Sebuah PIN

1253 Words
Hari pertama aku menginjakkan kaki di kampus yang cukup elit di kota Berlin. Jujur saja, saat masuk ke dalam area kampus aku langsung merasa aku adalah orang asing. Tidak ada satupun yang melirikku, ah iya memangnya aku siapa? Perhatianku langsung mengarah ke gedung besar yang terletak disudut sebelah Utara bertuliskan kata selamat datang, aku yakin gedung itu untuk mahasiswa dan mahasiswi baru. Dengan langkah cepat aku segera menuju gedung itu. Terlihat beberapa orang tengah berbincang-bincang disana, aku merasa sedikit insecure karena tidak mengenal siapapun. Jujur saja aku merasa kesepian saat ini. Semua orang terlihat sibuk dengan kegiatannya masing-masing dan tentu bersama teman-temannya. Aku tidak mengenal siapapun, aku pasti akan kesulitan terlebih lagi aku tipekal orang yang pendiam. Saat tiba digedung utama ini, aku langsung menuju papan informasi untuk membaca beberapa hal mengenai kampus ini, sesuatu hal menarik perhatianku. Sebuah pin yang bentuknya menurutku cukup unik dengan lambang BC dengan warna didominasi gold dan hitam. Aku yakin pin ini bukan pin yang sembarangan. Sebelum mengambilnya ku pastikan dahulu di sekeliling ku apakah salah satu diantara mereka adalah pemiliknya. "Sangat indah, tapi ini milik siapa?" tanyaku membatin. Bentuknya benar-benar unik, aku bahkan bingung siapa pemilik pin ini dan entah bagaimana caraku mencari pemilik dari pin yang indah ini. Aku mengedarkan pandanganku kesetiap mahasiswa yang sedang berlalu-lalang dan aku merasa tidak ada diantara mereka yang kehilangan pin. Aku memutuskan untuk menyimpan pin tersebut sembari mencari tau siapa pemilik dari pin ini. Aku menyimpan pin itu kedalam tasku lalu segera menuju ke aula karena sudah ada pemberitahuan bahwa kelas pertama akan dimulai. Aku merasa sangat gugup untuk ini. Saat tiba di aula kampus, aku terdiam sesaat mengamati banyak mahasiswa yang berlalu-lalang. "Hey." Seorang pria menepuk pundak ku. Aku langsung menoleh dan menatapnya dengan bingung dan dia hanya tersenyum padaku. "Kau siapa?" tanyaku padanya. "Aku David, dan kau?" "Anna." "Kau akan duduk dimana? Apa kau bersedia untuk duduk bersamaku?" tawarnya padaku. Jujur saja aku bingung harus menerima tawarannya atau tidak tapi, jika aku menolak tawarannya maka aku harus siap merasa kesepian. "Baiklah aku akan duduk denganmu." *** Kelas pertama telah selesai, masing-masing mahasiswa dan mahasiswi baru mulai keluar dari ruang kelas terutama David yang mulai sibuk memasukkan peralatan tulisnya kedalam tas. "Anna, apa aku bisa menanyakan sesuatu padamu?" tanya David tanpa mengalihkan pandangannya dari kantung tasnya. "Katakan," ucapku. "Kau berasal darimana? Apakau berasal dari tempat lain dan datang kesini hanya untuk belajar?" kini David menatapku dengan serius. "Em, mungkin itu ada benarnya juga. Tapi aku kesini salah satunya untuk menemani ayahku. Ibuku berasal dari Indonesia dan ayahku, dia lahir dikota ini," ucapku mencoba menjelaskannya pada David. "Itu berarti kau mixed Indonesia dan Jerman?" tanya David—lagi dan aku hanya mengangguk mengiyakan ucapan David. "Wah, kau sangat keren!!" "Lalu bagaimana denganmu? Apa kau berasal dari sini?" David terlihat sangat antusias ketika aku menanyakan hal ini padanya, "Aku berasal dari Amerika. Ayah dan Ibuku pun asli berasal dari Amerika. Hanya saja ketika aku baru berusia 10 tahun ayah dan ibu pindah kesini dan aku pun tumbuh besar disini," jelas David. Menurutku David adalah pria yang baik ya walaupun penampilannya sedikit kuno tapi dia adalah pria yang baik. Dia selalu tersenyum dan mendengarkan sesuatu dengan saksama, David adalah pria yang baik. Kuharap kami bisa menjadi teman dekat. Ah iya, aku sampai lupa mengenai pin yang kutemukan tadi pagi. Apakah aku harus menceritakannya pada David? Barangkali dia bisa membantuku menemukan pemilik pin itu, tapi aku bingung. "Ada apa?" "Ah tidak ada. Em, tapi... apakah aku boleh menanyakan hal lain lagi padamu?" aku menatap David dengan serius. Aku rasa dia mengerti dengan maksudku, ia menoleh kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada siapapun di ruangan ini. "Katakanlah, aku akan mendengarnya." Aku mengangguk lalu merogoh tasku untuk mengambil pin itu. Aku telah memutuskan untuk menanyakannya pada David. "Hah?" David terlihat sangat terkejut saat aku mengeluarkan pin itu, ia menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. "Dari mana kau mendapatkan pin itu, Anna? tanya David dengan heran. "Aku menemukan pin ini di dekat papan informasi. Pin—nya terlihat sangat unik dan indah itulah mengapa aku mengambilnya. Aku berniat untuk menemukan pemilik dari pin ini tapi—" "Sebaiknya pin itu kau kembalikan ketempat dimana kau menemukannya. Aku khawatir jika seseorang mengetahui pin itu ada padamu, kau pasti akan mendapat masalah," tukas David. Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang ia maksud, mengapa aku harus mengembalikannya? Dan mengapa tiba-tiba ia mengatakan bahwa aku bisa terkena masalah hanya karena pin kecil ini. "Tapi kenapa?" "Dengar Anna, pin ini bukan pin sembarangan. Semua orang tau pin ini terutama aku. Jadi sebaiknya kau kembalikan saja pin ini, aku tidak ingin kau terlibat masalah nantinya." Aku terdiam cukup lama menimbang-nimbang apakah aku akan mengembalikannya atau tidak. Aku tidak ingin ketika aku mengembalikan pin itu seseorang menemukannya dan malah merusaknya. Pin ini sangat indah. "Aku tidak akan mengembalikannya untuk alasan apapun, Vid. Aku akan mengembalikannya pada orang yang punya pin ini. Aku tidak ingin jika pin ini jatuh ketangan orang yang tidak bertanggung jawab dan malah merusak milik orang lain," tolak ku. "Kau sangat keras kepala, Anna. Aku hanya merasa khawatir denganmu." "Kau tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja. Ini hanya sebuah pin." *** Aku membuka pintu kamar lalu segera menuju kasur king size milikku untuk beristirahat. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan. Ayah yang menjemputku tadi dan ia sudah kembali pergi ke kantornya. Aku melirik kearah jendela kamarku. Hari sudah semakin sore dan langitnya sangat indah. Keputuskan untuk duduk di sana untuk menikmati langit sore hari dengan tenang. Perhatianku langsung mengarah ke rumah yang ada tepat di samping rumahku itu. Rumah yang malam itu diserang. Sejak kejadian waktu itu, aku tidak pernah lagi melihat tanda-tanda ada seseorang yang tinggal disana. "Mengapa pria itu tidak tinggal dirumahnya? Apakah dia takut?" pertanyaan demi pertanyaan menari-nari di otakku tapi aku langsung berusaha untuk mengabaikannya. Aku yakin dan masih ingat apa pesan ayah padaku. Leo adalah pria buruk!! Aku kembali memfokuskan perhatianku pada buku novel yang belum sempat selesai aku baca sembari menikmati langit sore hari yang indah. Aku bisa menghabiskan banyak waktu untuk menikmati langit sore ini, sangat indah. *** Pukul 7 malam aku turun kebawah untuk menyambut ayah. Hari ini ayah pulang cepat, katanya ia ingin berbicara dan berbagi banyak hal denganku. Ayah pulang dengan membawakan ku beberapa snack dan cake yang lezat. Kami makan malam bersama sambil berbincang-bincang beberapa hal. Rasa bahagia ini adalah rasa yang sangat aku impikan selama ini yang dulu ku fikir tidak akan pernah terpenuhi. Tapi sekarang, aku merasa benar-benar sangat bahagia, ayah memenuhi semua hal yang sejak dari dulu sangat aku impi-impikan. "Bagaiman hari pertama mu? Apakau sudah menemukan teman yang baik?" tanya ayah. "Ya, dia adalah David. Pria dengan penampilan yang sangat kuno tapi dia sangat baik padaku," tuturku. "Penampilan yang kuno? Maksudmu pria yang bersama denganmu tadi?" "Iya! Bagaimana menurut ayah?" "Kapan-kapan kau harus mengajaknya kesini untuk makan malam bersama kita. Sebelum ia menjadi teman yang baik untuk putri ayah, ayah harus mengenalnya dan mengatahui seperti apa dia," jelas ayah. "Ayah sangat selektif dalam memilih teman," ejekku pada ayah, ia hanya tersenyum. "Kau tau Anna semenjak kehadiran mu dirumah ini, ayah merasa sangat bahagia. Rumah ini yang selalu dibayang-bayangi kesepian kini berubah, dan kau merubah segala yang ada disini termasuk ayah. Ayah akan berusaha memberikan yang terbaik untukmu nak, ayah tidak akan membiarkan sesuatu hal yang buruk terjadi padamu. Jadi tolong, jangan pernah mencoba untuk menutupi sesuatu pada ayah, atau itu akan menyakiti perasaan ayah," Aku mengerti, ayah sangat mencintaiku. Dan aku tidak akan pernah membiarkan kepercayaan ayah hilang padaku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD