Malam itu, kamar Hao terasa lebih sempit dari biasanya. Lampu kuning temaram dari standing lamp di sudut ruangan menyapu dinding putih, bikin bayangan Hao dan Luna jadi panjang-panjang di lantai kayu. Bau parfum Luna terasa manis, floral, yang dulu bikin Hao gila anehnya sekarang cuma bikin hidungnya gatal. Mereka duduk di sofa kulit cokelat, Luna nyender di d**a Hao, jari-jarinya mainin kancing kemeja Hao satu per satu. “Hao,” bisik Luna, suaranya lembut banget, kayak angin malam yang nyanyi di jendela. “Aku kangen banget sama kamu. Tiga tahun kita putus, tapi rasanya kayak baru kemarin aku ninggalin kamu demi Scott. Maafin aku, ya? Sekarang aku balik, dan aku janji nggak akan kemana-mana lagi.” Hao menelan ludah. Dadanya sesak, tapi dia paksa bibirnya melengkung. “Iya, Lun. Aku juga ka

