"Halo ...?" "Bisa kita bertemu?" "Anda siapa?" "Seseorang yang anaknya kau berikan sumbangan ASI." "Ah, apa kau marah akan hal itu?" Tatapan Anandini tertuju pada sahabatnya yang menatapnya dengan tatapan penuh tanya. "Makanya aku memintamu untuk bertemu." "Aku tidak bisa kalau sekarang. Malam nanti ada acara tujuh harian putraku." Sejenak keduanya terdiam, hingga suara Dastan kembali menginterupsi. "Jam makan siang besok aku menunggu di perusahaanku. Alamatnya akan aku kirimkan ke nomormu setelah ini." "Baiklah." Panggilan telpon pun akhirnya berhenti. Binar akhirnya mendekat untuk kembali bertanya siapa yang menghubungi sahabatnya. "Siapa yang menelponmu?" "Dia ayah bayi yang aku sumbangkan ASI tadi siang." "Apakah dia marah?" Anandini tak segera menjawab, dia melanjut

