Bab 02

1300 Words
Butuh waktu lima hari bagi Hana (yang terisi jiwa Hana) untuk menjalani masa pemulihan pasca koma. Kini ia telah diperbolehkan pulang meski masih harus menggunakan kursi roda. Ia menatap pantulan wajahnya dalam cermin kecil. Sampai saat ini ia masih belum bisa percaya jika ia bisa kembali hidup. Tapi ada satu hal yang masih jadi pertanyaan besar di kepalanya, kenapa ia harus terbangun dalam raga orang lain? Apa yang terjadi dengan raganya? Pintu terbuka, seorang laki-laki yang ia tahu bernama Yeol datang mendekat. Ia terus menatap Hana dengan smirk yang tercetak jelas di wajahnya. Yeol berdiri tepat di sisi ranjang rawat Hana, ia mengambil cermin yang tengah digunakan Hana dengan kasar. "Kenapa kau harus kembali? Apa kau ingin membalas dendam karena aku mengkhianatimu? Ah, tidak. Aku tidak mengkhianatimu, karena dari awal aku memang tidak ingin memiliki hubungan apapun denganmu," ujarnya. Hana terdiam. Ia sama sekali tidak mengerti maksud ucapan Yeol, tapi jika dilihat sepertinya ia amat membenci sosok Hana dalam hidupnya. "Kenapa diam? Tidak perlu berlagak hilang ingatan di depanku, sandiwaramu tidak mempan untuk menipuku. Aku tahu kau masih mengingat jelas apa yang terjadi malam itu sampai kau mengalami kecelakaan," sambungnya dengan menggeratakan gigi. Ia terlihat kesal bukan main. "Aku benar-benar tidak mengerti maksudmu Tuan, dan katakan padaku apa yang terjadi malam itu sampai aku mengalami kecelakaan dan koma," Hana bertanya dengan nada menekan. Ia benar-benar ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. , Brakk Pecahan cermin berserakan, napas Yeol naik turun karena marah. Hana yang terkejut hanya bisa diam menatap pecahan cermin di lantai rumah sakit. Tanpa aba-aba Yeol mendekat, dua tangannya meremas kuat bahu Hana hingga membuat si wanita meringis menahan sakit. "Aku tahu kau masih mengingatnya dengan jelas. Mengakulah sekarang dan hentikan sandiwaramu sebelum aku kehilangan kendali dan membuatmu benar-benar tidur untuk waktu yang lama." Hana tak beraksi apapun, ia hanya diam menatap Yeol dengan pandangan bertanya. Kepalanya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang terus ia ulang. "Aku tidak tahu apa yang akan kau perbuat padaku nantinya. Tapi percaya atau tidak aku tidak paham soal apa yang baru saja kau katakan. Dan asal kau tahu AKU ADALAH KANG SOORA, BUKAN DO HANA! !" Kekehan sumbang jadi respon Lee Yeol kemudian Pria itu melepaskan cengkeramannya dan sedikit menjauh, memberi jarak antara keduanya. "Kau mau menipuku dengan cara apalagi? Kau ingin mengatakan jika jiwa dalam tubuhmu adalah orang lain? BERHENTI MEMBUAL! BERHENTI MENGATAKAN HAL-HAL TIDAK MASUK AKAL!" pria itu terlihat murka. Ia menatap Hana dengan raut penuh emosi, napasnya naik turun dengan wajah memerah menahan marah. "Berhenti mengatakan hal tidak masuk akal dan ayo kita akhiri sampai di sini. Kau tahu bukan aku benar-benar tidak ingin menjadi suamimu? Perjodohan ini tidak masuk akal, kau harusnya paham dan menolak apa yang mereka lakukan," ujar Lee Yeol pelan. Hana bergeming. Ia memejamkan mata karena merasa pening. Dirinya benar-benar tidak mengerti arah pembicaraan pria di dekatnya ini. Tapi ia bisa menyimpulkan satu hal, Lee Yeol dan sosok Hana terjebak dalam perjodohan dan Lee Yeol tidak menginginkan hal itu terjadi. "Kenapa kau diam? Apa kau benar-benar mencintaiku sampai-sampai kau mau bertahan seperti ini? Wahh kau benar-benar diluar dugaanku." "Apa yang sebenarnya terjadi malam itu? Apa kau melakukan hal buruk pada Hana? Dan kenapa aku harus membatalkan perjodohan?" tanya Hana runut. Lee Yeol menatap gadis itu sejenak kemudian menghembuskan napas sejenak, berusaha meredam emosi yang sudah menguasai. "Kau benar-benar gigih rupanya. Kau bahkan rela terluka berkali-kali hanya untuk bisa bersamaku. Baiklah akan ku beritahu apa yang terjadi, dan aku mau kau bertanggung jawab untuk hal itu." Baru saja Lee Yeol menarik napas untuk melanjutkan ucapannya, seseorang lebih dulu masuk ke ruang rawat Hana. Seorang dokter, perawat dan laki-laki yang Hana tak tahu namanya, yang jelas ia memiliki kulit putih pucat dan badan tinggi semampai. "Selamat pagi nona, bagaimana perasaanmu?" Dokter tersenyum ramah. Hana tersenyum kecil. "Baik Dok," sahutnya. "Baiklah mari kita periksa terlebih dulu setelah itu Nona bisa pulang pukul sembilan nanti." Pemeriksaan dasar dimulai. Tidak lama Dokter kembali tersenyum sambil mengangguk kecil ke arah seorang perawat yang berdiri di sampingnya. "Semuanya baik, bahkan kondisi Nona jauh lebih baik dari sebelumnya." "Terimakasih Dok, untuk bantuannya," si pria berkulit pucat berujar senang. Dokter mengangguk kemudian mempermisikan diri keluar. "Hyung, kau sudah menyiapkan mobil?" tanya si pria pucat ke arah Lee Yeol. Yang diajak bicara hanya berdehem sebagai jawaban. Pria pucat itu kemudian mendekat ke arah Hana, kemudian menggenggam tangan wanita itu erat. "Selamat datang kembali Noona. Aku benar-benar senang kau bisa melewati masa sulit itu. Aku ... aku janji akan menjaga Noona lebih baik lagi supaya Noona tidak terluka," ujarnya dengan mata menahan tangis. Hana mengangguk kaku tak tahu harus berbuat apa. "Aku akan membayar tagihan dulu," ujar Lee Yeol acuh, pria itu lantas pergi keluar dari kamar inap. Ini kesempatanku, batin Hana. "Ada apa Noona?" tanya Sean -pria pucat- seolah tahu ada yang ingin Hana katakan. "Boleh aku tanya sesuatu?" Sean mengangguk. "Apa kau tahu soal hubunganku dan Lee Yeol? Maksudku apa yang terjadi antara aku dan dia sampai aku mengalami kecelakaan." Sean terdiam, ia tampak ragu untuk menjawab pertanyaan Hana. "Aku tidak tahu apa aku boleh mengatakan ini atau tidak. Tapi Noona dan Lee Yeol Hyung, dijodohkan karena wasiat Kakek. Lee Yeol Hyung sempat menolak perjodohan itu tapi tidak bisa membatalkannya. Dan untuk kenapa Noona mengalami kecelakaan aku tidak tahu. Yang ku tahu hanya saat itu Noona akan mencari Hyung yang sudah tiga hari tidak pulang ke rumah, dan tidak lama setelah Noona pergi kami mendapat kabar soal kecelakaan itu," jelas Sean panjang lebar. Meski kurang puas akan penjelasaan Sean, Hana mengangguk mengerti. "Begitu ya. Terima kasih," ucapan Hana menggantung. Ia belum tahu nama lelaki muda di hadapannya ini. "Sean, namaku Sean. Adik Lee Yeol Hyung," ujarnya semangat. Hana tersenyum kecil, Sean itu lucu. "Terima kasih, Sean," kata Hana sambil tersenyum. *** Di tempat berbeda. Jongin tengah repot membantu Nyonya Kang membereskan kedai. Semenjak kematian Soora, tidak ada yang bisa membantu Nyonya Kang soal mengurus kedai. Wanita paruh baya itu hanya memiliki Soora sebagai anak tunggal dan sang suami yang lebih sering bekerja di luar kota. "Jongin-ah, kau bisa istirahat sebentar. Sudah sejak tadi kau membantu," ujar Nyonya Kang sembari mengelap beberapa mangkok dan piring. "Tak apa Bi, aku masih belum lelah," sahutnya sambil tersenyum. Ia emudian ia kembali melanjutkan aktivitasnya membersihkan meja-meja pelanggan. "Hari ini biarkan Jongin yang berbelanja kekurangan bahan masakan, nanti beberapa teman Jongin juga akan datang untuk membantu," ucapnya yang kini mulai sibuk menata bangku-bangku. Nyonya Kang terdiam, ia mengamati Jongin dengan lamat sembari tersenyum tipis. Wanita baya itu berpikir betapa beruntungnya Soora bisa mendapatkan pria sebaik Jongin. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana raut bahagia Soora saat pertama kali memperkenalkan Jongin sebagai kekasihnya, gadis itu bahkan tidak henti-hentinya tersenyum dan mengatakan segala kebaikan pria bermarga Yoon itu. Jongin yang merasa diperhatikan sontak menoleh. Ia menatap Nyonya Kang beberapa saat sebelum kemudian tersenyum lebar yang kemudian dibalas hal serupa oleh wanita paruh baya tersebut. Hari sudah agak siang saat Jongin berpamitan untuk berbelanja kekurangan bahan dapur. Ia mengendarai mobilnya dan melaju pelan, sesekali ia menengok ke arah ponselnya yang bergetar. Sebuah pesan masuk dari sang kawan yang mengatakan jika mereka sudah sampai di kedai. Tidak butuh waktu lama bagi Jongin untuk sampai di tujuan. Satu tempat mirip seperti pasar tradisional tapi bukan pasar sebenarnya. Sudah terlalu siang untuk berbelanja di pasar. Jongin masuk ke dalam sambil menyenandungkan beberapa bait lagu, matanya bergerilnya kesana- kemari mencari bahan-bahan yang ia perlukan. Langkahnya ia bawa ke salah satu toko bahan makanan. Ia membeli beberapa bungkus eomuk dan bahan untuk tokpoki lainnya. Ia melanjutkan kegiatannya berbelanja, tapi sebelum itu ia menyempatkan diri untuk membeli beberapa kue mochi. Kue kesukaan Soora. Jongin memesan beberapa rasa, termasuk rasa kesukaan Kang Soora, Green tea. Baru saja Jongin akan beranjak setelah membayar pesanan, seseorang lebih dulu memanggilnya, membuatnya terpaksa berbalik dan mendapati seorang gadis dengan mata bulat tengah menatapnya. "Aku menemukan mu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD