Bab 1: Awal Semester, Janji Dihadapan Kitab

1133 Words
Matahari pagi menyinari halaman Pondok Pesantren Akhwat dengan sentuhan hangatnya yang penuh harapan. Udara pagi digemakan oleh suara burung, membawa semangat menyambut awal semester baru yang menjadi titik tolak bagi perjalanan panjang para santri. Hari ini bukan hanya tentang memulai pembelajaran, tapi juga tentang mengikat janji suci di hadapan kitab suci dan para guru—sebuah komitmen untuk menuntut ilmu dengan penuh keikhlasan sesuai sunnah. Di tengah keramaian, para santri baru berdiri dengan mata bersinar, memandang penuh haru ke arah mimbar tempat kepala pondok, Ustadzah Hamidah, siap memberikan sambutan penuh makna. Wajah-wajah mereka masih polos, namun hati mereka telah disematkan tekad kuat untuk berubah, belajar, dan menjadi pribadi yang lebih baik. Ustadzah Hamidah membuka dengan suara lembut namun berwibawa, “Kita berkumpul hari ini bukan hanya untuk belajar, tapi untuk berjanji pada diri sendiri dan pada ilmu yang akan kita raih. Kitab yang kita pegang adalah saksi niat, dan semoga setiap lembar yang kita baca menjadi cahaya di jalan kita.” Lina, santri senior sekaligus mentor bagi para santri baru, memperkenalkan setiap bagian pondok dan menjelaskan tata tertib sunnah yang harus dijalankan. Ia mengingatkan bahwa belajar di pesantren bukan sekadar mencatat dan menghafal, tapi juga mempraktikkan ilmu yang didapatkan, menjaga adab, dan saling menguatkan sesama. Para santri baru, termasuk Aira dan Zahra, menyalami satu per satu para pengajar, merasa gugup sekaligus penuh semangat. Aroma tinta kitab dan kertas usang memenuhi ruang kelas, seolah mengingatkan bahwa ilmu yang mereka pelajari adalah warisan para ulama terdahulu yang harus dijaga dan dilanjutkan. Pertemuan itu berpindah ke sesi pengikatan janji di depan kitab suci. Satu per satu mereka mengucapkan sumpah untuk berkomitmen menuntut ilmu kadar ilmunya, menjaga adab, menghormati guru, dan saling membangun persaudaraan. Suara lunak ini bergema kuat, meneguhkan kebersamaan. Namun, di sela-sela semangat itu, ada ketegangan ringan. Syarifah, seorang santri pendiam, merasakan bayang-bayang kegelisahan yang belum ia pahami penuh. Kisah horor ringan yang tersebar tentang suara bisikan di perpustakaan semalam terlintas di benaknya. Namun, ia mengingat nasehat guru: “Ketakutan itu boleh datang, tapi jangan biarkan ia menghalangi niatmu untuk belajar dan berbaik hati.” Hari berlalu dengan dinamika aktivitas yang penuh warna: belajar bahasa Arab dengan metode sunnah, berlatih membaca Al-Qur'an dengan tajwid yang benar, diskusi fiqih praktis, hingga aktivitas sosial ringan untuk mempererat ukhuwah. Tiap momen berisi pelajaran tak hanya dari buku, tapi juga pengalaman nyata. Sore menjelang dengan doa bersama di musalla yang menyatukan hati. Lina menutup hari dengan pesan bahwa janji mereka adalah awal langkah menuju perubahan sejati, yang menuntut kesungguhan dan konsistensi. *** Pagi itu, matahari mulai menampakkan sinarnya yang hangat menyusup melalui celah jendela asrama putri Pondok Pesantren Akhwat Al-Hikmah. Suara adzan subuh baru saja berkumandang, membangunkan setiap penghuni untuk memulai aktivitas hari itu. Lina membuka matanya perlahan, tersenyum mengingat hari pertama belajar di pondok yang selama ini ia nanti-nantikan. Suasana pondok terasa berbeda dari sebelumnya. Tahun ini, jumlah santri bertambah banyak, termasuk beberapa wajah baru yang tampak gugup dan penuh harap. Suara gaduh bercampur antara tawa, kegiatan pagi, dan langkah-langkah kaki ringan yang berlalu-lalang memenuhi lorong-lorong. Mereka semua sedang menyesuaikan diri dengan ritme baru: bangun pagi, shalat berjamaah, belajar mengaji, dan mengikuti berbagai program sunnah yang diajarkan oleh ustadzah. Di ruang kelas utama, Ustadzah Hamidah berdiri dengan tegas namun penuh kelembutan. Ia menyambut para santri baru dengan salam dan senyum. “Selamat datang di Pondok Pesantren Al-Hikmah, rumah kedua kalian. Di sini kita belajar lebih dari sekadar ilmu; kita belajar menjadi Muslimah yang berakhlak mulia, istiqomah dalam sunnah, serta kuat dalam iman,” katanya mengawali pertemuan. Lina, Aira, Zahra, dan beberapa santri lainnya duduk rapi, penuh semangat. Mereka mendengarkan dengan seksama saat ustadzah menjelaskan berbagai aturan dan tata tertib pondok, serta budaya persahabatan dan tanggung jawab. Walau serius, suasana tetap ceria dengan kehadiran beberapa canda ringan. Di tengah pelajaran, Lina merasa sedikit grogi ketika harus memperkenalkan diri di depan kelas. Namun dengan dukungan teman-teman, ia berhasil melangkah lebih percaya diri. Persahabatan baru mulai terjalin, penuh warna dan rencana masa depan yang siap dirajut bersama di pondok. Malam pun tiba dengan doa bersama di musalla kecil, menjadi penutup hari pertama yang penuh haru dan semangat baru. Dalam hati, Lina dan teman-temannya bersyukur telah memulai langkah awal dalam perjalanan panjang menuntut ilmu dan mengamalkan sunnah di pondok yang penuh warna ini. *** Pagi menyapa Pondok Pesantren akhwat dengan serangkaian suara yang khas: derap langkah kaki menghidupkan halaman, bisikan doa berkumpul di ruang wudu, dan celoteh kecil para santri yang baru bangun dari tidurnya. Matahari belum sepenuhnya naik ketika Lina membangunkan para santri dengan suara lembut, diselingi motivasi pagi yang memberi energi. Suasana riuh dalam kamar kecil itu sudah terasa: Alya menggosok mata sambil tersenyum, Zahra yang selalu penuh semangat mulai merapikan jilbabnya dengan gaya khas, sementara Syarifah menyiapkan buku catatan dan alat tulisnya dengan teliti. Aktivitas pertama adalah shalat subuh berjamaah di musalla kecil. Suara lantunan surah Al-Fatihah mengalun, membentuk irama yang menenangkan sekaligus membakar semangat. Ustadzah Hamidah memimpin dengan khusyuk sembari sesekali memberikan petuah singkat tentang pentingnya istiqamah dalam ibadah, sebagai pondasi hidup yang kelak membentuk karakter kuat. Selepas shalat, para santri memulai aktivitas madrasa—kelas pembelajaran agama secara sunnah. Lina membuka pelajaran dengan penterjemahan hadis-hadis tentang akhlak dan adab, membangkitkan diskusi hangat di antara mereka: tentang bagaimana menerapkan sabar dalam menghadapi teman yang berbeda pendapat, hingga memahami hikmah di balik kewajiban berjilbab. Di sela-sela itu, muncul sosok baru yang menarik perhatian: Rani, santri baru dari luar kota, dengan wajah penasaran tapi penuh semangat. Ia memperkenalkan diri secara singkat di kelas, langsung mencuri hati banyak teman dengan sikap ramah dan senyumnya yang tulus. Rani membawa warna segar ke pondok, dan cepat menjadi topik pembicaraan di balik kelas. Sementara itu, Tariqah, yang sudah lebih lama di pondok, mengambil inisiatif membantu Rani menyesuaikan diri dengan suasana dan aturan pondok. Mereka berjalan bersama melewati koridor panjang yang dipenuhi lukisan kaligrafi, sambil berbagi cerita tentang mimpi dan perjuangan selama ini. Persahabatan mereka bertumbuh perlahan—sebuah pengantar manis untuk dinamika sosial di pondok. Jam istirahat tiba, dan suasana menjadi lebih ringan. Para santri berkumpul di halaman, menikmati buah kurma, kopi dan teh hangat. Zahra piawai menciptakan lelucon segar yang melepas ketegangan hari pertama. Sementara itu, Nisa, yang pendiam tapi cerdas, duduk di pojok membaca kitab fiqih, menarik perhatian beberapa teman untuk ikut berdiskusi. Sore hari diisi dengan pembelajaran praktek sunnah: tata cara bersuci, adab makan, serta tugas kelompok membuat majmu’ doa harian. Lina dan Ustadzah Hamidah berkeliling memberikan arahan, memastikan setiap santri memahami sekaligus merasakan manfaat dari pembelajaran langsung. Menjelang maghrib, suara azan menggema menandai waktu ibadah kembali. Di mushalla, kekhusyukan terasa makin dalam. Setelah itu, para santri bersama-sama bershalawat dan membaca dzikir petang, mencuatkan energi dan ikatan batin yang semakin kuat. Kegiatan malam hari diisi dengan sesi diskusi ringan sambil menikmati camilan sederhana—waktu yang sering dipakai berbagi pengalaman, harapan, bahkan sedikit kisah horor ringan yang sudah menjadi legenda pondok.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD