Restu

1883 Words
Ostra tentu saja merasa sangat marah dengan apa yang sudah dikatakan padanya. Sebagai seorang pria, ia adalah sosok yang sangat menjaga harga dirinya. Terlebih, ini adalah masalah yang memang sangat penting bagi dirinya. Yaitu sosok keturunan yang sangat sensitif baginya serta bangsanya yang memang hampir terancam punah. Selain itu, Ostra merasa jika Clara sangat gila dengan menggunakan janin yang tengah ia kandung sebagai bahan dan alat untuk mengancamnya. Bukankah Clara sebagai seorang ibu harusnya memiliki sedikit saja rasa kasih sayang untuk anak itu? Ostra pikir, hubungannya dengan Clara sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Setidaknya, mereka bisa terus menjalin hubungan sebagai sepasang suami istri. Lalu hidup sebagai sebuah keluarga yang harmonis dengan usaha mereka merawat keturunan mereka nantinya. Namun, perkataan Clara sudah sungguh membuat dirinya marah. Clara sendiri terlihat tidak mau kalah. Ia tidak akan mundur, walaupun akan dicap sebagai seseorang yang tidak berperasaan. “Sebelum anak ini, aku dan kakakku adalah sebuah keluarga. Aku sama sekali tidak keberatan untuk menggunakan anak yang belum lahir ini sebagai alat untuk mengancam dirimu, Ostra. Aku tau seberapa penting anak ini bagi bangsamu,” ucap Clara dengan jantung yang hampir meledak. Bohong rasanya jika Clara tidak merasa gugup dan tegang di situasi yang sangat mencekam ini. Sungguh, Clara bahkan kesulitan untuk bernapas dengan benar. Namun, lagi-lagi Clara tengah berusaha untuk tidak mundur dari situasi yang berbahaya tersebut. “Kau benar-benar tidak tahu diri. Aku sudah memperlakukanmu dengan sangat baik, dan menjadikanmu sebagai istriku. Itu artinya, seluruh bangsaku juga memperlakukanmu dengan sangat baik. Namun, ternyata aku malah mendapatkan perlakuan yang sungguh tidak terduga. Apa kau pikir, dengan tindakanmu ini, aku akan menurut dan tidak menyentuh kakakmu?” tanya Ostra dengan kegeraman yang benar-benar mencapai puncaknya. “Jika kau memang ingin anak ini terlahir, maka kau jelas harus memenuhi permintaanku tersebut,” jawab Clara dengan suara yang hampir bergetar. Namun, sepertinya karena terlalu marah, Ostra bahkan melewatkan hal tersebut dan membuat Clara semakin merasa gugup saja. Saking gugupnya, saat ini Clara merasa sangat mual. Semua makanan yang baru saja ia telan, tampak teraduk-aduk dalam perutnya dan berusaha untuk kembali ke luar dari sana. Jelas, itu adalah situasi yang sangat tidak nyaman bagi Clara. Namun, ia tetap harus berkonsentrasi dengan pembicaraan yang serupa dengan pertengkaran tersebut. Ostra mendengkus dan berkata, “Asal kau tau, aku sama sekali tidak takut dengan apa yang kau ancamkan itu, Clara. Aku malah semakin semangat untuk mewujudkan apa yang kau takutkan. Akan kutangkap, dan kubunuh kakakmu dengan tanganku sendiri.” “A, Apa yang kau katakan?!” teriak Clara. Clara terlihat gemetar ketakutan dan membuat Ostra mengulurkan tangannya dan mencengkram rahang Clara dengan emosi. “Benar, seperti itu. Kau seharusnya bergetar ketakutan seperti itu, Clara. Ingat posisimu yang sebenarnya, dan jangan melewati batas,” ucap Ostra. Clara tentu saja marah, saat tahu jika Ostra sama sekali tidak berniat untuk mendengarkan permintaannya. Atau dengan kata lain, Ostra memang sudah memiliki keinginan untuk membasmi semua manusia yang ia temui. Ostra bahkan tidak menutupi keinginannya untuk membunuh Calvin jika pada akhirnya memang mereka bertemu nantinya. Clara ingin memaki Ostra, tetapi semuanya tertahan di pangkal tenggorokannya. Seakan-akan tubuhnya saat ini memang sepenuhnya takluk pada Ostra. “Aku sepertinya sudah terlalu memanjakan dirimu, hingga kau lupa jika kau seharusnya patuh dan mendengarkan apa yang aku katakan. Sebab di sini, akulah yang memegang kuasa, Clara,” ucap Ostra dengan suara rendah yang semakin membuat tubuh Clara bergetar hebat dibuatnya. Clara merasakan tekanan luar biasanya yang membuat dirinya tidak bisa menahan diri untuk memuntahkan isi perutnya begitu saja di tengah kamar tidur tersebut. Ostra tampaknya tidak terkejut dengan Clara yang muntah tersebut. Ia malah dengan lembut membantu Clara untuk mengeluarkan seluruh isi perutnya dan menuntaskan keinginannya untuk muntah. Lalu beberapa pelayan datang untuk bertugas merapikan sisa makanan, muntahan, dan membakan handuk serta air hangat. Dengan lembut Ostra menyeka dagu dan mulut Clara dengan handuk yang sudah direndam dengan air hangat. Clara sendiri tampak begitu kelelahan karena dirinya tiba-tiba muntah parah. Ostra lalu menggendong Clara menuju ranjang dan membaringkannya di atas sana. Lalu ia pun berkata, “Mulai saat ini, izin untukmu ke luar dari kamar aku cabut. Selama aku belum memberikan izin atau perintah lebih lanjut, kau akan kembali dikurung dan menjalankan semua aktivitasmu di dalam kamar ini.” Tentu saja hal itu sama sekali tidak bisa diterima oleh Clara. Ia sudah akan mengatakan tidak terimanya pada Ostra. Namun, hal itu terlambat karena Ostra sudah lebih dulu pergi dan meninggalkan kamar tersebut tanpa mengatakan apa pun lagi. Tentu saja hal tersebut membuat Clara merasa sangat jengkel. Ia meremas selimut yang menutupi kakinya. Rasa jengkelnya berubah menjadi rasa cemas saat dirinya mengingat sosok saudara kembarnya yang kini entah di mana keberadaannya. Clara pun memejamkan matanya dan bergumam, “Kakak, kumohon jangan sampai kau tertangkap oleh mereka. Aku mohon. Aku tidak ingin kita bertemu dengan keadaan yang mengerikan. Kita akan kembali bertemu, tetapi dengan aku yang menemui Kakak di luar tempat mengerikan ini.” _________________________ Zayn menarik tangan Calvin dan menuju area yang cukup sepi. Atau bisa disebut dengan sangat sepi karena memang tidak ada orang yang mengunjungi area tersebut. Hanya di waktu-waktu tertentu saja area tersebut dipergunakan. Jadi, tempat tersebut memang sangat pas untuk digunakan untuk membicarakan hal yang rahasia, atau memang tidak boleh sembarangan didengar oleh orang lain. Calvin yang menyadari jika ada yang ingin dikatakan oleh Zayn pada dirinya. Karena itulah, Calvin menurut untuk ditarik oleh Zayn. Lalu sesampainya di tempat tersebut, Calvin pun bertanya, “Ada apa? Hal rahasia apa yang ingin kau bicarakan denganku?” Zayn terlihat waspada. Ia mengedarkan pandangannya terlebih dahulu. Setelah memastikan jika memang tidak ada orang di sekitar mereka, saat itulah Zayn bertanya, “Apa kau tidak merasa jika ada yang mencurigakan dari Mavro?” Zayn tidak merasa jika dirinya perlu untuk berbasa-basi dengan Calvin mengenai apa yang ia bicarakan. Hingga Zayn pun segera bertanya dan mengutarakan apa yang memang membuat dirinya merasa terganggu. Hal yang memang membuat dirinya terganggu adalah penilaian dirinya mengenai Mavro. Sungguh, Zayn merasa jika Mavro sangat mencurigakan selama dirinya terus mengawasi pergerakannya. Mungkin Zayn tidak bisa membicarakan ini pada Hial, karena bisa saja menyinggungnya karena Hial yang membawa mereka bertemu dengan Mavro dan tinggal dalam tempat persembunyian miliknya ini. Calvin yang mendengar hal itu pun menghela napas. Sejak awal, Calvin juga merasa bahwa Mavro agaknya cukup mencurigakan. Rasanya sangat aneh, karena selama ini Mavro yang keberadaannya sama sekali tidak diketahui, ternyata memiliki begitu banyak kemampuan termasuk teknologi yang mumpuni. Ia yang selama ini tidak mau turut campur dalam penderitaan orang lain, secara tiba-tiba muncul dan mengatakan jika dirinya saat ini akan membantu mereka semua. Terutama membantu Calvin untuk menyelamatkan Clara. Siapa pun sepertinya akan memiliki kecurigaan atas sikap Mavro tersebut. Namun, saat ini Calvin berada dalam posisinya yang didesak untuk mengabaikan rasa curiganya tersebut. Calvin sangat membutuhkan bantuan Mavro, karena itulah dirinya tidak memiliki pilihan lain, selain mempercayai dirinya dengan sepenuh hati. Kini hanya tersisa Mavro baginya untuk menggantungkan harapan untuk mendapatkan cara menyelamatkan adiknya yang masih berada di tangan para Draconian. “Ini situasi yang sangat mendesak bagiku, Zayn. Hal yang hanya terpikirkan olehku adalah bagaimana caranya bagiku untuk menyelamatkan Clara. Hingga tidak ada ruang dalam kepalaku untuk memikirkan apakah ada yang mencurgiakan atau tidak dalam hal ini,” ucap Calvin terlihat sangat tidak berdaya. Zayn yang melihat hal itu pun tidak bisa menahan diri untuk teringat dengan keadaan Clara yang memang sampai saat ini. Zayn sadar, jika Calvin bukannya tidak menyadari hal tersebut. Namun, Calvin terpaksa untuk tidak menyadari hal tersebut dan mengabaikannya. Calvin harus tidak menyadari fakta bahwa Mavro sebenarnya agak mencurigakan dan sepertinya tidak bisa sepenuhnya dipercaya. Hanya saja, saat ini situasi Calvin memang tidak memungkinkan dirinya untuk menyadari atau mencurigai Mavro. Sebab memang Mavro menawarkan sebuah bantuan dan memiliki kemampuan yang jelas tidak mereka miliki untuk menyelamatkan Clara. “Maafkan aku,” ucap Zayn pada akhirnya. Karena merasa jika dirinya malah tidak membantu Calvin sama sekali, dan hanya membuat situasi menjadi lebih rumit daripada sebelumnya. Clara yang mendengar hal itu pun menggeleng. Merasa jika Zayn tidak perlu meminta maaf padanya. “Tidak. Kau tidak perlu meminta maaf padaku, Zayn. Aku yang harus meminta maaf padamu, karena aku sekarang tengah bersikap sangat egois dan mungkin saja akan semakin egois ke depannya,” ucap Calvin memohon maaf dengan tulus. Sungguh, Calvin tidak ingin bertindak egois dan gegabah yang mungkin saja akan membuat situasi menjadi sangat berbahaya bagi rombongan mereka. Namun, bagi Calvin, Clara lebih dari segalanya. Clara adalah satu-satunya hal berharga yang dimiliki olehnya. Karena itulah, Calvin berusaha untuk melakukan apa yang ia bisa untuk memastikan Clara kembali ke dalam pelukannya. Calvin mungkin saja akan membahayakan nyawanya sendiri demi memastikan keamanan Clara. Namun, ia sama sekali tidak peduli. Calvin hanya peduli untuk membawa Clara kembali dan bisa memeluk adik kembarnya itu. “Tidak, Calvin. Aku mengerti dengan apa yang saat ini kau rasakan. Meskipun aku tidak memiliki seorang adik, tetapi aku memahami perasaan saat orang yang berharga untuk kita tengah berada dalam bahaya. Aku jelas tidak ingin sampai orang yang berharga untukku itu terluka, dan pasti akan memastikan untuk segera menyelamatkannya,” ucap Zayn. Zayn pun menepuk bahu Calvin dan berkata, “Aku akan membantumu, Calvin. Aku akan membantumu untuk mendapatkan apa yang kau inginkan. Sebab aku juga tidak mungkin membiarkan Clara terus berada di tengah-tengah bahaya seperti itu. Aku juga ingin menyelamatkannya, Calvin. Aku ingin menyelamatkan Clara.” Calvin yang mendengar hal itu pun tersentuh dan berkata, “Terima kasih karena sudah mengerti dan mau membantuku, Zayn. Aku pasti akan mengingat hutangku ini.” Zayn yang mendengar hal itu pun mengernyitkan keningnya. “Apa yang kau bicarakan? Memangnya hutang semacam apa yang tengah kau bicarakan ini? Kita adalah sahabat, yang sudah seperti keluarga. Bagaimana mungkin ada hutang budi di antara kita. Aku melakukan semua ini demi dirimu, dan Clara,” ucap Zayn membuat Calvin pun tersenyum. “Sepertinya, aku bisa merestui jika kau menikah dengan adikku. Aku yakin, kau bisa menjaga dan membuat Clara bahagia,” ucap Calvin membuat Zayn terkejut dan salah tingkah. Tentu saja Zayn tidak menyangka bahwa Calvin akan secara tiba-tiba membicarakan restu semacam itu padanya. Padahal, selama ini Calvin sama sekali tidak pernah membicarakan masalah terkait hal ini. Seakan-akan memang Calvin tidak menyadari jika semua perlakuan spesial yang diberikan oleh Zayn pada Clara adalah sebuah hal yang lumrah. Walaupun pada kenyataannya memang itu adalah perlakuan spesial yang hanya Zayn berikan pada Clara. Zayn pikir, Calvin hingga akhir tidak akan menyadari perasaannya terhadap Clara. Namun, secara tiba-tiba Calvin malah mengatakan hal ini. Tentu saja hal tersebut sukses membuat Zayn salah tingkah. Zayn merasa agak malu sekaligus senang. Ia malu karena dirinya belum pernah berada dalam situasi seperti ini. Di sisi lain, ia merasa senang karena ini artinya Calvin memang sudah memberikan restu sekaligus lampu hijau baginya untuk menjalin hubungan dengan Clara. Calvin yang overprotektif sudah memberikan respons positif, tentu saja ini adalah kabar baik yang patut disambut dengan bahagia oleh Zayn. Ia seakan-akan percaya bahwa hubungannya dengan Clara bisa berkembang nantinya. “A, Apa yang kau katakan?! Jangan mengejekku seperti itu,” keluh Zayn lalu beranjak pergi dengan menggerutu karena Calvin yang mengikutinya terus saja mengejek dirinya perihal rasa sukanya pada Clara. Calvin tidak bodoh, ia sadar bahwa Zayn menyukai adiknya. Jika nanti Clara kembali, Calvin akan mendorong Zayn untuk mengungkapkan perasaannya terhadap Clara. Sebab Calvin yakin, bahwa Zayn bisa dipercaya untuk menjadi pasangan yag bertugas untuk menjaga sekaligus mencintai adiknya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD