BAB 40 – TAKTIK DAN GODAAN
Marco tetap berdiri di tempatnya, memandangi liontin safir yang kini berada di tangan Lovania. Wanita itu memainkan permainan ini dengan sangat baik—menguji batasannya, menantangnya, dan yang lebih menarik, dia membuat Marco semakin ingin menaklukkannya.
Saat dia akhirnya melangkah masuk ke dalam ruangan utama kapal pesiar, Marco mengikutinya dengan langkah tenang, penuh percaya diri, seperti predator yang tahu bahwa buruannya tidak akan bisa lari selamanya.
Di dalam ruangan, Lovania duduk di sofa mewah dengan segelas anggur merah di tangannya. Cahaya lampu redup memberikan suasana yang lebih intim, membuat kilau di matanya semakin memikat. Dia tidak menunjukkan kegugupan sedikit pun—sebaliknya, dia terlihat seperti ratu di tahtanya, menunggu untuk melihat langkah apa yang akan diambil lawannya.
Marco menuangkan segelas anggur untuk dirinya sendiri, lalu duduk di seberangnya, menatapnya dengan intens.
Marco: (Dengan nada santai, tetapi memiliki ketajaman tersembunyi.)
"Aku harus mengakui, Miss Valley… Kau bukan wanita biasa."
Lovania tersenyum tipis, menyesap anggurnya dengan anggun.
Lovania: (Dengan nada menggoda.)
"Tentu saja tidak. Kau seharusnya sudah tahu itu sejak awal."
Marco tertawa kecil, tetapi matanya tetap tajam. Dia menyukai bagaimana Lovania tidak mudah terbawa arus, tetapi dia juga tahu bahwa setiap orang memiliki celahnya.
Marco: (Dengan suara dalam dan tenang.)
"Dan kau juga tahu, aku tidak tertarik pada sesuatu yang biasa."
Lovania menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya meletakkan gelasnya di meja kaca di depannya. Dia menyandarkan punggungnya, menatap Marco dengan mata yang menyimpan tantangan.
Lovania: (Dengan nada santai.)
"Lalu, apa yang kau inginkan, Marco? Karena sejak tadi, kau terus mengejarku seolah aku adalah hadiah yang ingin kau miliki."
Marco tersenyum kecil, senyuman seorang pria yang tahu persis apa yang dia inginkan.
Marco: (Dengan nada rendah, hampir seperti bisikan.)
"Bukan seolah-olah, Lovania. Aku memang menginginkanmu."
Lovania menaikkan alisnya sedikit, tetapi ekspresinya tetap tenang. Dia bukan wanita yang mudah terpengaruh oleh kata-kata manis.
Lovania: (Dengan nada menggoda, tetapi juga menantang.)
"Menarik. Tapi, pertanyaannya adalah… Seberapa jauh kau bersedia pergi untuk mendapatkannya?"
Marco menyesap anggurnya sebelum menjawab, matanya mengunci milik Lovania, seolah ingin membaca pikirannya.
Marco: (Dengan nada misterius.)
"Aku selalu mendapatkan apa yang kuinginkan, Lovania. Dan aku tidak keberatan menunggu… selama kau tidak mencoba lari terlalu jauh."
Lovania tersenyum, tetapi ada sesuatu di matanya—sebuah pertanyaan yang belum terjawab, sebuah rasa penasaran yang masih tersisa.
Dia tahu bahwa Marco tidak main-main. Tapi dia juga bukan wanita yang bisa dimiliki dengan mudah.
Lovania: (Dengan suara pelan, tetapi penuh makna.)
"Kita lihat saja, Marco… Karena aku bukan tipe wanita yang bisa ditaklukkan hanya dengan kata-kata."
Dia kemudian berdiri, mengambil liontin safir yang tadi diberikan Marco, dan melangkah perlahan menuju pintu kamarnya. Sebelum masuk, dia menoleh sebentar, memberikan tatapan terakhir yang penuh intrik.
Lovania: (Dengan nada halus, tetapi menusuk.)
"Selamat malam, Tuan Maxdev. Semoga tidurmu nyenyak… jika kau bisa."
Dia kemudian menutup pintu, meninggalkan Marco yang masih duduk di sofa dengan senyum penuh arti.
Dia menyukai permainan ini.
Dan dia tahu betul—malam ini hanyalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.