Pasangan

1917 Words
Ostra bangun lebih awal, dan dirinya pun melihat Clara yang bergelung di dekat tubuhnya. Mengingat saat ini baik dirinya maupun Clara sama-sama, tidak mengenakan pakaian sehelai pun. Saat ini Clara sudah pasti merasakan kedinginan, dank arena itulah dirinya meringkuk dan bergelung untuk mendapatkan kehangatan dari tubuhnya. Ostra pun melirik selimut yang sudah tergeletak di dekat kaki ranjang, Ostra pun dengan hati-hati beranjak dari ranjang dan mengambil selimut tersebut dan melemparkan selimut tersebut untuk menutupi tubuh Clara. Setelah itu, Ostra pun beranjak menuju kamar mandinya. Tentu saja Ostra beranjak untuk membersihkan tubuhnya. Karena dirinya sejak kecil sudah dididik untuk disiplin dalam berbagai hal, Ostra selalu tepat waktu saat bangun tidur. Sebab dirinya seakan-akan memiliki sebuah alarm dalam tubuhnya yang memastikan dirinya selalu bangun tepat waktu. Jadi, meskipun Ostra baru tidur setengah jam sekali pun, Ostra akan bangun tepat waktu di pagi hari. Sebab hal itu memang sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging baginya. Walaupun sebelumnya ia menghabiskan malam yang panuh dengan gairah dan melelahkan, tetapi Ostra tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk tidur. Ia hanya tidur sekitar satu jam, sebelum waktu bangunnya tiba. Lalu kini, Ostra pun bergegas untuk mandi sebelum fajar menyingsing. Sebab dirinya memiliki jadwal lain yang harus ia lakukan di pagi hari. Jadwal rutinnya tersebut adalah berlatih. Fisiknya memang sudah terbentuk dengan sangat sempurna, tetapi dirinya tidak bisa berpuas diri. Sebab dirinya harus menjaga bentuk dan kekuatan fisiknya. “Hah, padahal aku ingin beristirahat dengan tenang setidaknya sehari setelah aku menikah. Tapi, aku tidak bisa melakukan hal itu, karena aku malah akan berada dalam masalah jika tidak melatih tubuhku,” ucap Ostra dan mulai membersihkan dirinya. Tak membutuhkan waktu terlalu lama, Ostra pun selesai mandi tepat waktu. Sebab hal itu juga sudah memiliki jadwal tertentu untuk mandi, dan berlatih. Karena itulah, ia sudah terlatih untuk melakukan semua kegiatannya dalam waktu yang sudah ditentukan tersebut. Setelah itu Ostra pun ke luar dari kamar mandi dan bergegas untuk memakai pakaian latihannya yang nyaman. Sebelum pergi dari kamarnya, Ostra memeriksa keadaan Clara untuk sekali lagi. Lalu ia pun sadar jika ternyata Clara masih tidur dengan lelap. Ostra mengulurkan tangannya dan menyentuh kening Clara dan tidak merasakan bahwa Clara demam. Ia hanya cemas, bahwa Clara jatuh sakit atau demam karena terlalu lelah dengan kegiatan yang sudah mereka lakukan sebelumnya. Namun, syukurlah ternyata tidak ada yang terjadi dengan Clara. Saat ini Ostra yakin jika Clara hanya terlalu lelah dan kini tengah tidur dengan sangat lelapnya. “Yah, lebih baik kau tidur seperti ini daripada membuat ulah dan kekacauan karena tingkah keras kepalanya,” ucap Ostra lalu dirinya pun bangkit dan bergegas meninggalkan kamar tidurnya, menuju area berlatih khusus yang memang sudah disediakan untuk bisa digunakan kapan pun oleh para prajurit yang ingin berlatih. Ternyata Ostra datang bersamaan dengan Riolo yang terlihat terkejut dengan Ostra yang hadir di sana. Tentu saja ekspresi terkejut tersebut membuat Ostra mengernyitkan keningnya. Ia benar-benar terganggu dengan ekspresi tersebut dan dirinya pun bertanya, “Kenapa dengan ekspresimu itu?” Pertanyaan tersebut tentu saja membuat Riolo semakin terkejut, tetapi beberapa saat kemudian dirinya pun menjawab, “Aku hanya terkejut karena melihatmu yang seorang pengantin baru, pagi-pagi begini sudah datang ke tempat pelatihan seperti ini. Bukankah lebih baik kau menghabiskan waktu dan bergelung dengan istrimu di atas ranjang? Jika itu aku, aku akan senang jika menghabiskan waktu terlalu lama di dalam kamar bersama dengan kekasihku.” Ostra yang mendengar hal itu pun tidak mempedulikan perkataannya dan memilih untuk terus melanjutkan langkahnya untuk memasuki ruang latihan yang ternyata sudah dipenuhi oleh para prajurit yang memang telah memulai hari mereka dengan latihan. Tidak mau kalah, Ostra pun segera menuju ring latihan yang biasanya ia gunakan dan berseru, “Daripada mengatakan banyak hal omong kosong, lebih baik sekarang naik ke atas ring dan berlatih denganku.” Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Ostra, Riolo pun tidak memiliki pilihan lain selain memenuhi apa yang diminta oleh sang jenderal. Pada akhirnya keduanya pun terlibat dalam latihan tarung jarak dekat tanpa menggunakan senjata apa pun. Keduanya benar-benar hanya menggunakan kekuatan dan kemampuan fisik mereka saja. Meskipun begitu, latihan tarung tersebut benar-benar sangat memanjakan mata dan tidak bisa diabaikan begitu saja. Para prajurit yang kini tidak mengenakan pakaian tempur, dan hanya mengenakan pakaian berlatih yang cukup santai, segera berkumpul ketika mereka selesai melakukan latihan rutin pagi mereka. Para prajurit terlihat bersorak sorai saat mereka melihat sang Jenderal Besar dan Letnan mereka yang tengah bertarung dengan sangat penuh semangat. Tentu saja mereka terbagi menjadi dua tim. Ada yang mendukung Ostra, dan ada pula yang mendukung Riolo. Karena itulah, Riolo pun semakin bersemangat dalam bertarung. Hanya saja, sifatnya yang terlalu antusias tersebut membuat dirinya melakukan kesalahan yang tidak disengaja dan membuatnya dengan mudah dilumpuhkan oleh Ostra yang pada dasarnya memang memiliki kekuatan yang lebih besar daripada Riolo. Tentu saja hal tersebut membuat Riolo mengerang kesal, saat dirinya dengan mudah dijatuhkan oleh Ostra. “Sial, kenapa aku harus kalah lagi?!” tangan Riolo saat dirinya memilih terkapar di tengah ring berlatih. Sementara Ostra yang tampak berkeringat mulai melepaskan pelindung tangannya. Ia terlihat semakin panas dan menggoda karena penampilannya yang sungguh memukau tersebut. Ostra pun menanggapi perkataan Riolo dengan berkata, “Apa kau bertanya karena tidak mengetahui jawabannya? Bukankah sudah jelas, kau kalah karena tidak fokus dan hanya bersemangat karena mendengar seruan para pendukung. Terlalu antusias dalam pertarungan jarak dekat sama sekali tidak menguntungkan, Riolo. Kau harus mengingat hal ini baik-baik. Jangan sampai kau melakukan kesalahan yang sama saat kau melakukan pertarungan yang sesungguhnya. Karena jika sampai hal itu terjadi, bisa dipastikan kau mati dalam pertarungan itu.” Riolo yang mendengar peringatan tersebut pun mengubah posisinya menjadi duduk dan menghadap pada Ostra. “Rasanya, selain dirimu, tidak akan ada orang yang bisa mengalahkanku dalam pertarungan jarak dekat. Jadi, kau tidak perlu terlalu cemas dan bertingkah cerewet seperti itu,” ucap Riolo terlihat sangat keras kepala. Bahkan Ostra yang menghadapinya mulai mengernyitkan keningnya karena merasa jengkel dengan perlakuan Riolo tersebut. Namun, Ostra hanya berkata, “Terserah dirimu.” Setelah mengatakan hal tersebut Ostra pun beranjak meninggalkan ring petarungan tersebut membuat Riolo yang melihat hal tersebut pun bertanya, “Ke mana kau pergi? Apa kau akan menghentikan latihan pagimu secepat ini?” Ostra tidak menghentikan langkahnya tetapi dirinya menjawab, “Aku ini pengantin baru. Aku hanya melakukan latihan seperlunya, karena aku harus kembali dan memeriksa kondisi istriku.” Tentu saja apa yang dikatakan oleh Ostra tersebut membuat semua orang yang mendengarnya mematung. Sebab sama sekali tidak menyangka jika perkataan semacam itu bisa mereka dengar dari sang jenderal yang terkenal sangat keras dan berhati dingin tersebut. Semua orang tentu saja memang sudah mengetahui jika Ostra telah menikah dengan manusia yang tengah mengandung benihnya. Namun, fakta bahwa ternyata idirinya memberikan perlakuan yang sedemikian spesial seperti ini. Riolo yang melihat para prajurit yang terkejut pun bersiul dan menarik perhatian semua orang yang sebelumnya masih mematung karena terlalu terkejut. Lalu dirinya pun berkata, “Lihat bukankah Jenderal kita bertingkah manis?” ** Ostra tiba di dalam kamarnya dan berdecak saat dirinya melihat jika Clara yang masih saja bergelung di atas ranjang. Atau malah terlihat seperti kepompong yang terlihat sangat konyol di hadapan matanya. Ostra pun duduk di tepi ranjang dan menatap Clara yang masih terlihat tidur, atau lebih tengah berpura-pura tidur. Ostra pun bertanya, “Kenapa kau berpura-pura tidur seperti ini?” Tentu saja pertanyaan tersebut membuat Clara sadar bahwa saat ini Ostra sudah jelas mengetahui bahwa dirinya terbangun. Namun, Clara malah semakin menyembunyikan dirinya dalam lilitan selimut. Sebab benar-benar merasa sangat bingung sekaligus malu dengan apa yang harus ia lakukan saat bertemu dengan Ostra setelah apa yang mereka lakukan setelah apa yang terjadi tadi malam. Tingkah Clara tersebut membuat Ostra, hanya bisa melihat kening Clara. Tentu saja Ostra yang melihat hal tersebut hanya menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya ttersebut. “Apa sekarang kau tengah merasa malu?” tanya Ostra mempertanyakan hal yang sudah jelas. Clara sendiri sudah tidak merasa nyaman dengan kondisi tubuhnya saat ini. Rasanya ia ingin membersihkan diri, tetapi ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena terasa sangat lelah dan menyakitkan. Namun, Clara juga tidak bisa meminta tolong terhadap siapa pun. Ia juga tidak bisa meminta tolong pada Ostra yang jelas ada di hadapannya saat ini. Harga dirinya yang tersisa menahan dirinya untuk melakukan hal tersebut. Karena itulah, Ostra pun bertanya, “Jika kau terus diam seperti ini, apa aku bisa mengartikan bahwa kau tengah mengajakku untuk bercinta seperti tadi malam?” Tentu saja Clara yang mendengar hal itu seketika memunculkan wajahnya dan berteriak, “Apa kau gila?!” “Lalu kau bertingkah seperti ini karena apa? Jika kau tidak mengatakannya, aku akan mengartikannya bahwa kau ingin kembali bercinta denganku,” ucap Ostra mendesak Clara untuk mengatakan apa yang ia rasakan sesungguhnya. Karena itulah, dirinya pun terdiam untuk memikirkan jawaban seperti apa yang harus ia berikan pada Ostra. Lalu pada akhirnya dengan malu-malu dia pun menjawab, “A, aku ingin mandi.” “Lalu kenapa kau hanya tinggal diam di sini? Kau hanya perlu turun dan pergi ke kamar mandi untuk mandi,” ucap Ostra dengan kening mengernyit. Tanda jika dirinya tidak mengerti dengan apa yang tengah dilakukan oleh istrinya ini. “Aku tidak bisa melakukannya! Jika aku bisa, aku pasti akan melakukannya sendiri,” ucap Clara terlihat sangat jengkel. Hal itu pun membuat Ostra pun menyadari jika sepertinya Clara kesulitan bergerak, disebabkan pengalaman pertamanya. Pada akhirnya, Ostra yang mendengar hal itu pun menggendong Clara menuju kamar mandi dan mendudukkan Clara di dalam bathup. “Tunggu di sini, akan ada orang yang datang untuk membantumu mandi nantinya,” ucap Ostra. Setelah mengatakan hal itu, Ostra pun ke luar dari ruangan tersebut dan kembali ke kamar tidur untuk memanggil beberapa pelayan. Tak lama, pelayan datang. Sebagian langsung melangkah ke kamar mandi untuk membantu Clara mandi. Sementara sebagian sisanya bergegas untuk membereskan ruangan tersebut. Ostra sendiri memilih untuk duduk di tempat yang nyaman menunggu semuanya selesai. Setelah sekitar sepuluh menit dan Ostra menyadari jika Clara selesai dengan acara mandinya, ia pun memanggil pelayan baru untuk membawakan makanan untuk Clara dan dirinya. Begitu makanan itu disajikan, Clara ke luar dari kamar mandi dengan dibantu oleh para manusia yang dikendalikan. Clara terlihat berjalan dengan aneh, seperti tengah menahan sakit. Clara pun duduk di meja yang sama dengan Ostra dan pria itu pun segera berkata, “Makanlah.” Tentu saja hingga Clara mau makan. Ia terlihat keras kepala, membuat Ostra kembali berdecak. “Bukankah sebelumnya aku sudah mengatakannya padamu? Jangan bertingkah keras kepala lagi di hadapanku. Terlebih jika itu masalah makan. Kau harus makan karena harus menambah berat badanmu,” ucap Ostra penuh penekanan. Namun, Clara masih terlihat keras kepala. Membuat Ostra yang melihatnya harus melancarkan sebuah senjata pamungkasnya. Ia pun berkata, “Jika kau terus seperti ini, aku akan menjinakkanmu dengan cara lain. Bagaimana jika kita kembali bercinta lagi.” Mendengar ancaman yang terdengar mengerikan tersebut, pada akhirnya Clara pun terpaksa untuk makan. Clara pun terkejut dengan rasa lezat yang mengisi rongga mulutnya. Ekspresi senang kini menghiasi wajah Clara yang terlihat sangat bersemangat untuk menghabiskan makanannya. Rasanya sudah sangat lama Clara tidak makan dengan layak seperti itu. Ostra pun berdecak saat melihat tingkah Clara tersebut. “Hei, makan pelan-pelan. Kau akan kesulitan mencerna jika makan terburu-buru seperti itu,” ucap Ostra lalu dirinya pun memberikan jatah makanannya untuk Clara. Tentu saja Clara yang melihat hal itu semakin bersemangat saja untuk menghabiskan makanannya. Ostra yang melihat hal itu pun menggeleng. Sungguh, Ostra tidak habis pikir, padahal Clara memiliki selera makan sebesar ini, tetapi ia bisa menahannya dengan baik selama ini. Lalu Ostra pun berkata, “Yah, seharusnya sejak dulu aku menyuapimu dengan makanan agar kau menurut padaku.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD