BAB 14 – PERMAINAN DI BALIK KEKUASAAN
Lovania menatap Marco dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. Malam semakin larut, namun ketegangan di antara mereka justru semakin terasa. Kata-kata Marco masih terngiang di telinganya.
Sebagai wanita saya. Satu-satunya.
Klaim itu terdengar begitu mudah, begitu mutlak—seolah Marco sudah memperhitungkan segalanya dan yakin bahwa Lovania tidak akan punya pilihan lain selain menerima.
Namun, Lovania Valley bukan tipe wanita yang tunduk begitu saja.
Dia menyilangkan tangannya di depan d**a, dagunya sedikit terangkat, menunjukkan sikap yang penuh kendali.
Lovania: (Nada suaranya tenang, tetapi penuh ketajaman.)
"Dan jika saya menolak?"
Marco tersenyum kecil. Senyum itu berbahaya—bukan ancaman, tetapi sebuah janji bahwa dia tidak akan membiarkan sesuatu keluar dari genggamannya.
Dia merogoh sakunya, mengeluarkan pemantik dan menyalakannya, membiarkan cahaya kecil itu menari di antara mereka sebelum akhirnya mematikannya lagi.
Marco: (Suaranya rendah, seperti bisikan dalam kegelapan.)
"Anda bisa mencoba, sayang. Tapi Anda tahu betul, saya tidak pernah gagal mendapatkan apa yang saya inginkan."
Lovania tertawa pelan, tetapi matanya tidak menunjukkan sedikit pun kepanikan.
Lovania: (Menghela napas sambil menatap Marco dengan penuh perhitungan.)
"Menarik. Anda begitu percaya diri, Marco. Namun, saya bukan tipe wanita yang mudah dikendalikan."
Marco mengambil langkah maju, mempersingkat jarak di antara mereka. Matanya menelusuri wajah Lovania dengan intensitas yang hampir melumpuhkan.
Marco: (Dengan nada suara yang lebih lembut, namun tetap tajam.)
"Dan saya bukan tipe pria yang menyukai sesuatu yang terlalu mudah."
Lovania menahan napas sejenak. Dia bisa merasakan auranya—d******i, kekuasaan, dan kendali mutlak.
Namun, dia juga bukan wanita yang takut menghadapi pria seperti Marco Maxdev.
Dengan gerakan yang anggun, Lovania mengambil gelas anggur yang masih tersisa di atas meja dan menyesapnya perlahan. Dia kemudian menatap Marco dengan ekspresi yang sulit ditebak.
Lovania: (Dengan nada menggoda, tetapi tetap dingin.)
"Kalau begitu, biarkan permainan ini dimulai, Tuan Maxdev."
Marco menyeringai kecil, lalu mengambil gelasnya sendiri. Mereka saling bertukar tatapan, seolah sedang menegosiasikan sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar hubungan biasa.
Malam ini, tidak ada yang kalah atau menang.
Namun satu hal yang pasti—permainan ini baru saja dimulai.