Part 01 Interview

1065 Words
 Pagi yang cerah untuk memulai aktifitas. Antania sudah mulai bersiap-siap untuk menuju ke tempat interview kerjanya. Setelah lulus kuliah S2, Antania langsung mendapat panggilan kerja di anak cabang dari perusahaan tempat dia bekerja dulu di Inggris. Meskipun ia harus melakukan interview terlebih dahulu. Antania merasa bahagia karena setidaknya dia bisa membahagiakan sang ayah yang dulu kesehariannya sebagai penjual kacang panjang keliling. Antania dulu saat di Inggris juga bekerja paruh waktu sebagai pelayan cafe. Jadi dia bisa menghidupi dirinya sendiri tanpa harus membebani orang tuanya. Berkat kerja keras Antania, Antania bisa sampai di titik sekarang. Menjadi insinyur muda dan lulusan dari Universitas terbaik dunia. Antania sudah bisa membuktikan pada orang-orang yang sudah menghina orang tuanya bahwa anak penjual kacang panjang juga bisa sukses dan menjadi kebanggaan keluarga. Antania membelikan ayahnya perkebunan untuk mengisi waktu luang sang ayah. Antania tudak ingin sampai melihat ayahnya susah. Karena buat Antania, sudah waktunya ia yang harus membahagiakan sang ayah dengan kerja kerasnya. Mungkin orang-orang bertanya-tanya bagaimana Antania bisa membelikan sang ayah perkebunan kalau dia sendiri di Inggris kuliah. Tidak ada yang tahu kalau perjuangan Antania begitu berat tinggal di negara orang. Antania pada saat kuliah juga memulai usaha kecil-kecilan yaitu berjualan kue dan makanan ringan buatannya sendiri. Ia pasarkan ke teman-teman kuliahnya dan media sosial. Dari penjualannya itu, Antania sedikit demi sedikit bisa menabung dan memperluas usaha sampingannya itu. Karena inovasinya dalam menciptakan makanan-makanan ringan yang lagi Hits di kalangan anak muda, membuat Antania terkenal sebagai seorang pengusaha makanan ringan.         Derrrt... Derrrt... Derrrt..        Antania menatap ponselnya. Melihat siapa yang menelphonenya pagi-pagi. Ia langsung mengangkatnya saat tahu yang menelphonenya adalah sang ayah.      “Assalamualaikum, yah,” ucap Antania.      “Waalaikumsalam. Jadi interview nya?” tanya sang ayah.       “Iya, ayah. Ini Antania sudah mau berangkat ke perusahaannya,” ucap Antania penuh rasa hormat.       “Semoga berjalan lancar, Tania. Ayah di sini cuma bisa mendoakan yang terbaik buat Tania. Semoga Allah memudahkan langkah Tania untuk menuju apa yang selama ini Tania cita-citakan,” ucap sang ayah.       “Amin, ayah. Terima kasih selama ini ayah sudah mendoakan Tania,”       “Sudah berangkatlah. Hati-hati di jalan. Assalamualaikum, ” ucap sang ayah mengakhiri panggilannya.       “Waalaikumsalam, Wr. Wb.”           Antania keluar dari kosannya sambil membawa tas ransel yang berisi peralatan-peralatan kerja miliknya. Antania sudah terbiasa disiplin dan mempersiapkan semuanya semenjak dia tinggal di Inggris dulu. Antania hari ini terlihat sangat cantik dengan kesederhanaannya. Wajahnya yang memang dari lahir sudah cantik membuat Antania tidak terlalu sulit untuk memoles wajahnya. Hari ini ia memakai kemeja hitam dengan di padukan bawahan rok bermotif bunga-bunga warna hitam dan putih semakin membuat Antania tampil cantik. Ia berangkat dengan menggunakan taksi yang sudah ia pesan. *****           Antania berjalan menuju lobby resepsionis perusahaan untuk menanyakan ruangan buat interview.          “Permisi, ruangan interview sebelah mana ya mbak?” tanya Antania.          “Di lantai 20, Bu. Ruangannya sebelah kanan,” ucap Resepsionis yang bernama Desi itu.          “Terima kasih banyak,” ucap Antania. Antania berjalan meninggalkan meja resepsionis. Antania berjalan masuk ke lift menekan tombol lantai 20. Lift bergerak ke atas ke lantai 20. Antania tidak sadar kalau di dalam lift ada seseorang yang dari tadi memperhatikannya.         Saat Antania sadar sedang di perhatikan, Antania menatap pria yang ada di depannya saat ini. “Apa kamu lihat-lihat saya, jangan-jangan kamu punya pikiran m***m ke saya?” ucap Antania menyelidik. Antania langsung waspada dengan pria yang sedang berhadapan dengannya.         “Kamu saja yang terlalu percaya diri. Siapa juga yang sedang memperhatikanmu,” ucap Aditya Braga.        “Matamu yang sedang memperhatikanku. Laki-laki sepertimu tidak jauh-jauh dengan d**a besar dan s**********n,” ucap Antania dengan ketus.        “Dasar wanita gila,” ucap Aditya Braga dengan ekspresi wajah dingin. Pintu lift tiba-tiba terbuka. Antania langsung keluar dari dalam lift meninggalkan Aditya yang masih menatap kepergian Antania. Aditya menekan tombol ke lantai 25.Tempat di mana ruangannya berada.        “Siapa wanita itu? Yang dengan berani berbicara seperti itu kepadaku. Apa dia pegawai baru perusahaan?” Aditya bertanya-tanya dalam benaknya. ***** “Antania Nirmala,” panggil kepala HRD.         Antania masuk ke dalam ruangan dan langsung berjabat tangan dengan kepala HRD perusahaan Prayoga Corporation.       “Selamat datang ibu Antania, senang bertemu dengan anda,” ucap kepala HRD.       “Terima kasih, pak. Senang bertemu dengan anda,” ucap Antania dengan sopan.       “Langsung saja, saya jelaskan perihal kontrak kerja anda di sini,” ucap kepala HRD yang bernama pak Doni.      “Silahkan,” ucap Antania.      “Untuk kerjaan, ibu yang akan bertanggung jawab soal lapangan dan proyek perusahaan kita. Dan nanti ibu akan di perkenalkan dengan tim yang akan membantu ibu di lapangan. Saya percaya pada kemampuan ibu yang sudah di rekomendasikan perusahaan pusat kami yang ada di Inggris. Semoga kita bisa bekerjasama dengan baik,” ucap pak Doni.       “Anda terlalu berlebihan, pak. Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk perusahaan ini. Seperti perusahaan ini yang sudah mempercayakan saya untuk bergabung di perusahaan besar Prayoga Corporation,” ucap Antania sambil tersenyum hangat.        “Setelah ini ibu langsung saya antar ke ruangan ibu,” ucap pak Doni.        “Baik, pak,” ucap Antania. Antania berjalan dalam diam mengikuti langkah kaki pak Doni yang mengajaknya ke ruangan tempat dia bekerja nantinya. Dengan tim baru dan semangat kerja yang baru. Perjuangan yang tidak muda dia campai sampai di titik ini. Titik dimana dia bisa membahagiakan orang tuanya yang tinggal satu. Cemohan dan hinaan seluruh keluarganya dulu menjadi cambuk untuk dia membuktikan kalau dia juga bisa sukses dan bekerja di perusahaan besar. Dan sekarang dia mendapatkan posisi yang bagus yang sesuai dengan pekerjaannya selama ini. Kadang kala Antania teringat akan ibunya yang meninggal sebelum dia melihat putri semata wayangnya menjadi sarjana di universitas terbaik dunia. Dengan semangat dan tekadnya yang kuat, Antania mematahkan pandangan orang tentang dirinya. Kalau anak tukang penjual kacang panjang pun bisa sukses dan menjadi kebanggaan orangtua.             “Saya benar-benar sangat salut pada anda, Bu. Di usia anda yang tergolong masih muda, karier anda benar-benar sangat bagus. Saat saya mendengar anda di pindah tugaskan ke perusahaan ini, saya sudah sangat penasaran dengan sosok anda. Karena banyak orang yang dari perusahaan pusat memuji kinerja anda selama ini,” ucap pak Doni penuh kekaguman pada Antania. Antania yang mendapat pujian dari pak Doni, dia pun tersenyum hangat.             “Tanpa doa ayah saya, mungkin saya tidak akan sampai dititik ini, pak. Karena buat saya, doa ayah saya adalah segalanya. Saya pribadi hanya ingin berusaha untuk membuat ayah saya bangga dalam pencapaian saya sekarang ini,” ucap Antania. *****          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD