BAB 56 – KENDALI DALAM KEHENINGAN
Ketegangan yang ada di antara mereka bukan hanya sekadar ketertarikan—ini adalah tarian kekuasaan yang halus, di mana tidak ada yang ingin menyerah lebih dulu.
Marco menatap Lovania dengan intensitas yang nyaris membakar, tetapi wanita itu tetap duduk dengan tenang, memegang gelas wine-nya dengan anggun. Dia menikmati permainan ini.
Marco mencondongkan tubuhnya sedikit, meletakkan satu tangannya di sandaran sofa, menciptakan ruang yang lebih intim di antara mereka. Aroma maskulinnya yang khas bercampur dengan whiskey dan rempah mahal memenuhi udara.
Marco: (Suara rendah, penuh kendali.)
"Kau menyukai permainan ini, bukan?"
Lovania tersenyum kecil, memutar-mutar gelas wine-nya sebelum menjawab dengan nada lembut tetapi tajam.
Lovania: (Santai, tetapi menusuk.)
"Aku tidak bermain, Marco. Aku hanya menikmati bagaimana kau berpikir bahwa kau memegang kendali."
Mata Marco menyipit sedikit, bibirnya melengkung dalam senyum samar.
Wanita ini benar-benar berbeda.
Dia bukan tipe yang mudah tunduk, bukan seseorang yang akan membiarkan dirinya didominasi tanpa perlawanan. Dan itulah yang membuatnya semakin menarik.
Marco mengangkat tangannya perlahan, menyentuh dagu Lovania dengan ujung jarinya, mengangkat wajahnya sedikit agar matanya tetap terkunci pada miliknya.
Marco: (Dengan suara dalam dan lembut.)
"Jadi menurutmu, siapa yang memegang kendali sekarang, sayang?"
Lovania tidak mundur. Dia hanya menatap Marco dengan penuh percaya diri.
Lovania: (Dengan nada menggoda.)
"Kendali bukan tentang siapa yang memegang lebih dulu, tetapi siapa yang bisa mempertahankannya lebih lama."
Marco terdiam sejenak, lalu tertawa pelan.
Marco: (Dengan nada puas.)
"Aku suka cara berpikirmu, Miss Valley."
Lovania hanya tersenyum tipis, menyesap wine-nya lagi sebelum meletakkan gelasnya di meja kaca dengan gerakan halus.
Lovania: (Dengan nada tenang, tetapi tajam.)
"Dan aku suka bagaimana kau terus mencoba menguji batasanku."
Mata mereka masih terkunci, tarikan di antara mereka semakin kuat, semakin dalam.
Tidak ada yang bergerak. Tidak ada yang berbicara.
Hanya keheningan yang penuh makna di antara mereka.
Dan dalam keheningan itu, permainan mereka baru saja dimulai.