JANJI DI ANTARA GELOMBANG

460 Words
BAB 39 – JANJI DI ANTARA GELOMBANG Marco menatap Lovania yang perlahan menjauh, tetapi matanya tetap menyimpan api ketertarikan yang tak padam. Dia bukan tipe pria yang membiarkan sesuatu—atau seseorang—lepas begitu saja. Dengan langkah santai, dia mengikuti Lovania yang kini berdiri di tepi kapal pesiarnya, memandangi laut yang luas dengan ekspresi tak terbaca. Angin malam memainkan helaian rambutnya, membuatnya terlihat seperti sosok yang nyaris tidak nyata—elegan, misterius, dan memabukkan. Tanpa suara, Marco berdiri di sampingnya, memberikan kehangatan yang samar di tengah dinginnya angin laut. Marco: (Dengan suara rendah dan dalam.) "Kau tahu, Lovania… Aku tidak terbiasa ditinggalkan begitu saja." Lovania menoleh sedikit, menatapnya dengan tatapan tajam namun menggoda. Dia menikmati permainan ini—dan yang lebih penting, dia menikmati bagaimana Marco begitu ingin menaklukkannya. Lovania: (Dengan nada lembut, tetapi menusuk.) "Mungkin sudah saatnya kau mulai terbiasa, Marco." Marco terkekeh kecil—tidak ada amarah, hanya rasa penasaran yang semakin dalam. Dia tidak terbiasa dengan wanita yang berani menantangnya, tetapi Lovania berbeda. Dia melangkah lebih dekat, cukup untuk membuat jarak di antara mereka menghilang, tetapi tidak cukup untuk menyentuh. Dia ingin melihat bagaimana Lovania bereaksi terhadap kehadirannya yang begitu dekat. Marco: (Dengan suara pelan, hampir seperti bisikan.) "Kau benar-benar menikmati ini, bukan? Membuatku terus mengejarmu, mempertanyakan apa yang ada dalam pikiranmu." Lovania tersenyum tipis, tetapi dia tidak bergeming. Dia tidak akan membiarkan dirinya terintimidasi begitu saja. Lovania: (Dengan nada santai.) "Dan kau? Kau benar-benar menikmati ini juga, bukan? Mengejar sesuatu yang kau tahu tidak mudah untuk kau miliki." Marco menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum kecil—senyuman seorang pria yang tahu bahwa permainan ini masih panjang, tetapi dia tidak keberatan menunggu. Dia merogoh saku jasnya, mengeluarkan sesuatu yang kecil dan berkilau. Sebuah kalung berliontin safir biru tua—elegan, klasik, tetapi memiliki daya tarik yang memikat, seperti wanita di hadapannya. Marco: (Dengan nada lembut, tetapi penuh makna.) "Aku tidak suka berjanji, Lovania. Tapi jika aku harus berjanji satu hal malam ini…" (Dia menggantungkan kalung itu di jari-jarinya, membiarkannya berayun di antara mereka.) "Aku berjanji, aku tidak akan berhenti sampai kau menjadi milikku." Lovania menatap liontin safir itu, lalu kembali menatap Marco. Matanya menyimpan banyak hal—keraguan, ketertarikan, dan sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang bahkan dia sendiri belum sepenuhnya pahami. Tetapi dia tidak akan menyerahkan dirinya begitu saja. Dengan gerakan anggun, dia mengambil liontin itu dari tangan Marco, memainkannya di antara jemarinya sebelum tersenyum kecil. Lovania: (Dengan nada menggoda.) "Kau benar-benar suka berburu, ya, Marco? Tapi hati-hati… kadang, pemburu bisa menjadi yang diburu." Dia kemudian berbalik, meninggalkan Marco dengan tatapan penuh intrik sebelum melangkah masuk ke dalam ruangan kapal pesiar yang mewah. Marco menatapnya pergi, senyuman di bibirnya semakin dalam. Permainan ini belum berakhir. Dan satu hal yang pasti—dia selalu menang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD