BAB 13 – PERJANJIAN DI BAWAH CAHAYA BULAN
Laut tenang menghampar luas di bawah cahaya bulan, menciptakan pantulan perak yang menari di permukaannya. Udara malam terasa hangat, dibalut aroma asin lautan yang bercampur dengan wangi mawar dan amber dari parfum Lovania.
Di atas dek yacht mewah itu, waktu seakan melambat. Hanya ada mereka berdua, ditemani alunan musik klasik yang mengalir lembut dari speaker tersembunyi.
Lovania masih menatap cincin di tangannya—simbol ‘keseriusan’ yang diberikan Marco. Namun, lebih dari itu, ia tahu pria ini sedang mengajaknya bermain dalam sebuah permainan yang lebih berbahaya dari sekadar daya tarik dan keinginan.
Ia mendongak, menatap Marco yang duduk santai, tetapi penuh kendali. Dominan, dingin, namun berbahaya dengan cara yang sulit dijelaskan.
Lovania: (Memutar cincin itu di antara jarinya, lalu berucap dengan nada yang tenang.)
"Jadi, apa yang sebenarnya Anda inginkan dari saya, Marco?"
Marco mengangkat gelas anggurnya, menyesapnya perlahan sebelum akhirnya bersandar dengan santai di sofa kulit.
Marco: (Suara rendahnya terdengar seperti alunan biola yang tajam.)
*"Saya tidak pernah menginginkan sesuatu yang biasa, Miss Valley. Dan Anda—" (menatapnya dengan intens, menelusuri ekspresi Lovania seakan membaca pikirannya.)
"—bukan wanita biasa."
Lovania tersenyum samar, seolah tidak terpengaruh oleh pujian yang dibalut dengan kesan berbahaya itu.
Lovania: (Nada suaranya sedikit menggoda, namun tetap dingin.)
"Dan bagaimana jika saya tidak tertarik untuk menjadi bagian dari permainan Anda?"
Marco meletakkan gelasnya, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. Aura kekuasaannya begitu nyata, menciptakan jarak tipis yang mengikat mereka dalam ketegangan yang tak terlihat.
Marco: (Dengan suara rendah yang menggoda, tetapi juga menuntut.)
"Ini bukan permainan, sayang. Ini adalah tawaran." (Matanya mengunci milik Lovania.)
"Tawaran yang tidak akan saya ulang dua kali."
Angin malam berembus lebih kuat, membuat helaian rambut Lovania bergerak liar, tetapi dia tetap mempertahankan ketenangannya.
Ia tahu, pria seperti Marco Maxdev bukan tipe yang akan menyerah begitu saja.
Pernyataan yang Mengubah Segalanya
Lovania meletakkan cincin itu kembali ke dalam kotaknya dan menyelipkannya di atas meja.
Lovania: (Menatap Marco dengan mata yang tajam, nada suaranya tetap dingin dan penuh kendali.)
"Saya tidak menerima sesuatu yang tidak saya pahami sepenuhnya."
Marco tersenyum kecil, bukan senyum biasa, melainkan senyum seorang pria yang menikmati tantangan.
Marco: (Mengusap jemarinya di sepanjang dagunya, matanya masih tak lepas dari Lovania.)
"Saya suka wanita yang tidak mudah terbuai. Itu membuat semuanya lebih menarik."
Lovania menyilangkan kakinya, membuat roknya sedikit tersingkap, tetapi tetap dengan keanggunan yang sempurna.
Lovania: (Mengangkat alis sedikit, nada suaranya setengah mengejek.)
"Menarik? Saya bukan bagian dari koleksi Anda, Marco."
Marco terkekeh pelan, lalu bangkit dari duduknya. Dia berjalan perlahan, mengambil posisi di belakang Lovania, membiarkan bayangannya menyelimuti wanita itu.
Marco: (Berbisik dekat di telinganya, suaranya rendah dan memikat.)
"Dan saya bukan pria yang menganggap wanita sebagai koleksi."
Lovania menutup matanya sejenak, mengatur napasnya sebelum akhirnya berbalik menghadapnya.
Lovania: (Matanya menantang, suaranya tak lagi hanya sekadar cuek, tetapi juga penuh perhitungan.)
"Kalau begitu, buat saya mengerti. Apa yang benar-benar Anda inginkan?"
Keputusan yang Tidak Bisa Dibatalkan
Marco tidak langsung menjawab. Ia mengambil satu langkah maju, mendekat, membuat ruang di antara mereka semakin tipis.
Marco: (Mengangkat dagu Lovania dengan dua jarinya, memaksanya menatap langsung ke dalam matanya.)
"Saya ingin Anda tetap di sisi saya, Lovania."
Lovania mengerjapkan mata, ekspresinya tetap tak terbaca.
Lovania: (Nada suaranya lebih pelan, tetapi tetap kuat.)
"Sebagai apa?"
Marco menyeringai kecil, lalu menurunkan tangannya.
Marco: (Membiarkan kata-katanya meluncur dengan anggun, namun penuh dominasi.)
"Sebagai wanita saya. Satu-satunya."
Malam yang tenang seakan menjadi saksi bisu atas pernyataan itu. Angin laut berembus lebih pelan, seolah memberikan waktu bagi Lovania untuk mencerna setiap kata yang diucapkan Marco.
Namun, satu hal yang pasti—ini bukan sekadar tawaran biasa.
Ini adalah awal dari sesuatu yang lebih dalam, lebih gelap, dan lebih berbahaya.
Sesuatu yang tidak bisa lagi dia tolak.