KEKUASAAN DAN GODAAN

606 Words
BAB 19 – KEKUASAAN DAN GODAAN Angin laut yang lembut membelai kulit mereka, membawa aroma asin dan anggur merah yang masih tersisa di udara. Di atas yacht yang melayang tenang di tengah perairan, atmosfer antara Marco dan Lovania semakin tegang—bukan karena permusuhan, melainkan karena permainan d******i yang masih terus berlangsung. Marco mengangkat gelas anggurnya, mengamatinya sejenak sebelum menyesapnya perlahan. Matanya tetap terkunci pada Lovania, mempelajari setiap ekspresi kecil yang wanita itu tunjukkan. Dia tahu bahwa Lovania bukan tipe wanita yang mudah menyerah, tetapi itu justru membuatnya semakin tertarik. Sementara itu, Lovania bersandar pada pagar kapal dengan tenang, menikmati udara malam yang sejuk. Dia bisa merasakan intensitas tatapan Marco, tetapi dia menolak untuk memberinya kepuasan dengan menunjukkan reaksi yang diharapkan. Keheningan itu nyaris terasa sensual—seperti melodi halus yang hanya mereka berdua yang bisa dengar. Marco: (Dengan suara rendah dan dalam.) "Miss Valley, Anda adalah teka-teki yang menarik. Tetapi saya mulai bertanya-tanya… apakah Anda lebih menikmati tantangan ini, atau Anda sebenarnya takut untuk menyerah?" Lovania menoleh, bibirnya melengkung dalam senyum kecil yang misterius. Pria ini memiliki kepercayaan diri yang luar biasa, dan dia tidak keberatan menantangnya lebih jauh. Lovania: (Dengan nada lembut, tetapi menusuk.) "Menyerah?" (Dia tertawa pelan, nada suaranya seperti sutra yang membelai udara.) "Saya tidak tahu kata itu ada dalam kamus saya, Tuan Maxdev." Marco tersenyum kecil, meletakkan gelas anggurnya di meja marmer sebelum melangkah mendekat. Dia bukan tipe pria yang membiarkan sesuatu lepas begitu saja—terutama sesuatu yang sudah menarik perhatiannya sebesar ini. Dia berdiri di hadapan Lovania, cukup dekat hingga aroma maskulinnya yang khas—campuran rempah halus dan anggur mahal—menguar di udara. Marco: (Dengan suara yang lebih rendah, nyaris berbisik.) "Saya penasaran… sampai kapan Anda akan terus bermain, sayang?" (Dia menyentuh ujung rambut Lovania, membiarkan jemarinya merasakan teksturnya yang lembut.) "Karena saya bukan tipe pria yang hanya menunggu tanpa kepastian." Lovania menatapnya, ekspresi wajahnya tetap tak terbaca. Dia tahu betul bahwa Marco ingin menguji batasnya—tetapi jika pria itu berpikir dia akan menyerah begitu saja, maka dia belum benar-benar mengenalnya. Lovania: (Dengan nada menggoda, tetapi tetap dingin.) "Lalu, apa yang akan Anda lakukan, Marco? Menggunakan kuasa Anda untuk memaksa saya tunduk?" (Dia mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, cukup untuk membuat ketegangan semakin terasa.) "Atau Anda lebih suka saya datang dengan sukarela?" Marco tertawa kecil, suaranya dalam dan kaya, seperti anggur yang telah lama disimpan dalam ruang eksklusif. Dia tidak terbiasa dipermainkan seperti ini, tetapi entah bagaimana, dengan Lovania, dia tidak keberatan untuk memperpanjang permainan. Marco: (Dengan suara yang lebih halus, tetapi penuh ketegasan.) "Saya tidak pernah memaksa, Miss Valley. Tetapi saya juga tidak pernah gagal mendapatkan apa yang saya inginkan." (Dia menelusuri garis rahang Lovania dengan ujung jarinya, hanya sekilas, cukup untuk meninggalkan efek yang ia harapkan.) "Dan Anda bukan pengecualian." Lovania tidak berkedip, membiarkan sentuhan itu berlalu tanpa memberikan reaksi yang Marco harapkan. Dia adalah seorang maestro dalam permainan psikologi, dan dia tidak akan membiarkan pria ini berpikir bahwa dia bisa membaca dirinya dengan mudah. Tetapi ada sesuatu dalam sorot mata Marco yang membuat Lovania sadar—pria ini bukan hanya sekadar lawan yang bisa ia kendalikan. Dia adalah badai yang bisa menghancurkan siapa pun yang lengah. Namun, Lovania bukan seseorang yang mudah dirobohkan. Lovania: (Dengan suara pelan, tetapi tajam.) "Maka kita lihat saja, Marco… apakah Anda benar-benar bisa memiliki saya, atau justru Anda yang akan jatuh lebih dulu." Marco menatapnya lebih lama sebelum akhirnya mundur sedikit, mengambil gelas anggurnya kembali, lalu menyesapnya dengan elegan. Marco: (Dengan nada penuh kepastian.) "Kita lihat saja, sayang. Saya selalu menikmati tantangan." Lovania tersenyum tipis. Permainan ini baru saja dimulai, dan mereka berdua tidak memiliki niat untuk kalah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD