Permintaan Clara 2

1823 Words
Di saat Clara masih tertidur dengan lelapnya, Ostra tampak memeriksa ulang hasil strategi yang sudah ia susun sebelumnya. Ia juga memeriksa laporan yang sudah dikirimkan oleh Gaal padanya melalui komputer tablet yang memang menyimpan beberapa data penting yang berkaitan dengan pekerjaan yang harus ia selesaikan dalam waktu dekat. Setelah menghabiskan beberapa waktu dengan pekerjaannya, Ostra yang sudah merasa lelah pun berbaring di sisi ranjang yang memang ia tempati. Sebelum terlelap, ia memastikan Clara yang memang terlelap di sisi ranjang lain. Karena Clara sangat lelap, Ostra pun berpikir jika sepertinya Clara tidak akan bangun atau meminta hal aneh lagi. Jadi, ini adalah kesempatan baginya untuk beristirahat sejenak. Ostra sendiri tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk masuk ke dalam dunia mimpinya. Ostra jelas harus memulihkan energinya, sebab ada banyak hal yang tertunda dan harus ia selesaikan esok hari. Jika dirinya berada dalam kondisi yang prima, tentu saja bukan hal yang sulit bagi Ostra untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat. Namun, di saat Ostra yang sudah terlelap dengan nyenyak, Clara mulai terlihat tidak nyaman. Ia berulang kali berganti posisi berbaring, seakan-akan mencari kenyamanan agar dirinya bisa melanjutkan tidurnya. Sayangnya, setelah beberapa saat berusaha untuk kembali tidur, Clara tidak lagi bisa menahan diri. Pada akhirnya, ia pun membuka matanya lebar-lebar dan menatap langit-langit kamar yang ia tempati. Saat ini ruangan tersebut terlihat sudah remang-remang, karena hanya ada cahaya dari lampu tidur yang hidup di sisi ranjang di mana dirinya berbaring. Clara pun menoleh dan dirinya pun melihat Ostra yang berbaring di sisinya. Terlihat dengan jelas bahwa Ostra saat ini terlelap dengan sangat nyenyak. Sepertinya Ostra sudah melewati hari yang sangat melelahkan, hingga Ostra bia terlelap dengan senyenyak ini. Clara pun mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk dan berkata, “Ostra, bangunlah.” Ostra sebenarnya terbangun ketika Clara tidak bisa diam dan terus mencari posisi berbaring yang nyaman. Hanya saja, saat ini Ostra berusaha untuk tidak mengatakan apa pun. Sebab Ostra pikir, Clara hanya terbangun sejenak dan nantinya akan kembali tidur. Ostra sebenarnya memiliki ketertarikan untuk membuat Clara terjaga semalaman dan berkeringat dengan kegiatan panas mereka. Hanya saja, Ostra tengah menahan diri, karena ia pikir terlalu berbahaya jika terlalu sering mereka melakukan hal itu. Karena itulah, dirinya saat ini berusaha untuk menghindari Clara di situasi yang berbahaya seperti saat ini. “Ostra, bangunlah,” ucap Clara lagi sembari menatap Ostra yang benar-benar terlihat tenang. Seakan-akan dirinya tengah terlelap dengan sangat nyenyak dan tidak akan terganggu walaupun ada keributan yang terjadi di dekatnya. Tentu saja hal tersebut membuat Clara merasa sangat tidak sabar. Ia pun mengulurkan tangannya dan berusaha untuk menggoyangkan tubuh Ostra yang kekar. Tentu saja tubuh Ostra bergeming karena kekuatan Clara tidak sanggup untuk membuat tubuh Ostra yang kekar dan besar bergeser dari tubuhnya. Clara sebenarnya tahu jika Ostra sudah bangun, tetapi ia mengabaikannya. Tentu saja hal tersebut membuatnya merasa sangat jengkel. Siapa pun pasti akan merasa kesal ketika diabaikan seperti ini. Jadi, Clara pun dengan penuh kekesalan memukul d**a Ostra dengan sekuat tenaga. Secara mengejutkan, pukulan tersebut ternyata menimbulkan suara yang cukup terdengar mengerikan. Membuat Ostra yang mendapatkan pukulan tersebut pun pada akhirnya membuka matanya dan mengernyitkan keningnya, saat menyadari jika pukulan Clara tersebut terlalu berlebihan. Rasanya itu terlalu kuat untuk dimiliki oleh Clara. “Apa yang kau lakukan?” tanya Ostra sembari menatap tajam pada Clara. Clara sendiri saat ini terlihat terkejut dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Ia menatap tangannya yang sudah ia gunakan untuk memukul d**a Ostra. Sementara Ostra pun mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap Clara dengan kening mengernyit. Lalu tanpa diduga, Clara pun kembali memukul d**a Ostra dengan sekuat tenaga seperti apa yang ia lakukan sebelumnya. Namun, Clara kecewa karena kali ini tidak terdengar suara seperti tadi. “Kali ini pasti tidak terasa sakit,” gumam Clara membuat Ostra yang mendengarnya dibuat tidak percaya. “Sebenarnya apa yang kau lakukan? Apa kau tengah bermain-main dengan mengganggu tidurku, hanya untuk mengukur tenaga tanganmu itu?” tanya Ostra lagi dengan tajam karena jengkel bukan main dengan tingkah Clara satu ini. Clara sendiri menjawab, “Aku tidak hanya ingin mengukur kekuatanku, aku memukulmu pertama kali karena ingin membangunkanmu. Tapi ternyata suara pukulan itu cukup mengejutkan, hingga aku ingin memukulmu lagi untuk memastikannya. Namun, ternyata pukulanku tidak sekuat yang kupikirkan.” Jawaban Clara sungguh membuat Ostra merasakan pening bukan main dengan tingkah istrinya ini. Ostra benar-benar tidak bisa membaca isi pikiran Clara yang rasanya memang selalu ajaib hingga tidak bisa ia tebak. Padahal, sebelumnya Ostra yakin jika Clara hanyalah gadis polos yang sangat sederhana yang bisa dengan mudah ia kendalikan. Namun, ternyata Clara sangat berbeda dari apa yang ia pikirkan sebelumnya. Istrinya ini benar-benar tidak bisa ditebak, dan terkadang dengan mudah membuatnya sakit kepala dengan tingkahnya. “Tutup mulutmu, hentikan omong kosong yang membuatku sakit kepala. Sekarang berbaringlah kembali, lalu tidur,” ucap Ostra memberikan perintah tegas pada Clara. Meminta istrinya itu kembali tidur, sebab saat ini waktu baru saja lewat tengah malam. Ini masih dini hari. Sudah sepantasnya Clara masih tidur dengan nyenyak. Ia harus beristirahat dengan baik untuk menjaga kondisi tubuhnya itu. Namun, Clara menjawab perintah tersebut dengan sebuah gelengan kepala yang tentu saja memancing Ostra untuk memicingkan matanya. Merasa sangat jengkel karena Clara ternyata masih memiliki tenaga untuk melawan perkataannya saat dini hari seperti ini. Ostra meletakkan jari telunjuknya di kening Clara dan mendorongnya untuk kembali berbaring di atas ranjang. Meskipun dirinya sudah berbaring, mata Clara masih terbuka lebar, seakan-akan ingin menyatakan bahwa dirinya tidak akan tidur, dan tidak memiliki keinginan untuk memejamkan matanya sedikit pun. Tentu saja hal itu membuat Ostra semakin jengkel dan bertanya, “Sebenarnya apa yang kau inginkan di dini hari seperti ini?” Lalu Clara pun menjawab, “Aku lapar.” Ostra pun bisa membaca dengan mudah bahwa saat ini Clara ingin makan makanan yang sudah ia masak sebelumnya. Sayangnya, Ostra sebelumnya sudah membuang makanan itu, karena berpikir Clara tidak akan mau memakan makanan yang sudah dingin atau pun terbangun di tengah tidurnya untuk meminta makanan tersebut. Namun, ternyata apa yang dipikirkan oleh Clara sangat salah. Ia pun menghela napas dan berkata, “Aku akan memanggil pelayan untuk menyiapkan makanan untukmu.” Namun, Clara menggeleng dengan tegas. Ia pun mengubah posisinya menjadi kembali duduk berhadapan dengan Ostra dan berkata, “Aku ingin makan makanan yang sudah kau buat sebelumnya. Bukankah semuanya sudah selesai kau masak? Kau hanya perlu membawa itu.” “Makanannya sudah tidak ada, aku sudah membuangnya. Karena itulah, makan saja makanan yang akan dibawakan oleh para pelayan jika kau memang lapar,” ucap Ostra akan menghidupkan komputer tabletnya untuk menghidupkan cip dan membuat para pelayan bekerja. Namun Clara yang tidak senang dengan apa yang dikatakan oleh Ostra itu pun terlihat mengernyitkan keningnya. “Jika sejak awal memang tidak bisa memenuhi apa yang kuinginkan, seharusnya kau berhati-hati dengan apa yang kau katakan. Setidaknya jangan mengatakan sesuatu yang tidak bisa kau penuhi,” ucap Clara lalu kembali berbaring dengan posisi memunggungi Ostra yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Ostra pun berdecak, karena dirinya merasa sangat terganggu dengan kondisi ini. Ia sebenarnya ingin tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Clara, tetapi pada akhirnya ia yang mengalah sebab dirinya mengingat janin yang berada dalam kandungan Clara. Jika sampai ia terus mengabaikannya, bisa saja aka nada masalah mengingat jika Clara memang belum makan. Padahal sebelumnya Gaal selalu menekankan padanya untuk memastikan bahwa Clara makan dan beristirahat dengan baik, sebab hal itu akan berefek besar terhadap kondisi kandungan Clara. Pada akhirnya, Ostra pun berkata, “Baik, aku akan memasak lagi. Tapi, ingat satu hal. Aku sama sekali tidak akan memasak seperti apa yang kau minta, jika kau kembali tidur dan membuat usahaku sia-sia.” Mendengar apa yang dikatakan oleh Ostra tersebut, tentu saja Clara merasa sangat bersemangat. Sungguh, Clara tidak menyangka jika Ostra akan mau mengalah dan memenuhi keinginannya seperti ini. Tentu saja, Ostra yang melihat Clara yang berubah semangat dan mengubah ekspresinya menjadi lebih ceria, terlihat terdiam. Merasa ragu dengan keputusan yang suah ia ambil sebelumnya. Apakah keputusannya ini memang benar, atau tidak. Sementara Clara pun kembali mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk dan berseru, “Kalau begitu, ayo! Cepat masak, karena aku benar-benar merasa sangat lapar!” ____________________________ “Apa aku harus menambahkan saus tomat di atasnya?” tanya Clara saat Ostra menyajikan makanan yang sudah selesai ia masak di hadapan Clara. Ostra mengangkat bahunya. Di antara tidak peduli dan menyerahkan keputusannya pada Clara. Lalu Ostra berkata, “Terserah padamu saja.” Tentu saja Clara tidak senang dengan jawaban yang diberikan oleh Ostra tersebut. Ia pun menatap makanan yang sudah dibuat oleh Ostra, yang berupa roti telur panggang, sayur mentega panggang, jus sayur buah dan potongan buah segar yang terlihat sangat segar. Karena ini adalah kali kedua bagi Ostra menyiapkan makanan seperti ini, maka Ostra tidak terlalu kesulitan. Ia juga sudah memastikannya tidak terlalu buruk untuk digunakan sebagai makanan mengganjal perut. Ostra pun menatap Clara yang tampak fokus memikirkan cara bagaimana dirinya menghabiskan makanannya. “Aku tidak mau menambahkan apa pun. Aku ingin makan seperti ini saja,” ucap Clara mengambil keputusan setelah berpikir dalam waktu yang tidak lama tersebut. Lalu dirinya pun melanjutkan makan malamnya tersebut dan memakannya dengan lahap. Tentu saja Ostra yang melihat hal tersebut merasa lega, sebab setidaknya hasil kerja kerasnya tersebut tidak menjadi sia-sia karena Clara terlihat menikmati hasil masakannya dengan baik. Ostra pun tidak bisa menahan diri untuk bertanya. Ia ingin tahu, penilaian Clara mengenai makanannya tersebut. Atau lebih tepatnya, Ostra ingin mendengarkan pujian dari Clara. Sebab Ostra sejak kecil memang selalu handal dalam hal apa pun. Jadi, ia lebih dari yakin jika kali ini pun dirinya akan mendapatkan pujian dari Clara. Ostra pun berdeham lalu bertanya, “Apa masakanku lezat?” Clara tidak segera menjawab pertanyaan tersebut. Sebab ia masih sibuk untuk mengunyah makanan yang mengisi rongga mulutnya. Clara memastikan jika makanan tersebut dikunyah dengan sempurna agar dirinya bisa ditelan dengan mudah olehnya. Setelah itu, barulah Clara menjawab, “Tidak. Ini tidak enak. Akuk memakannya karena lapar.” Mendengar apa yang dikatakan oleh Clara tersebut, tentu saja Clara yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. Terlihat sangat jengkel dibuatnya. “Jika memang tidak enak, maka kau hanya perlu berhenti memakannya. Toh aku sama sekali tidak memaksamu untuk menghabiskannya, lalu jangan pernah memintaku untuk memasak lagi,” ucap Ostra tanpa sadar bahwa dirinya saat ini tengah merajuk karena Clara tidak memuji masakannya. Clara terlihat segera melindungi piringnya saat Ostra akan merebutnya. Ia pun menggeleng dengan tegas lalu berkata dengan tajam, “Aku makan karena aku sedang lapar. Jika kau mengganggu seseorang yang tengah makan, maka kau adalah orang yang sangat kejam.” Clara pun melanjutkan acara makannya dengan suasana hati yang sangat baik. Membuat Ostra yang melihat hal itu pada akhirnya merasakan suasana hatinya kembali membaik. Pada akhirnya keduanya pun menghabiskan waktu dini hari mereka di dapur. Dengan Clara yang terlihat sibuk dengan makan malamnya yang jelas sangat terlambat, dan Ostra yang terlihat mengamati acara makan Clara yang penuh dengan semangat. Tak lama, Ostra pun mengernyitkan keningnya dan bergumam, “Wah, sepertinya, makin lama aku menghabiskan waktu denganmu, aku menjadi semakin konyol saja.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD