PERMAINAN YANG DALAM

465 Words
BAB 38 – PERMAINAN YANG SEMAKIN DALAM Angin malam masih berhembus lembut, membawa aroma laut yang khas. Cahaya bulan berpendar di permukaan air, menciptakan kilauan yang memantul di mata Marco dan Lovania. Mereka masih berdiri berhadapan, seolah mengukur satu sama lain, dua kekuatan yang tak ingin tunduk. Marco menelusuri wajah Lovania dengan tatapannya—tenang, penuh perhitungan, tetapi juga memiliki ketertarikan yang tak bisa disembunyikan. Lovania tetap tersenyum tipis, menikmati bagaimana pria di depannya mencoba memahami dirinya. Dia tahu Marco adalah tipe pria yang tidak suka berada dalam ketidakpastian, tetapi dia juga bukan wanita yang bisa dipahami dalam satu malam. Lovania: (Dengan suara lembut dan penuh tantangan.) "Jadi, Marco… apa langkahmu selanjutnya?" Marco mencondongkan tubuhnya sedikit, matanya tetap terkunci pada milik Lovania. Tangannya masih berada di pinggangnya, tidak menekan, tetapi cukup untuk mengingatkan siapa yang memegang kendali saat ini. Marco: (Dengan nada rendah dan dalam.) "Aku tidak bermain untuk kalah, sayang. Dan aku selalu tahu langkah selanjutnya." Lovania mengangkat satu alisnya, seolah menantang. Dia bukan wanita yang mudah terkesan hanya dengan kata-kata. Lovania: (Dengan nada menggoda.) "Benarkah? Kau tampaknya begitu yakin bahwa kau memiliki kendali penuh atas permainan ini." Marco tersenyum kecil—senyuman seorang pria yang terbiasa memegang kendali atas segala hal dalam hidupnya. Marco: (Dengan suara pelan, hampir berbisik.) "Bukan hanya permainan ini, Lovania. Aku memiliki kendali atas segalanya." Lovania menahan tawanya, lalu menyesap anggurnya kembali. Pria ini memang penuh percaya diri, tetapi justru itulah yang membuatnya semakin menarik. Dia kemudian melangkah mundur sedikit, melepaskan dirinya dari genggaman Marco dengan anggun. Bukan karena dia ingin mundur, tetapi karena dia ingin membuat Marco menginginkannya lebih. Lovania: (Dengan nada santai, tetapi tajam.) "Kita lihat saja, Marco. Karena aku tidak semudah itu untuk dikendalikan." Marco mengangkat dagunya sedikit, seolah menikmati tantangan itu. Dia tidak pernah menyukai sesuatu yang mudah. Dan Lovania… adalah tantangan paling menarik yang pernah dia temui. Lalu, sebelum Lovania benar-benar menjauh, Marco menarik pergelangan tangannya dengan lembut—tidak keras, tidak memaksa, tetapi cukup untuk membuat Lovania menoleh kembali. Marco: (Dengan suara yang lebih dalam, lebih intim.) "Aku menyukai cara kau menantangku, Miss Valley. Tapi jangan pernah lupa satu hal…" Lovania menatapnya dengan ekspresi tenang, menunggu kelanjutan kata-kata Marco. Marco: (Dengan tatapan yang membakar.) "Saat aku menginginkan sesuatu, aku selalu mendapatkannya." Lovania menghela napas kecil, bukan karena gugup, tetapi karena dia tahu—pria ini bukan hanya sekadar berbicara. Namun, dia juga bukan wanita yang mudah ditaklukkan. Lovania: (Dengan senyum misterius.) "Kita akan lihat, Marco. Karena aku bukan sesuatu yang bisa kau miliki begitu saja." Dia kemudian menarik tangannya dari genggaman Marco, meninggalkan pria itu dengan senyum penuh intrik sebelum melangkah pergi dengan elegan. Marco hanya menatap punggungnya yang menjauh, tetapi senyuman di wajahnya semakin lebar. Dia menyukai permainan ini. Dan dia bersumpah—Lovania Valley akan menjadi miliknya. Dengan cara apa pun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD