bc

Galina, Dia Istriku.

book_age18+
1.6K
FOLLOW
14.2K
READ
love after marriage
heir/heiress
sweet
lies
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

Terbangun setelah satu bulan lebih tidak sadarkan diri dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya, membuat Bastian kebingungan karena melupakan beberapa orang dan kejadian penting di dalam hidupnya. Termasuk Galina, istrinya sendiri.

Galina, gadis cantik penuh mimpi dan sedang sangat jatuh cinta pada seorang pria bernama Bastian yang langsung ingin menikahinya namun langsung pergi meninggalkannya di malam pernikahan mereka.

Hingga beberapa minggu kemudian, ia mengetahui jika sang suami mengalami kecelakaan dan ia harus menemuinya. Dan alangkah terkejutnya Galina ketika ia mengetahui jika pria yang telah menjadi suaminya bukanlah pria yang telah menikahinya.

Akankah Galina mengetahui apa yang sebenarnya terjadi? Akankah dia memilih pria yang menikahinya atau pria yang menjadi suaminya?

chap-preview
Free preview
Sadar
" Tian, kamu sudah sadar?" tanya Thalia dengan cemas. Bastian membuka kedua matanya perlahan dengan menahan denyutan nyeri yang masih ia rasakan di bagian kepalanya. Seminggu yang lalu, saat ia memaksakan untuk mengingat apa yang terjadi, otaknya seperti sangat kewalahan dan akhirnya ia kembali tidak sadarkan diri. " Mama..." panggil Bastian pada Thalia. Wanita yang merawatnya sejak kecil dengan penuh kasih sayang meski ia bukanlah ibu kandung yang telah melahirkannya. " Anak mama... Kamu sudah bangun, nak... Mama sangat khawatir." ucap Thalia penuh kasih. " Ada yang sakit? Bagian mana, nak?" " Kepala aku... Rasanya sakit sekali." jawab Bastian. " Biar aku panggil dokter dulu." ucap Galina dengan berjalan menekan tombol merah yang terdapat di samping tempat tidur Bastian. Bastian sedikit menoleh pada wanita cantik tersebut dan kembali memegangi kepalanya dengan menahan sakitnya. Tak lama kemudian seorang dokter jaga dan dua orang suster yang menemaninya telah memasuki ruangan dimana satu bulan lebih ini telah ditempati oleh Bastian pasca kecelakaan yang ia alami dan hampir merenggut nyawanya. " Maaf... Bisa tinggalkan kami sebentar ibu Thalia, ibu Galina..." ucap salah seorang suster tersebut. Thalia dan Galina tidak punya pilihan lain selain mengikuti permintaan suster tersebut demi kenyamanan Bastian saat ini. Thalia tak kunjung henti meneteskan air matanya dan membuat hati Galina merasa sangat terharu melihat kasih sayang tulus wanita tersebut. " Mama... Bastian akan baik- baik saja." ucap Galina dengan mengusap lengan sang ibu mertua. " Tapi kita belum tahu dengan kondisinya. Terakhir dia sadar, dia bahkan melihat kita semua dengan tatapan heran. Kepalanya terbentur dengan keras dan seperti kata dokter beberapa waktu lalu, kita masih harus menunggu dia sadar dengan baik untuk bisa mengetahui kondisinya." " Dia kuat, ma. Dia nggak akan apa- apa. Mama doakan saja." " Gina, mama harap mama bisa sekuat dan setegar kamu. Tapi, mama sangat nggak tega melihat kondisi dia. Dan untung saja kamu selalu ada menemani kami disini." ucap Thalia tulus. " Kalau bukan disini, lalu aku harus kemana lagi?" tanya Galina, yang biasa dipanggil Gina tersebut dengan tatapan gamang. *** " Ma, dia siapa?" tanya Bastian yang membuat Thalia dan Gina saling memandang. Begitu juga suster yang sedang melepaskan selang infus di tangannya. " Bastian... Maksud kamu apa?" ucap Thalia balik bertanya sedangkan jantung Gina sudah sangat berdebar cepat. " Aku nggak kenal dia, ma. Dia siapa? Dan mana yang lainnya?" tanya Bastian dengan heran. " Dia, Galina. Gina... " jawab Thalia dengan lembut dan Bastian hanya menggelengkan kepala masih belum bisa mengingat kejadian apapun. Termasuk wanita yang bernama Gina tersebut. " Dia istri kamu, Tian... Gina." ucap Thalia lagi dan membuat Bastian nampak sangat terkejut. " Suster, dokter Adrian belum datang?" tanya Thalia pada suster yang kini nampak telah menyelesaikan tugasnya tersebut. " Dokter Adrian sudah menuju kesini, bu." " Baik... Terima kasih, suster." " Ng... Mama, aku ke kantin sebentar. Mama mau nitip sesuatu?" tanya Gina dengan kikuk. Ia bahkan sama sekali tidak memandang Bastian yang kini menatapnya dengan sejuta tanya. " Nggak ada, sayang. Kamu hati- hati ya..." " Iya, ma. Permisi." ucap Gina lalu langsung mengambil tas miliknya dan keluar dari ruangan VIP tersebut. " Bastian... Apa- apaan itu tadi? Kalau kamu lagi bercanda, ini sama sekali tidak lucu, nak. Kasihan istri kamu. Dia pasti sedih saat ini." ujar Thalia ketika pintu ruangan tersebut telah tertutup dan hanya tersisa mereka berdua. " Aku nggak bercanda, ma. Aku memang nggak kenal sama dia." ucap Bastian. " Tian... Apa yang terjadi, nak... Bagaimana bisa kamu melupakan istri kamu sendiri. Mama akan susul dia. Mama harap dia nggak pergi. Dia nggak punya siapa- siapa disini." " Keluarganya?" " Tian, dia mama telepon karena surat yang kamu kirimkan ke rumah beserta buku nikah kalian. Kamu sedang perjalanan dinas ke keluar kota seminggu lebih dan sekalian bulan madu. Kamu mengirimkan buku nikah kamu ke rumah karena seperti biasa kamu suka bertualang dan akan mengajak istri kamu. Dan kabar terakhir yang mama terima adalah berita kecelakaan kamu. Karena itu mama langsung menghubungi Gina dan diapun sama kagetnya dengan mama." jelas Thalia yang tidak menjawab pertanyaan Tian tadi. " Ma... Aku... Aku nggak ingat apapun. Yang aku ingat, aku baru pulang dari rumah Leika saat dia mengajak aku makan malam. Dan itu karena perayaan ulang tahun dia yang ke... 27 tahun." ucap Tian berusaha mengingat. " Tian... Kamu dan Leika seumuran. Dan itu... Kamu sudah berumur 30 tahun, Tian..." ujar Thalia dengan menutup mulutnya dengan telapak tangan. " 30? Aku sudah tiga puluh tahun?" tanya Tian dengan serius. " Selamat siang semuanya... Tian... Tante Thalia..." sapa Dokter Adrian yang merupakan rekan sejawat Bastian sebelum ia memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha melanjutkan bisnis ayahnya. " Adrian... Tangani teman kamu dengan baik. Tante mohon... Ingatan terakhirnya hanyalah kejadian 3 tahun yang lalu. Bagaimana ini, Adrian?" ujar Thalia dengan sedih. " Saya periksa ya, tante..." " Kalau begitu, saya tinggal sebentar. Mama mau mencari istri kamu." Bastian hanya mengangguk sementara Adrian tersenyum dengan duduk di samping sahabatnya tersebut. " Istri, huh?!... Jahat banget nikah nggak bilang- bilang..." goda Adrian. " Gue aja nggak tahu! Cepat periksa gue dan cari tahu apa yang terjadi. Dan gue mau pulang secepatnya." " Siap,.dok..." goda Adrian lagi sebelum mulai memeriksa sahabatnya tersebut. *** " Aku harus gimana... Aku harus bilang apa?" ucap Gina dengan terus berjalan dengan gusar dan menunggu panggilannya tersambung. " Dasar, Niko! Kemana sih dia?!" racau Gina yang merasa sangat kebingungan saat ini. " Gina..." panggil Thalia pada Gina yang terlihat sedang risau. " Tan... Mama... Ada apa? Mama butuh sesuatu?" tanya Gina dengan gugup. " Katanya mau ke kantin. Malah disini ternyata. Kamu baik- baik saja?" tanya Thalia dengan tersenyum. " Oh... Iya, itu... Tadi aku kepikiran harus telepon seseorang." " Gina... Omongan Tian tadi jangan kamu masukkan di hati ya... Pasti sedih rasanya saat pengantin baru dan kalian malah harus mengalami semua ini. Mama mengerti perasaan kamu." ucap Thalia dengan tulus sambil menuntun Gina untuk duduk di sampingnya. " Kasih Tian waktu... Dia akan sembuh dan akan kembali mengingat kamu. Adrian sudah ada di dalam dan mama tahu dia akan melakukan yang terbaik." sambung Thalia lagi yang semakin membuat Gina merasa sangat tidak enak hati. " Apa kamu mencintai Bastian?" tanya Thalia pada menantunya yang sejak tadi hanya menunduk. " Mama... Aku..." " Mama tahu, kamu pasti marah dan benci Tian saat ini. Bisa- bisanya dia melupakan istrinya sendiri. Tapi tenang, begitu dia membaik, dia akan kita beri pelajaran. Kamu jangan meninggalkan dia ya... Mama yakin, meskipun kami tidak mengenal kamu, tapi Tian nggak akan sembarangan memilih pendamping hidupnya. Dan pasti ada hal istimewa yang dia lihat dari diri kamu. Mama yakin itu..." Air mata Gina sebisa mungkin ia tahan agar tidak meluruh begitu saja saat ini. Bukan... Ini bukan saat yang tepat untuk ia menangis. Ia yakin ada hal yang akan lebih buruk menantinya di depan sana yang akan lebih banyak membuatnya mengeluarkan air mata. " Jangan sedih ya..." hibur Thalia lagi ketika Gina berusaha meredam kesedihannya dan itu terlihat jelas oleh mata keibuannya. " Maafkan Gina, ma... Maafkan aku..." isak Gina lalu menyambut pelukan Thalia padanya. Ia merasa begitu bersalah kesalahpahaman ini bisa sampai sejauh ini. Ia tidak menyangka jika semua akan menjadi serumit ini. Dan orang yang menyebabkan semua ini bahkan tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya sama sekali. Kini tinggallah ia seorang diri yang tertinggal dan terjebak di dalam perangkap kesalahpahaman dan rumitnya masalah ini. (" Niko... Kamu dimana? Apa yang sudah kamu lakukan?")

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook