bc

MELANDERI (END-Gratis)✅

book_age12+
5.1K
FOLLOW
31.6K
READ
possessive
family
arranged marriage
independent
CEO
drama
sweet
city
friendship
like
intro-logo
Blurb

NOVEL (12+) - INDONESIA - TAMAT.

(Main Character : Melan dan Deri)

_________

"Kupikir ini memang demi mereka. Tapi setelah bertemu, aku tahu bahwa aku membutuhkan dia", Deri.

_________

"Ada apa denganku? Aku bisa dengan mudah membuka diri padanya", Melan.

_______________

Menjadi pasangan yang diakui memang bukan proses yang mudah. Begitupun dengan mendapatkannya.

Berani memulai hubungan yang serius juga bukan perkara mudah. Begitupun dengan mempertahankannya.

Dua sosok bertemu dalam waktu yang tepat. Saling belajar untuk menciptakan hubungan indah dengan cinta sederhana, sehingga membuat kenyamanan untuk orang-orang di sekelilingnya.

Perdebatan?

Pasti. Lalu mereka menemukan titik ternyaman dalam sebuah pertengkaran.

Masa lalu?

Ada, tapi haruskah selalu dicerna? sementara ada yang lebih indah di depan mata.

(KARYA ORIGINAL, BUKAN BAJAKAN DAN JANGAN DIBAJAK)

_______________

Sorry guys, di judul masih ada tulisan GRATIS, padahal mulai 4 Maret 2021 udah pake sistem koin. Jadi, yeaahh selamat membaca yaaa.... Makasih.

#BERKOIN #PTR #PAYTOREAD

chap-preview
Free preview
PART 1
Bulan April, di sudut Apartemen tampak seorang wanita tengah bersiap dengan pakaian kebanggaannya, mengenakan blouse dan rok pendek dipadu heels yang tidak terlalu tinggi. Tambahan parfum Elizabeth Arden Avenue membuat penampilan simplenya menyimpan rasa elegan yang memikat. Melanie Sanjaya, wanita 26 tahun dengan kepribadian yang tegas serta lincah dalam hal pekerjaan. Dua puluh lima menit hingga sentuhan terakhir pada rambut yang terurai halus sudah bisa mengantarkan dia ke basement untuk segera bergegas menuju komplek perkantoran di daerah Ciracas, Jakarta Timur. Melajunya Mazda CX9 merah menandakan sang empunya akan tiba dalam waktu lima belas menit di kantornya. Lingkungan kerja yang kondusif membuat Melan sudah menghabiskan empat tahun untuk bekerja di sana. Salah satu usaha penerbitan terkenal dengan cabang hampir di setiap kota di Indonesia. Karir menanjak dengan memegang peranan Marketing Manager saat ini sudah bisa menggambarkan prestasinya yang baik. Langkah santai namun pasti yang ia tampilkan membawa kewibawaan yang dinanti-nantikan setiap karyawan maupun pengunjung di perusahaannya. 'Ting' bunyi lift sudah mengantar Melan menuju singgasana yang sudah dia dekor bernuansa merah di tiap detail barang. Hal itu membuat tambahan semangat untuk Melan terus bekerja. "Pagi nona Melan, jangan lupa pagi ini ada rapat internal manajer, berkas yang anda perlukan sudah siap di atas meja", suara Uni - sekretaris yang sudah dua tahun ini menemani Melan, menjuntaikan sedikit kepalanya di pintu. "Oh hey, you failed. Kaku banget, Un.", sapa Melan. "Ya, dan gue udah mencobanya setiap hari tapi tetap ngga nyaman. Untung lo ngajakin gue temenan Mel. Jadi gue nggak perlu banyak bicara formal.", sahut Uni yang kini sudah kembali pada kebiasaannya. Selama ini Melan bisa bersikap luwes dengan beberapa pihak yang memang bisa diajak kerjasama dan tidak merugikannya. "Thanks for your information, dan gue udah sangat menantikan teh hangat yang ternyata belum siap di meja gue." "Pak Kardi nggak mungkin lupa kecuali dia lagi nyelesaiin lagu dangdut kesukaannya. Kalau gitu gue tinggal ya, ada yang lain?" "Itu aja Un, lainnya biar gue urus sendiri. Trus lo jangan lupa siang ini lunch sama gue.", ucap Melan penuh keyakinan. Uni hanya bergumam Oke tanpa suara. Selang beberapa menit ponsel Melan berdering menampilkan ID Bunda di layarnya. "Pagi Bun, ada berita bagus atau ada calon lain yang mau Bunda kenalin ke Melan?" Sambil tertawa, Bunda Melan menjawab "Jangan bertanya pertanyaan kedua kalau kamu ngga bisa nurutin Bunda, Nak. Untuk pagi ini Bunda mau ngabarin kalau perpindahan Ayah udah diproses dan kemungkinan 3 atau 4 bulan lagi kami udah bisa nemenin kamu di Jakarta." "Such a good news Bun, Melan seneng dengernya." Orang tua Melan masih berada di Jerman menyelesaikan tugas sebagai staff Duta Besar di sana. Ini negara kedua sebelum Belanda menjadi tugas luar negeri pertama Ayah Melan - Dirga Sanjaya. Sang Bunda, Marleti Sanjaya begitu telaten menemani kemanapun suaminya bertugas. Masa kecil Melan dihabiskan dengan berpindah dari satu kota ke kota yang lain di Indonesia hingga selesai sekolah Dasar. Setelah itu Melan melanjutkan sekolah menengah mengikuti Ayahnya ke luar Negeri hingga empat tahun lalu memutuskan untuk kembali ke Indonesia dengan alasan meniti karir di tanah air. *** -Jerman- "Yah, masa ngga ada temen Ayah lain yang punya anak cakep?", rengek Bunda Melan kepada  suaminya. "Bunda ngotot banget buat jodohin Melan sih, biar dia cari sendiri aja." "Loh, udah dua puluh enam tahun umur Melan, Ayah tau itu. Lebih baik kita yang cariin daripada telat." "Iya Ayah maunya juga gitu Bun, tapi Ayah takut kalau Melan makin tertekan. Udah berapa kali Bunda kaya gini dan Bunda juga yang selalu kalah. Nggak ada calon yang cocok.", Ayah mengingatkan. "Tapi Yah, anak Bunda itu mandiri dan pinter, mungkin dia cuma selektif. Bunda ngaku kalah kemarin ini, cuman ngga ada salahnya nyoba terus sampe Melan luluh. ", ucap Bunda yakin. Malas berdebat, sang Ayah memilih setuju dengan Bunda. "Ada satu temen Ayah kalau Bunda masih inget, namanya Atmo, Atmojo Risyad. Istrinya bernama Anggita. Dulu tetangga kita waktu Melan masih SD. Tapi...", pernyataan Ayah menggantung. "Lanjutin Yah, Bunda inget. " "Tapi dia udah jadi pengusaha hebat di Indonesia. Semisal dijadiin calon besan, Ayah nggak tau dia mau atau nggak." "Wah, sepertinya Bunda tertarik. Coba aja dulu. Ayah masih berhubungan sama dia?" "Masih, dan baik. Minggu depan dia sama istrinya mau liburan ke Jerman, bilang mau mampir. " Bunda tersenyum berharap masih ada kesempatan baru di depan mata. *** -Jakarta- Sebuah perusahaan di bidang properti sedang riuh dengan acara ulang tahunnya ke 55 tahun. Menjadi kebanggan Atmojo Risyad sekeluarga karena berhasil mempertahankan perusahaan yang mulai dirintis ayahnya dari bawah hingga maju seperti sekarang. Menjadi pemegang saham 20% membuat dirinya cukup tenang untuk memutuskan Pensiun. Perusahaan akan diserahkan kepada anak semata wayangnya - Panggih Handeri Risyad (29 tahun) yang sudah ia siapkan untuk menjadi ahli di bidang bisnis. Lulusan Colombia University ini berhasil dipercaya mayoritas investor dan dewan direksi untuk memegang posisi CEO. Bukan hal baru jika seorang CEO juga harus mempunyai kekuatan lebih diluar kompetensi dan kinerjanya, maka Pak Atmo tidak lupa selama ini memastikan anaknya tetap memegang 30% saham untuk menghindari perusahaan berpindah tangan di luar keluarga dia. Postur tinggi tegap dan sangat gagah saat mengenakan setelan jas berpadu sepatu monk-strap mengkilap mampu membawa kharisma di dalam diri Deri. Sikapnya yang tekun namun berani mengambil resiko sungguh dihargai oleh para karyawannya. Pengalaman kerja berhasil dilewatinya mulai dari manajer berbagai bidang, direktur, wakil direktur utama, direktur utama, hingga sekarang ini berhasil membuat dirinya sangat memahami seluk beluk perusahaan. Kali ini dia sudah siap dengan speech pertamanya sebagai CEO. Selang beberapa waktu, sementara para tamu sudah berpamitan meninggalkan acara, Pak atmo beserta Bu Anggi telah berada di ruangan Deri yang baru. "Kamu tahu kalau Papa sangat berharap padamu, Der.", ucap Pak Atmo seraya memegang pundak anaknya. "Deri akan berusaha Pa, terimakasih." "Kamu harus tetap menjaga sinergi Struktur tim kerja, matriks, proyek, usaha, dan fungsional agar...", ucap Pak Atmo terhenti oleh suara Bu Anggi. "Sudah sudah sudah. Papa udah jangan bahas itu sekarang, Mama yakin tempat membahasnya adalah di ruang rapat atau bukan di saat kita mau pamit sama Deri buat Liburan." Bela Mama yang terlihat elegan dengan gaun mewahnya. "Ya, kurasa Mama benar, Papa jangan khawatir. Selama Deri ngga kehilangan investor, papa bisa tidur nyenyak." Sahut Deri. Mama menyahut Deri, "Papa sama Mama mau ke Jerman minggu depan. Mau liburan sama mau nyari barang titipan Oma. Kamu ada nitip apa nggak?" "Enggak deh Ma, kalian hati-hati aja." "Tuh kan Pa, anakmu ini kaku banget, ngga bisa santai dikit apa ya pas bahas kaya gini. Misal kamu mau ikut, atau mau oleh-oleh yang aneh, atau basa-basi apa gitu Der." Papa menyela, "Sudah sudah sudah, bisa nggak hal itu nggak diperpanjang di kantor? Mama sama Papa pulang dulu Der, kamu jaga kesehatan ya, nanti habis dari Jerman kita mampir ke Apartemenmu. Daaaaan, sana cari cewe kek Der, kerja tuh juga butuh pemanis biar nggak boring. Papa juga sangat berharap soal itu dari kamu." *** Malam hari, Deri mengendarai Mercedes keluaran terbaru berwarna hitam menuju cafe favorit milik Gilang, sahabatnya. Kemeja yang sedari tadi melekat ditubuh Deri kini berganti dengan navy T-shirt longgar yang lebih casual. Setelah sampai di cafe outdoor yang sangat cocok untuk garden party itu, dia lalu menempati meja paling dekat dengan pancuran air. Ia pun mengirim chat ke sahabatnya. 'Lang, gue ada di cafe lo sekarang. Lo dimana?' 'Gue kesitu bentar lagi. Tunggu.', Gilang membalas. Sekian menit berlalu dan kini Gilang sudah duduk di depan Deri. "Malam Bos, selamat ya sekarang udah resmi jadi CEO. So exited, right?" "Yaah, I'll try my best. Ngomong-ngomong lo darimana?" "Gue baru dari resto yang di Thamrin, sidak, ada pegawai yang kebanyakan nongkrong sambil ngrokok gitu. Biasalah. Oya, lo ngga mau ngrayain naik pangkat lo sama anak-anak yang lain? Atau ada hal penting yang bikin lo ngacir kesini?" Diam sejenak sambil melihat ke arah air, beberapa saat lantas ia menengok ke arah Gilang, "Cariin gue cewek, bisa?" Lama memperhatikan, tapi Gilang justru tergelak dengan sangat keras. "Wah wah wah, Pak Boss kita mulai kesepian nih, udah butuh penyemangat ya? Hahaha...." Merasa sangat konyol, Deri mengalihkan bahasan dengan memanggil pelayan untuk melakukan pesanan Coffe Latte kesukaannya. Hidup sendiri selama dua tahun belakangan ini membuat Deri memikirkan kata-kata Papanya tadi. Mungkin dia mau mencoba bagaimana menjalin hubungan untuk masa depan mengingat sebentar lagi ia akan memasuki kepala tiga. Hubungan dia terakhir kali gagal karena sikap sang mantan yang ternyata tidak bisa mengimbangi Deri dan terlalu egois. *** -Jerman- Setelah seminggu berlalu, Papa dan Mama Deri sekarang sudah ada di rumah Ayah dan Bunda Melan. Tak perlu banyak waktu untuk menemukan rumah tersebut sebab Papa Deri sering berkunjung ke Jerman hingga menetapkan negara itu sebagai lokasi favorit untuk menenangkan diri. Walau begitu, baru kali ini mereka memiliki waktu lebih untuk mampir ke rumah Ayah Melan. "Halo Atmo dan mba Anggi, silahkan masuk, mari-mari..." Ayah Melan mengulurkan tangan. "Wah enak banget rumahmu Ga, bisa ini buat jadi inspirasi desain.", Papa Deri memperhatikan langit-langit dan sekeliling rumah Ayah Melan dengan teliti. Sementara itu, kedua wanita yang sedari bertemu sudah terlihat akrab dengan menyebut diri mereka Jeng Anggi dan Jeng Eti kini sudah menuju dapur untuk menyiapkan hidangan. Di ruang tamu dengan sofa putih bersih yang begitu menenangkan, kedua laki-laki berbincang mulai dari pekerjaan masing-masing, kehidupan sosial, teknologi yang berkembang saat ini, hingga ke masalah pribadi. "Jadi, sekarang anakmu yang megang perusahaan? Gimana kabarnya? Pasti udah dewasa sekarang." Tanya Ayah Melan. "Ya, sejujurnya aku bangga banget sama Deri yang sekarang. Dewasa dan mandiri. Tapi, eh, bukannya anakmu juga udah gede ya? Dimana dia? Kok dari tadi ngga kelihatan?" "Dia ada di Jakarta. Setelah lulus kuliah, dia balik ke Indonesia. Sekarang kerja di penerbitan buku." "Ehm wanita karir ya? Bagus. Oh, begini Ga, aku ada ide. Sebenarnya aku udah kasihan sama putraku yang sampai sekarang masih belum nikah, kalau aku boleh berharap, semoga putrimu juga belum menikah. Kamu tahu tujuan pembicaraan kita kemana kan?" "Mungkin pemikiranku sekarang mirip sama apa yang kamu pikir, karena wanita di dapur itu sudah ngebet banget minta Melan buat cepet-cepet nikah." Ucap Ayah Melan sembari menunjuk istrinya. Tanpa debat, kedua wanita yang telah selesai menyiapkan hidangan itu ikut menyetujui kesepakatan antara suaminya dengan catatan tidak ada paksaan. Bagaimanapun juga Melan dan Deri adalah satu-satunya anak kesayangan mereka. Papa dan Mama Deri akhirnya menginap di rumah Ayah Melan dan membatalkan pesanan hotel yang jauh-jauh hari sudah dibooking. Bukannya tanpa tujuan, hal tersebut sesuai permintaan Mama dan Bunda agar mereka bisa menyusun cara untuk pertemuan Melan dan Deri.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
579.9K
bc

Dua Cincin CEO

read
231.4K
bc

HELP ME - BAHASA INDONESIA (COMPLETE)

read
9.9M
bc

Hubungan Terlarang

read
501.1K
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook