BAB 21 – GODAAN DALAM SENYAP
Di dalam ruang utama yacht, cahaya lampu kristal melemparkan kilau lembut ke segala penjuru. Kemewahan ruangan ini tidak sekadar memamerkan harta, tetapi juga selera tinggi—elegan, eksklusif, dan dikelilingi aura d******i Marco Maxdev.
Lovania melangkah anggun menuju sofa beludru, menuangkan anggur merah ke dalam gelas kristal. Gerakannya lambat, seolah membiarkan setiap detik berlalu dengan ketenangan yang disengaja.
Marco, yang baru saja masuk, menyandarkan dirinya pada kusen pintu, mengamatinya dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. Dia tidak terbiasa menunggu, tetapi Lovania selalu tahu cara membuatnya bertahan dalam permainan ini.
Marco: (Nada suaranya tenang, tetapi ada ketajaman di dalamnya.)
"Anda selalu memiliki cara untuk membuat segalanya lebih menarik, Miss Valley. Apakah ini bagian dari strategi Anda?"
Lovania menyesap anggurnya perlahan sebelum menjawab, matanya tetap terkunci pada Marco.
Lovania: (Dengan nada ringan, tetapi menusuk.)
"Saya tidak tahu Anda begitu peduli dengan strategi saya, Marco. Atau… apakah Anda mulai merasa kalah dalam permainan ini?"
Marco tertawa kecil, suaranya berat dan kaya, seperti anggur yang telah lama difermentasi. Pria ini tidak pernah kalah dalam apa pun, tetapi Lovania berhasil menantangnya dengan cara yang berbeda.
Dia berjalan mendekat, lalu mengambil gelas anggur dari tangan Lovania—sentuhan jemarinya yang kuat menyentuh kulitnya sekilas, cukup untuk mengirimkan gelombang listrik halus di antara mereka.
Marco: (Dengan nada rendah, hampir berbisik.)
"Sayang, saya tidak pernah kalah. Saya hanya menikmati setiap langkah menuju kemenangan saya."
Lovania tidak menghindar. Sebaliknya, dia menatap Marco dengan sorot mata yang sama misteriusnya.
Lovania: (Senyumnya samar, tetapi penuh arti.)
"Menarik. Tetapi Anda lupa satu hal, Marco."
Marco mengangkat alis, menunggu jawabannya.
Lovania: (Dengan nada halus, tetapi menusuk.)
"Anda mungkin terbiasa menang, tetapi saya bukan seseorang yang mudah ditaklukkan."
Marco menyesap anggur yang baru saja dia ambil dari tangan Lovania, matanya tetap mengunci milik wanita itu. Dia tidak terburu-buru, karena dalam permainan seperti ini, kemenangan sejati bukanlah soal kecepatan—tetapi tentang bagaimana membuat lawan tunduk tanpa menyadarinya.
Marco: (Dengan senyum tipis yang berbahaya.)
"Maka kita lihat saja, sayang… siapa yang akan tunduk lebih dulu."
Lovania tersenyum kecil sebelum mengalihkan pandangannya, tetapi dia tahu satu hal—pertarungan ini baru saja dimulai, dan tidak ada yang akan mundur lebih dulu.