Tertangkap

2589 Words
“Ternyata di sini ada banyak bahan makanan. Para mhoyedt atau pasukan draconian sepertinya belum menemukan tempat ini. Jadi, ada banyak hal yang bisa kita makan dan kita bisa beristirahat sejenak untuk memulihkan diri sebelum memulai perjalanan kita demi bergabung dengan rombongan,” ucap Vani sembari memanggang kelinci yang sebelumnya berhasil ia buru dengan memasang jebakan. Vani terlihat sangat bahagia, karena berhasil menangkap kelinci berukuran cukup besar tersebut. Vani bahkan sangat bersemangat untuk memasak kelinci tersebut agar bisa dinikmati olehnya dan Clara. Tentu saja, Clara yang melihat kelinci tersebut dipanggang, tidak bisa mengalihkan pandangannya. Ia bahkan menelan ludahnya saat menghirup aroma lezat dari kelinci panggang tersebut. Clara tidak bisa berbohong, jika ia sangat lapar dan sangat ingin memakan kelinci panggang tersebut. Hal ini sangat wajar, mengingat sebelumnya mereka lebih sering bersembunyi di bawah puing-puing atau jalur pembuangan air  yang memang berada di dalam jalur perjalanan mereka. Karena itulah, mereka semua kesulitan untuk mencari sumber makanan atau air minum.  Para manusia yang bertahan hidup dalam kerasnya kerusakan peradaban, harus berebut sumber makanan dengan para mhonyedt dan draconian. Kebanyakan sumber air bahkan sudah dikuasai oleh bangsa draconian dan dijaga ketat setiap saat. Hingga sangat mustahil bagi mereka untuk bisa minum air bersih dengan mengambilnya di sumber air. Jadi, mereka hanya bisa menggantungkan diri pada air hujan yang juga sangat tidak bisa diperkirakan kapan turunnya. Untuk makanan, para manusia bahkan harus rela untuk makan rumput kering atau bahkan serangga yang kebetulan kaya akan protein yang bisa mereka gunakan sebagai sumber makanan. Intinya, selama ini mereka tidak bisa mendapatkan sumber makanan yang layak. Mereka makan seadanya, hingga mereka benar-benar merasa sangat senang dan beruntung menemukan sumber makanan yang sangat berlimpah seperti ini. Walaupun jelas, mereka juga harus berusaha untuk mendapatkan makanan mereka, karena semua makanan itu tidak tersaji begitu saja untuk siap dinikmati oleh mereka. “Nah, sudah matang. Sekarang makanlah,” ucap Vani sembari meletakkan kelinci panggang tersebut di atas dedaunan yang ia gelar sebagai alas makan mereka. Vani terlihat sangat senang karena kelinci tersebut dimasak dengan sangat sempurna, sesuai dengan harapannya. Dagingnya juga cukup tebal, hingga mereka sama-sama bisa makan kenyang dengan menikmati seekor kelinci panggang. Clara yang melihatnya juga terlihat menelan ludah. Sebab ia benar-benar sudah lama tidak makan makanan seperti ini. Mengingat sebelumnya mereka hanya makan rerumputan atau tumbuhan yang bisa mereka temukan. Rasanya sudah sangat lama ia tidak makan olahan daging seperti ini. Mungkin terakhir kali ia makan makanan layak ketika dirinya masih kecil. Clara menerima bagian daging yang diberikan oleh Vani dan menunggu Vani mengambil bagiannya sendiri, sebelum mereka makan bersama. Tidak hanya Clara, Vani juga terlihat sangat senang dan menikmati makanan yang bisa dibilang sangat mewah di situasi mereka ini. Clara dan Vani sama-sama tumbuh besar saat bumi mulai hancur. Alih-alih hidup nyaman dan menikmati masa remaja mereka dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan, mereka malah harus berjuang untuk bertahan hidup dalam pelarian dan menghadapi berbagai bahaya. Sudah begitu lama mereka tidak makan dengan layak sebagai manusia. Sebelumnya mereka hanya bisa makan dan minum seadanya, yang terpenting mereka masih mendapatkan makanan dan bertahan hidup. Vani kembali membagi kelinci panggang dan berkata, “Makan lebih banyak.” Clara yang melihat bagiannya lebih banyak daripada bagian Vani menggeleng. Bagaimana mungkin dirinya bisa makan lebih banyak. Padahal, sudah jelas jika Vani yang bekerja keras dalam memburu hingga memasak kelinci ini hingga siap untuk disantap. Sebelumnya, Vani memang tidak mengizinkan Clara untuk ikut berburu. Sebab Vani berpikir jika itu adalah hal yang berbahaya. Ia memilih untuk meminta Clara untuk menjaga tempat persembunyian mereka yang jelas-jelas sangat aman. “Tidak, kenapa bagianku lebih banyak dari Kakak? Dibandingkan aku, Kakak jelas harus makan lebih banyak karena Kakak yang memburunya sendiri,” ucap Clara menolak jatah makannya lebih banyak dibandingkan dengan Vani. “Tubuhku lebih kuat, Clara. Aku bisa bertahan lebih lama dibandingkan dirimu walaupun tidak makan banyak. Karena itulah, kau yang harus makan lebih banyak. Ingat sebelumnya kau juga hampir berada dalam bahaya. Jadi, mulai saat ini makan lebih banyak selagi kita bisa mendapatkan sumber makanan dengan mudah,” ucap Vani saat sadar jika Clara tidak ingin makan dengan porsi lebih besar dibandingkan dirinya, karena merasa tidak enak hati. Clara pun pada akhirnya tidak memiliki pilihan lain selain menurut atas apa yang dikatakan oleh Vani padanya. Ia makan lebih banyak sesuai dengan apa yang disarakan oleh Vani sebelumnya. Karena sudah lama tidak makan banyak, rasanya perut Clara akan meledak karena terlalu kenyang dibuatnya. Sensasi yang rasanya sudah lama tidak ia rasakan. Sebab sudah lama baginya tidak makan dengan layak dengan makanan yang sedemikian berlimpahnya. Clara pun tidak bisa menahan diri untuk tersenyum dengan cerahnya. Ia benar-benar mengisi perutnya dengan puas. Vani sendiri mengusap puncak kepala Clara dengan sebuah senyuman manis. Jelas, ia merasa sangat senang karena kini kondisi Clara sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Selain kondisi sudah kembali normal, dengan detak jantung yang sudah kembali seperti semula, Vani sudah membuat Clara makan dengan baik. Setidaknya dengan makanan yang lezat ini, Clara sudah mengisi energinya dengan penuh. Sepertinya tidak akan ada masalah jika lusa mereka memulai perjalanan mereka. Vani sudah membulatkan tekadnya. Ia akan melindungi Clara dengan sebaik mungkin dan membawanya untuk kembali bertemu dengan sang kakak. Sebenarnya Vani sendiri agak merasa menyesal. Padahal Calvin sebelumnya sudah mempercayakan dirinya untuk menjaga Clara, tetapi ia tidak bisa melakukannya dengan baik. Hingga pada akhirnya membuat Clara menghadapi bahaya dan terpisah dari saudara kembarnya. Karena itulah, Vani tidak ingin mengulangi kesalahannya lagi, dan akan melindungi Clara sebaik mungkin. “Kita akan tinggal di sini selama sehari semalam. Lalu lusa, kita akan memulai perjalanan kita,” ucap Vani mengatakan rencana yang sudah ia susun. Memang benar, tempat ini sangat nyaman dengan gua yang luas, dan hangat di malam hari, serta sumber makanan yang berlimpah. Namun, mereka tidak bisa tinggal terlalu lama walaupun merasa sangat nyaman. Mereka harus bergegas untuk kembali bertemu dengan kelompok mereka dan menuju tempat yang aman. Clara yang mendengar hal itu tentu saja mengangguk. Ia tidak keberatan untuk melakukan hal tersebut, karena pada dasarnya mereka semua sudah terbiasa untuk terus bergerak agar posisi mereka tidak ditemukan oleh para prajurit bangsa Draconian yang kejam. “Kalau begitu, Kakak juga harus makan. Karena kita akan memulai perjalanan yang lebih sulit daripada biasanya,” ucap Clara. Vani tersenyum saat mendapatkan perhatian dari Clara. “Terima kasih atas perhatianmu Clara. Tapi sebelum memperhatikanku, kau harus memperhatikan kondisimu terlebih dahulu, Clara. Ingat, kau harus berada dalam kondisi baik untuk menempuh perjalanan yang berbahaya ini,” balas Vani lalu meminta Clara untuk melanjutkan acara makannya.       **       “Minumlah,” ucap Vani sembari menyerahkan air minum bersih yang ia dapatkan dari hasil menyuling dari air sungai yang keruh. Meskipun mereka dekat dengan sungai yang beraliran deras, mereka tidak bisa dengan mudah air karena kebersihan air yang sangat buruk. Karena itulah, Vani dan Clara benar-benar harus bekerja keras untuk mendapatkan air minum dengan menyulingnya berulang kali. Untungnya, usaha keras Vani dan Clara membuahkan hasil. Setelah menyuling beberapa kali, akhirnya mereka mendapatkan air yang bisa mereka minum. Karena mereka memiliki waktu luang yang cukup, mereka juga bisa mengendapkan air minum mereka agar memastikan air yang mereka minum semakin bersih. Lalu setelah sekian lama, akhirnya mereka bisa minum air yang bersih. Bahkan paling bersih dibandingkan dengan semua air minum yang pernah mereka konsumsi setelah peradaban manusia hancur.. Clara menerima air minum tersebut sembari bergumam, “Terima kasih, Kak.” Vani juga minum air bagiannya dengan cepat. Ini adalah hari yang sudah ditentukan untuk memulai perjalanan mereka. Karena itulah, Vani dan Clara harus mempersiapkan perjalanan mereka dengan sebaik mungkin. Salah satunya adalah mengisi kebutuhan air mereka, mungkin mereka bisa menahan lapar tetapi akan sangat sulit bagi mereka untuk menahan haus merkea. Terlebih, perjalanan mereka tidak mudah dan tidak dekat. Mereka tidak tahu kapan mereka bisa menemukan sumber air dan sumber makanan, jadi setidaknya mereka harus menyiapkan tubuh mereka. Membawa bekal juga bukan hal yang baik. Sebab itu bisa saja menarik perhatian mhoyedt yang kelaparan dan membuat mereka berada dalam kesulitan. Sebisa mungkin, mereka harus melakukan perjalan dalam tenang dan tidak menarik bahaya apa pun. Jujur saja, saat ini Vani merasa sangat gelisah dengan apa yang akan mereka hadapi nantinya. Namun, ia berusaha untuk bersikap tenang di hadapan Clara. Sebab ia takut membuat Clara merasa gelisah dan mempengaruhi kondisi jantungnya. Clara yang sudah meminum semua airnya pun berkata, “Akan sangat menyenangkan jika kelompok kita menemukan tempat ini lebih dulu, dan tidak perlu merasakan kelaparan dalam waktu yang lama. Aku juga berharap Kakak makan makanan enak seperti yang kita makan sebelumnya.” Jujur saja, Vani juga meraskan hal yang sama. Jika saja mereka memiliki alat untuk menghubungi Calvin yang berada jauh di sana. Rasanya lebih baik jika kelompok mereka hidup terpisah saja dan memiliki tempat perlindungan sendiri. Toh, selain mendapatkan area bersembunyi, mereka juga mendapatkan sumber makanan yang berlimpah. Ini juga tempat yang sangat terpencil, bahkan bangsa Draconian yang selama ini mati-matian untuk menguasai bumi, belum menemukannya. Itu sudah lebih dari cukup membuktikan bahwa ini adalah tempat yang aman. Hanya saja, Vani tidak bisa memberikan harapan bahwa mereka bisa tinggal di sana lebih lama atau membawa kelompok mereka untuk tinggal di sini. Situasi saat ini tidak memungkinkan untuk melakukan hal itu. Namun, ia juga tidak boleh terlalu melukai perasaan Clara. Mungkin itu tidak terlalu dibutuhkan oleh Clara, tetapi hati nuraninya sendiri yang menyatakan jika ia harus menjaga Clara dengan baik. Menjaga fisik dan hatinya agar tetap berada dalam kondisi baik-baik saja. Vani yang mendengar hal itu pun berkata, “Kita bisa melakukannya nanti. Karena kita nanti akan berkumpul di kelompok yang lebih besar, aku yakin jika akan ada situasi yang lebih baik daripada sebelumnya. Meskipun tidak bisa seperti dulu, tetapi setidaknya kita bisa tidur di tempat yang lebih aman dan makan makanan yang lebih pantas.” Mendengar penghiburan seperti itu, Clara pun mengangguk. Meskipun kini ia terpisah dengan saudara kembarnya, tetapi Clara memiliki keyakinan kuat bahwa ia bisa kembali bertemu dengannya. Clara juga memiliki firasat bahwa sang kakak berada dalam kondisi yang baik-baik saja. Meskipun sulit, Clara akan berusaha sebaik mungkin untuk bertemu dengan sang kakak. Clara akan membuktikan, bahwa ia juga sudah dewasa dan bisa bertahan dengan baik dalam situasi sesulit apa pun. Clara tidak sepenuhnya tertinggal dari Calvin yang sudah sejak lama menunjukkan sisi kedewasaannya dan menjadi seorang pemimpin. “Kalau begitu, mari kita memulai perjalanan kita. Ingat, jangan pernah melepasakan genggaman tanganku,” ucap Vani lalu menggenggam tangan Clara. Tentu saja Clara mengangguk dan balas menggenggam tangan Vani dengan tak kalah eratnya. Lalu mereka pun bergegas untuk memulai perjalanan. Setidaknya mereka harus sudah menemukan tempat berteduh dan bersembunyi sebelum malam menjelang. Tentu saja mereka harus memastikan semua itu, karena tidak memiliki orang yang bisa diandalkan untuk melindungi mereka. Setelah melewati area yang dipenuhi oleh pepohonan besar yang sudah lama tidak mereka lihat, mereka pun mulai memasuki ara padang rumput yang sudah sangat kering. Setidaknya mereka menghabiskan waktu selama tiga jam untuk melalui area padang kering tersebut. Tentu saja mereka berharap akan segera menemukan reruntuhan bangunan atau semacamnya, sebab itu adalah area yang sangat pas untuk dijadikan tempat berlindung. Harapan mereka terwujud. Sayangnya, ternyata area tersebut dipenuhi oleh para mhoyedt yang tampak kelaparan. Clara dan Vani seketika memucat. Namun, Vani yang sudah berpengalaman dan sudah tahu arah pasti ke mana mereka pergi, berusaha untuk tetap tenang. Karena jika melakukan kesalahan, sudah dipastikan jika mereka akan menarik perhatian dari para mhonyedt dan pada akhirnya akan diserang oleh mereka atau bahkan menjadi santapan mereka. Memang benar mereka pada dasarnya sama-sama manusia, tetapi mereka yang sudah kehilangan kecerdasan hanya memiliki insting hewan. Ketika kelaparan, mereka bisa melakukan apa pun. Jadi, Vani dan Clara harus berhati-hari. Vani bergegas untuk menarik Clara bersembunyi di balik reruntuhan dan berbisik, “Mulai sekarang, kita akan bergerak di antara reruntuhan. Karena kita harus menghindari pandangan para mhonyedt, dan juga pastikan jika tidak menimbulkan bunyi yang membuat mereka sadar akan kehadiran kita.” Clara mengangguk. Tentu saja Clara tidak akan melakukan hal yang bisa membahayakan dirinya maupun Vani. Ia akan berhati-hati, agar tidak merusak usaha keras Vani. Lalu bertemu dengan sang kakak kembali, setelah semua perjalan sulit dan melelahkan yang sudah ia lalu bersama dengan Vani yang berusaha keras untuk menjaganya. “Aku mengerti Kak.” Mereka pun mulai mengendap-ngendap. Tentu saja Vani yang memimpin jalan sembari menggenggam tangan Clara, memastikan bahwa mereka tidak akan terpisah. Sayangnya, Vani melakukan kesalahan dengan menyenggol reruntuhan dan pada akhirnya menarik perhatian para mhonyedt. Saat itu pula Vani berteriak, “Lari! Lari sekuat tenagamu Clara!” Vani pun segera berlari dengan masih menggenggam tangan Clara. Memastikan jika mereka tidak terpisah. Sebab Vani sadar, besar kemungkinan bahwa Clara akan terpisah karena tertinggal. Benar saja, karena kondisi tubuhnya yang sangat buruk. Clara bahkan sudah kehilangan banyak tenaga dan kedua kakinya hampir kehilangan tenaga. Namun, Clara berusaha untuk terus berlari, mengingat jika para mhonyedt mengejar mereka dengan menggila. Itu sangat menyeramkan, dan Clara tidak ingin berakhir menjadi makanan mereka.  “Tidak, jangan menyerah, Clara!” seru Vani saat merasakan lari Clara yang semakin berkurang kecepatannya. Ia semakin menarik tangan Clara dan mengeratkan genggaman tangannya. Berjuang untuk melarikan diri dan memastikan bahwa Clara tidak terpisah dengan dirinya. Clara mengetatkan rahangnya berusaha untuk mengabaikan batasnya, tetapi jantungnya sudah terasa sangat sakit karena dirinya yang berusaha untuk memaksakan diri. Rasanya Clara belum pernah memaksakan diri sejauh ini. Ia tahu kondisi jantungnya, dan tidak pernah berusaha untuk melewati batasannya sendiri. Sebab ia sadar, saat dirinya melakukan hal itu, bisa saja membuat orang lain semakin kerepotan. Namun, kali ini dirinya berusaha untuk menerobos batasannya sendiri. Sayangnya, keinginan keras Clara tersebut sama sekali tidak didukung dengan kemampuan fisiknya yang sangat lemah. Clara pada akhirnya menggeleng dan berusaha untuk melepaskan genggaman tangannya. “Aku tidak akan menyerah, Kak. Tapi aku rasa Kakak harus berlari lebih dulu. Tinggalkan aku saja,” ucap Clara. Vani menggeleng dengan tegas dan berkata, “Itu adalah hal gila yang tidak mungkin kulakukan.” Setelah mengatakan hal itu, Vani melihat sebuah celah yang rasanya hanya bisa dimasuki olehnya dan Clara. Itu akan menjadi tempat pertsembunyian yang cocok untuk mereka. Namun, sebelum sampai ke titik tersebut, mereka sudah lebih dulu melihat puluhan pesawat canggih milih prajurit Draconian terbang mendekat ke arah mereka. Para mhonyedt yang sudah menyadari itu pun terlihat panik, merasakan bahaya atas insting hewan yang mereka miliki. Tak membutuhkan waktu lama, mereka pun memilih untuk melarikan diri alih-alih mengejar Vani dan Clara. Sementara Vani dan Clara juga segera berbalik untuk ikut melarikan diri dan mencari tempat bersembunyi. Sayangnya mereka semua tidak memiliki peluang untuk melarikan diri dari sergapan bangsa Draconian yang memiliki kemampuan fisik dan teknologi yang jauh lebih maju daripada mereka. Vani yang sudah merasakan tidak ada lagi harapan bagi mereka untuk lolos, kini hanya memikirkan untuk menyelamatkan Clara dari bangsa Draconian yang terlihat mengerikan dengan tubuh tinggi besar yang terlihat diliputi oleh sisik hitam yang kuat. “Larilah dan bersembunyi untuk menghindari pandangan mereka, Clara!” seru Vani. Prioritas Vani saat ini adalah membuat Clara aman. Ia tidak peduli dengan keselamatan dirinya sendiri. Namun, hal itu berbeda dengan keselamatan Clara. Meskipun Vani mati di sini, Clara tidak boleh tertangkap apalagi mati. Setidaknya Clara harus kembali bertemu dengan Clavin. Sayangnya, usaha Vani tidak membuahkan hasil, karena keduanya sudah lebih dulu ditembak oleh pistol bius yang seketika membuat keduanya terjatuh. Meskipun di tengah situasi yang sangat buruk, dan hampir kehilangan kesadaran, Vani terus memastikan bahwa ia menggenggam tangan Clara. Ia tidak ingin terpisah dengan Clara yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Meskipun hal itu akan menjadi sia-sia ketika mereka tidak sadarkan diri nantinya, tetapi Vani tetap ingin memastikan jika mereka tidak terpisah hingga detik terakhir pun. “Clara aku akan … melindungimu,” gumam Vani lalu jatuh tak sadarkan diri bersamaan dengan Clara.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD