Episode 7 - Ada Kebocoran Saluran

1135 Words
Setidaknya harapan Garlanda supaya terdampar dalam mimpi yang tergolong baik, akhirnya terkabul juga. Ia juga memanjatkan syukur, sebab mimpi itu masih berlanjut. Bukan melompat pada mimpi yang buruk lagi. Agustus 2013. Sedang gencar berita tentang para selebritis yang ikut wajib militer. Banyak anggapan miring tentang mereka. Bahwa mereka sering memanfaatkan statusnya untuk membangkang peraturan militer. Akhirnya pihak militer melakukan tindakan tegas. Mereka akan memberi sanksi untuk para pelanggar itu. Tentu saja untuk menjaga nama baik militer Korea Selatan. ELF dan Super Junior sendiri cukup lega setelah mendengar bahwa Jungsoo tak terkena sanksi. Mereka bangga pada sang Leader yang selalu tahu harus bersikap itu. Selain menjaga nama baik militer Korea Selatan, juga tentu menjaga nama baiknya sendiri, grupnya dan pastinya juga fans dan keluarganya. Namun sebagai gantinya, Jungsoo harus rela pindah camp. Untuk dipisahkan dengan para soldier artis yang terkena sanksi. Jungsoo tak bisa menolak karena itu sudah keputusan. Jungsoo hanya ingin menjalani sisa masa pengabdiannya untuk negara ini sebaik mungkin. *** September 2013. Jungsoo sangat lelah hari ini. Ia bahkan minta izin untuk tidak ikut pelatihan terakhir. Karena ia merasa sudah tidak kuat. Seharian ia tidur di divisi kesehatan ini. Napasnya terlihat cepat tak beraturan. Terlihat sekali bahwa ia memang kelelahan. Rambutnya yang belum dipotong lagi, terlihat sudah panjang. Hampir menutupi seluruh keningnya. Suara dengkuran halus Jungsoo terdengar tidak teratur pula. Jungsoo akhirnya terbangun karena ada seorang dokter yang mendekat padanya. "Park Jungsoo-ssi?" Tambahan ssi digunakan sebagai akhiran ketika memanggil nama lawan bicara seseorang yang baru kita kenal dengan baik atau yang dihormati. "Iya. Saya," jawab Jungsoo agak parau. "Maaf mengganggu tidurmu. Kata mereka kau sudah dari tadi di sini. Apa ada keluhan?" "Tak apa. Aku hanya kelelahan dan lemas. Pinggangku selalu kumat kalau seperti ini. Hehe ...." "Apa karena kecelakaan Super Junior tahun 2007 dulu?" "Kau juga tahu tentang itu, Dokter?" "Tentu saja. Anakku sangat suka SUJU. Meski aku tak suka, tapi celotehannya tiap hari membuatku ikut hafal dengan SUJU." "Haha ... kalau begitu, aku akan memberi hadiah tanda tangan pada anakmu." "Benar kah? Wah. Kebetulan. Sejak dulu anakku selalu minta tolong untuk minta tanda tanganmu. Tapi aku tolak karena takut mengganggumu." "Tentu saja tidak. Aku akan melakukannya dengan senang hati." "Baik lah ... wah, terima kasih. Aku akan mengambil kertas nanti. Tapi sekarang izinkan aku memeriksamu dulu. Kulihat napasmu agak kurang teratur. Takut terjadi sesuatu." "Oke, silakan, Dok." Sore itu berakhir dengan Jungsoo yang ngobrol banyak dengan dokter tadi. Sebenarnya Jungsoo agak tak enak karena terlalu lama istirahat di sini. Tapi mau bagaimana lagi? Ia memang sakit. *** Suasana kamar Jungsoo agak berisik pagi ini. Bukan karena keributan. Hanya saja, para soldier yang lebih muda dari Jungsoo itu sedang sibuk mengompres sang anggota paling tua. Hyung mereka itu sudah sejak semalam terus mengigau dalam tidurnya. Ternyata ia demam. Jungsoo bangun dan mendapat 4 orang teman barunya itu sibuk mengurusnya. Ia jadi merasa bersalah. "Ya ... sudah pagi ... kenapa masih di sini? Mandi lah. Nanti kalian telat." Jungsoo mengomeli mereka. "Bagaimana kami bisa mandi. Kalau kau kenapa-kenapa bagaimana?" "Tidak apa-apa. Nanti aku akan minta izin dan segera ke divisi kehatan." "Yakin kau bisa ke sana sendiri?" "Yakin. Sudah. Cepat mandi!" "Baik lah. Nanti kami izinkan saja. Jadi Hyung langsung ke divisi kesehatan." "Makasih. Baik. Aku akan langsung ke sana nanti." Hari sudah agak siang. Jungsoo memang berencana akan ke divisi kesehatan. Tapi sepertinya tidak mungkin. Kepalanya sangat sakit sekaligus pusing. Demamnya juga belum turun. Jungsoo juga beberapa kali muntah. Saat seperti ini lah ia merasa lemah. Merasa selalu merepotkan orang lain. Jungsoo menghela napas pasrah dan mencoba untuk tidur. Tapi gagal. Sakit di kepalanya benar-benar membuatnya tak nyaman. Rasanya ia selalu akan jatuh dari bed. Semua terlihat berputar. Jungsoo merasa akan muntah lagi. Ia mulai bangun. Tapi sekejap kemudian ia ambruk. Ia masih sadar. Hanya saja padangan matanya seperti tidak normal. Dunianya terus berputar. Seakan hendak menelannya. Jungsoo bingung harus bagaimana. Sementara rasa mualnya tak dapat ditahan. Jungsoo segera muntah di sana. Ia terbatuk beberapa kali. Air matanya sedikit berlinang karena rasa panas di tenggorokkannya. Sepertinya ia tersedak. Jungsoo terdiam di sana. Mungkin nanti setelah rasa pusingnya berkurang. Namun hantaman rasa sakit itu menyiksa Jungsoo. Cukup lama hingga akhirnya kesadaran Jungsoo benar-benar hilang. *** Malam harinya, saat para soldier sekamar Jungsoo pulang, baru lah keadaan Jungsoo ketahuan. Jungsoo segera dibawa ke rumah sakit oleh pihak militer. Karena fasilitas kesehatan di sini kurang lengkap. Ada dua orang dari pihak militer yang menunggu Jungsoo di rumah sakit. Mereka juga menghubungi keluarga Jungsoo. Tak lama kemudian, ibu Jungsoo datang. Dua orang dari pihak militer itu segera memberitahu ibu Jungsoo tentang apa yang terjadi. Setelah itu tak ada suara di sana. Ibu Jungsoo termenung dalam diam. Jadi tak ada yang tahu sejak kapan putranya mulai tak sadarkan diri. Semua hanya tahu bahwa Jungsoo sudah mulai sakit sejak pagi. Wanita itu mengelus surai anaknya itu dengan pelan. Meski Jungsoo sudah dewasa, tapi tetap saja leader itu adalah anak bungsu di keluarganya. Jungsoo selalu dimanja oleh mereka semua, meski pun Jungsoo sendiri selalu berusaha menolak. "Kau kenapa, ha? Selalu memaksakan diri. Huh ... lihat lah akibat ulahmu ini. Ibu tidak akan memaafkanmu bila terjadi sesuatu, Jungsoo," gerutunya seraya menghapus air mata dengan kasar. Entah lah. Firasatnya sebagai seorang ibu mengatakan bahwa Jungsoo memang tidak baik-baik saja. Siang itu rumah sakit melakukan pemeriksaan lab pada Jungsoo. Selengkap mungkin agar keadaan soldier itu bisa diketahui selengkapnya pula. Kondisi Jungsoo belum membaik. Ia terus muntah saat ia duduk apalagi berdiri. Kepalanya terus berkunang-kunang seakan ia hendak pingsan. Akhirnya pemeriksaan dilakukan Jungsoo dengan terus berbaring. Tak ada member SUJU yang diberitahu bahwa ia sedang sakit saat ini. Jungsoo melarang siapa pun melakukannya. Ia hanya tak ingin mereka khawatir. Ibunya hanya mengabari para manager agar diberitahukan pada Perusahaan saja. Dua hari kemudian barulah diketahui bahwa ada kebocoran saluran darah di kepala Jungsoo. Itu lah yang menyebabkan dirinya terus mual, pusing dan muntah. Ibunya terus menangis melihat keadaan anaknya. Namun Jungsoo berjanji ia akan menjalani pengobatan sebaik mungkin agar ia cepat sembuh. Sang ibu pun memegang janji itu. Setiap hari ia dan Inyoung bergantian menemaninya, bahkan ayahnya juga sering menjenguknya. Jungsoo senang karena bisa bertemu dengan keluarga utuhnya setelah sekian lama. Setelah satu bulan akhirnya keadaan Jungsoo membaik. Ia bisa duduk dengan santai seperti dulu, tanpa muntah. Operasi yang dilakukanya dua minggu yang lalu membantu banyak. Kata dokter kebocoran saluran darah itu terjadi karena benturan saat pelatihan militer. Makanya Jungsoo belum boleh kembali ke camp sampai ia benar-benar sehat. *** Garlanda masih bertahan di dalam tubuh Jungsoo. Sebelumnya Garlanda tak pernah tahu tentang orang ini. Dan entah bagaimana ceritanya ia juga bisa terdampar di sini. Sebuah misteri yang tak pernah terpecahkan. Bila memang mungkin tidak apa-apa jika Garlanda terus berasa dalam tubuh ini. Dari pada berpindah-pindah dan harus masuk dalam mimpi yang buruk lagi. Atau lebih bagus lagi, jika ia bisa kembali ke dunia nyata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD