsumsi obat-obatan terlarang! Yang benar saja!" tukas Tasya lagi. Manda yang baru meneguk yakult, langsung saja tersedak dan terbatuk-batuk. "Yang bener, Kak?" tanya Manda susah payah. "Anak ini ... apa yang kamu perhatikkan dari tadi? Apa jangan-jangan kamu memang sudah mulai nakal, ya? Iya, Man?" tanya Tasya kesal. Manda yang mendengar tuduhan itu, hanya bisa memutar bola mata. "Really, Kak? Kamu gak percaya padaku? Gak ada gunanya menggunakan hal-hal seperti itu. Mungkin, dokter tadi memang rese!" tuduh Manda akhirnya. Mendengar hal itu, Tasya mengelus dadanya dengan lega. Ia bersyukur karena adiknya tidak melakukan apa yang dituduhkan. Ia kenal Manda, anak yang tidak mungkin berbohong pada mereka. "Ya sudah, kita pulang saja. Kamu terlihat sudah sangat sehat. Kakak rasa, kita tidak perlu pergi ke dokter lain. Lagi pula, hari ini adalah hari jumat dan besok sudah libur. Besok kamu bisa istirahat yang banyak agar tidak pingsan-pingsan lagi!" Tasya menegaskan. Manda mengangguk setuju. Pakai obat-obatan terlarang? Memangnya dia kenapa? Gila? Atau sakit parah? Setaunya obat-obatan terlarang seperti itu hanya untuk orang gila atau sakit parah. Dia sehat dan dokter tampan itu pasti salah. Bersambung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

My Secret Little Wife

read
95.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook