BAB 16 – ANTARA TAKLUK DAN KENDALI
Angin laut berhembus lembut, membawa aroma asin yang berpadu dengan keharuman parfum eksklusif yang melekat pada tubuh mereka. Di atas dek yacht yang megah, dua sosok berdiri berhadapan—seorang pria dengan kendali mutlak dan seorang wanita yang tak mudah ditaklukkan.
Lovania tetap diam, tatapannya terarah ke laut lepas, tetapi pikirannya tertuju pada pria di hadapannya. Marco Maxdev bukan sekadar pria kaya dengan pengaruh besar—dia adalah seseorang yang terbiasa mengendalikan, mendapatkan, dan memastikan bahwa segalanya berjalan sesuai keinginannya.
Namun, Lovania Valley juga bukan wanita biasa.
Dengan gerakan anggun, dia mengambil gelas anggurnya dan menyesapnya perlahan, membiarkan keheningan di antara mereka menguat sebelum akhirnya berbicara.
Lovania: (Dengan nada lembut, tetapi tajam.)
"Kebebasan dalam kendali… Itu adalah tawaran yang menarik, Marco." (Dia berbalik menghadapnya, membiarkan tatapannya menyusuri wajah pria itu dengan perhitungan.)
"Tapi saya selalu bertanya-tanya… Apakah seorang pria dengan kekuasaan sebesar Anda benar-benar mampu memberikan kebebasan?"
Marco tersenyum kecil—bukan senyum biasa, tetapi senyum yang menyiratkan bahwa dia menikmati setiap tantangan yang Lovania berikan.
Dia melangkah lebih dekat, membiarkan tubuh mereka hanya terpisah beberapa inci. Matanya menelusuri wajah Lovania dengan ketajaman yang menusuk.
Marco: (Dengan suara rendah yang sarat dengan keyakinan.)
"Saya tidak pernah menawarkan sesuatu yang tidak bisa saya berikan, sayang." (Dia menyentuh pinggir gelas anggur di tangan Lovania, jemarinya hanya menyentuh sekilas, tetapi cukup untuk menggetarkan udara di antara mereka.)
"Namun, pertanyaannya… apakah Anda berani mengambilnya?"
Lovania tersenyum samar. Dia meletakkan gelasnya dengan perlahan, lalu menatap Marco dengan mata yang berkilat penuh intrik.
Lovania: (Dengan nada menggoda, tetapi tetap penuh kendali.)
"Berani? Saya selalu menikmati permainan berisiko, Tuan Maxdev." (Dia melangkah mundur dengan anggun, seolah menantang, tetapi tidak memberikan kendali sepenuhnya.)
"Tapi saya tidak pernah bermain tanpa memastikan bahwa saya juga memegang kartu penting."
Marco tertawa pelan, tatapannya semakin gelap, tetapi ada kilatan ketertarikan yang tak bisa disembunyikan.
Marco: (Dengan nada dalam, penuh dominasi.)
"Dan itulah alasan mengapa Anda menarik, Miss Valley." (Dia menyelipkan tangannya ke dalam saku jasnya, masih menatapnya dengan intens.)
"Permainan ini akan jauh lebih menarik daripada yang saya bayangkan."
Lovania hanya tersenyum kecil. Malam ini, permainan telah dimulai—bukan sekadar tentang kekuasaan atau kendali, tetapi juga tentang siapa yang akan jatuh lebih dulu dalam perang dingin yang begitu memikat ini.