BAB 18 – DI BAWAH CAHAYA BULAN
Langit malam terbentang luas di atas mereka, bintang-bintang berkilau samar, sementara cahaya bulan perak memantulkan sinarnya di permukaan laut yang beriak tenang. Di atas yacht mewah itu, dua sosok berdiri berhadapan—dua pribadi yang sama-sama terbiasa mengendalikan, tetapi kini saling menguji batas satu sama lain.
Marco menyandarkan satu tangan di pagar kapal, posturnya tetap tegap dan penuh kendali. Dia pria yang selalu mendapatkan apa yang dia inginkan—dan malam ini, dia ingin lebih dari sekadar permainan verbal.
Lovania tetap menjaga ekspresi tenangnya, tetapi sorot matanya berbicara lebih banyak daripada yang dia tunjukkan. Ada sesuatu dalam tatapan Marco yang terlalu intens, terlalu menguasai, seolah pria itu telah memutuskan sesuatu yang tak bisa diubah.
Suara deburan ombak menjadi satu-satunya saksi ketika Marco melangkah mendekat, mengurangi jarak di antara mereka. Lovania tahu seharusnya dia mundur, tetapi dia tidak melakukannya.
Marco: (Dengan suara rendah, nyaris berbisik, tetapi tegas.)
"Saya bukan pria yang suka menunggu, Miss Valley." (Dia menatapnya dalam, seolah berusaha menembus dinding yang Lovania bangun.)
"Tapi untuk Anda, saya bisa membuat pengecualian—jika itu yang Anda inginkan."
Lovania tersenyum kecil, ekspresi misteriusnya tetap terjaga. Dia menyesap anggurnya perlahan sebelum menaruh gelasnya di atas meja marmer kecil di samping mereka.
Lovania: (Dengan nada lembut, tetapi penuh tantangan.)
"Anda terus berbicara tentang pengecualian, Marco. Seharusnya saya merasa tersanjung, tetapi saya justru bertanya-tanya…" (Dia melangkah mendekat, membiarkan tubuh mereka hanya terpisah beberapa inci.)
"Apakah Anda benar-benar ingin mengecualikan saya, atau sebenarnya Anda takut kehilangan kendali?"
Marco menyipitkan matanya sedikit, bibirnya melengkung dalam senyum samar yang berbahaya. Dia menikmati keberanian Lovania, tetapi dia juga tahu bahwa wanita ini bermain dengan api—dan dia tidak keberatan membiarkan dirinya terbakar.
Dia mengangkat tangannya, jemarinya menyusuri helai rambut Lovania dengan lembut, lalu berhenti di ujungnya, memainkan helaian itu seolah sedang mempelajari sesuatu.
Marco: (Dengan suara yang lebih dalam, lebih intim.)
"Saya tidak pernah kehilangan kendali, sayang." (Dia menurunkan tangannya, tetapi tatapannya tetap melekat pada Lovania.)
"Tapi saya akan membiarkan Anda percaya bahwa Anda bisa mengendalikan saya… untuk sementara."
Lovania menahan senyumnya. Pria ini adalah kombinasi antara d******i dan ketenangan yang berbahaya, dan dia sangat menyadari bahwa setiap kata-kata yang keluar dari bibirnya adalah bagian dari strategi.
Namun, jika Marco berpikir bahwa dia adalah wanita yang bisa dengan mudah dikuasai, maka pria itu harus berpikir ulang.
Lovania: (Dengan nada santai, tetapi tajam.)
"Ah, jadi ini bagian di mana saya berpura-pura percaya, lalu Anda perlahan menarik saya ke dalam permainan Anda?" (Dia memiringkan kepalanya sedikit, mengamati ekspresi Marco dengan penuh minat.)
"Saya harus akui, Anda hampir berhasil."
Marco tertawa pelan—suara rendah dan kaya yang seolah meresap ke dalam udara di sekitar mereka.
Dia melangkah lebih dekat, kini hampir menyingkirkan seluruh ruang di antara mereka. Tangannya terulur, tetapi bukan untuk menyentuh Lovania—melainkan hanya untuk membiarkan kehadirannya cukup dekat, cukup kuat untuk dirasakan tanpa perlu disentuh.
Marco: (Dengan nada yang lebih lembut, tetapi sarat makna.)
"Saya tidak terburu-buru, Lovania. Saya bisa menunggu—tetapi saya tidak akan membiarkan Anda pergi begitu saja." (Dia mencondongkan tubuhnya sedikit, membiarkan napasnya hampir menyentuh kulit Lovania.)
"Dan Anda tahu itu."
Lovania menahan napasnya sejenak, tetapi tidak mundur. Dia menatap langsung ke dalam mata Marco, seolah ingin menemukan celah dalam keyakinannya yang tak tergoyahkan.
Tetapi alih-alih celah, dia hanya menemukan keyakinan yang lebih dalam.
Lovania: (Dengan suara yang lebih pelan, hampir berbisik.)
"Kita lihat saja, Marco… siapa yang akan menyerah lebih dulu."
Marco tersenyum tipis. Dia tidak perlu berkata apa pun lagi, karena dia tahu satu hal dengan pasti—permainan ini baru saja dimulai, dan dia tidak akan membiarkan Lovania menang begitu mudah.