Bab 2.

1002 Words
Caren terus menjepit tubuh pria yang memasukinya dengan kedua kaki, agar Gero menggoyangkan pinggulnya dengan semangat. "Ah, yang kuat!" pinta Caren. Gero tersenyum menatap wajah wanita yang telah berkeringat ini. Senyum itu begitu menggoda. "Kamu ingin aku lebih cepat?" Seperti orang bodoh, Caren mengangguk! Untuk pertama kalinya dia merasa Gero tampan sekali. Padahal dia mau bersama Gero hanya karena ingin melihat Lily di campakkan. Gero menggoyangkan lebih cepat setelah Caren meminta. "Tenang, sayang! Aku akan memuaskanmu." Ucap Gero sambil menyunggingkan senyuman. Dia menghujam Caren hingga sangat dalam. Berulang kali dan terus menerus. "Ah, Aw, ah" Caren merasakan pisang pria yang menggauli dirinya saat ini, masuk ke dalam inti Caren, membuat dirinya merasakan perih. Gero menggigit bibir menatap Caren. "Kenapa?" Tanya Gero mendengar rintihan. “Kamu kesakitan? Bukanlah ini pilihanmu sendiri? Jangan buat aku merasa bersalah. Kau yang memulai, harus berapa kali aku mengatakannya.” "Tidak apa-apa, Jangan tatap aku seperti itu!" Caren menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. "Teruskan, jangan stop dulu." Dia mengapit kuat pinggul Gero agar segera menggoyangkannya kembali. “Pandangan matamu itu seperti sedang mengejek saja Gero menerima respon dari Caren dan melanjutkan aksinya tadi. "Hahaha, Kamu sudah tahu ini enak, bukan?" Gero tertawa dan dengan semangat menghujam kembali. Tetesan air keringat telah membasahi keduanya. Tetesan itu simbol gairah antara mereka yang sangat kuat. Gero mengangkat tubuh wanitanya hingga berada duduk di pangkuan. Dia menggoyangkan kembali tubuhnya dan dibantu oleh Caren yang menggenjot pinggulnya kembali, suara teriakan itu bercampur kembali dengan decapan kulit saling bersentuhan. Pria itu mengecup dan melumat puncak berharga Caren yang menggantung! PLAK, tamparan keras pada puncak tersebut membuatnya terkejut. Sensasi gila yang luar biasa membuat mereka berdua tak lagi melihat jam dinding. Gero tidak menyia-nyiakan. Dia mengecup dan melumat puncak gunung Caren yang sudah mengeras lagi dan lagi. Sensasi ini sangat memuaskan Gero. "Jangan di gigit, ah! Kamu benar-benar gila." Caren merasa prianya sudah terlalu b*******h. Dia tega menggigit puncak milik Caren. “Kau melakukannya dengan kasar, dan aku benci itu.” Gero menganggukkan kepala dan langsung merebahkan dirinya diatas ranjang. Kini giliran Caren yang menggoyangkan pinggulnya. Terlihat pria itu sudah kelelahan, maka dia yang menggoyangkan pinggulnya naik turun. "Ah," Desahan Caren yang menikmati pisang Gero yang besar dan panjang. Keduanya berulang kali mendesah, saling bersahutan. Gero mengenai inti terdalam milik Caren. Goyangan itu pun semakin kuat hingga terasa kalau pisangnya akan mengeluarkan cairan. "Jika kamu tidak ingin aku kembali pada Lily, maka kamu harus mendengarkan aku, aku ingin seks, aku suka ini, Aku bersamamu karena dia tak bisa memberikannya, jadi jangan salahkan aku atau siapapun. Aku benci melihat dirimu yang seperti ini.” Caren mengangguk, "Aku tidak akan membantah kamu sayang, tapi ingat aku tidak suka kamu menemui dia. Lily tidak selevel denganku,." Gero berdiri dari duduknya, dia lalu mengarahkan pisangnya pada mulut Caren agar wanita itu memakan sisa cairannya. Wanita itu pun membuka mulutnya, cairan itu mengalir, Dengan nikmat Caren menyedot hingga cairan itu tandas. Gero mengerang, dia sangat menikmati setiap momen tersebut, rasanya geli sekali. Caren yang menungging membuat Gero menyeringai, dia sesekali tertawa karena wanitanya sangat pandai mengambil hati. Tidak ada yang Gero perlukan selain rileksasi seperti ini. Dia mencintai Lily, tapi tidak dengan gadis yang kini berada di hadapan dirinya. Semua ini hanya nafsu belaka. “Aku ingin bersama denganmu lebih lama! Tapi kau tidak memiliki perasaan, seharusnya melakukan ini lebih lembut lagi. Aku percaya kau akan mendapatkan kenikmatan yang lebih. Ayo coba posisi ini!” Caren duduk di pangkuan Gero, dia menyelinap di antara kedua kaki pria itu. pisang Gero masuk bergitu dalam hingga dia menarik napas berulang kali. Caren ingin tertawa melihat wajah Gero. Dia harus tahu betapa nikmat dirinya dan Lily tidaklah pantas. Walaupun tidak sekarang, tapi Caren berjanji dalam hatinya bahwa Gero akan menyesal seumur hidupnya. Dia tidak akan mendapatkan apa yang di inginkan. Sekarang sudah saatnya untuk melakukan keinginan hati. “Kau tahu, aku ingin kita sesekali menginap dan rekreasi bersama. Malamnya aku akan menyelinap ke kamarmu. Kita akn menghabiskan waktu berdua. Lily tidak akan tahu karena tidurnya seperti batu.” Gero terkekeh, “kau bisa saja jika sedang mengejeknya sepeerti ini, aku geli sekali!” “Apa kau meminta aku untuk bertahan?! saat melihat wajahmu puncak benda berharga milikku ini akan mengangnga dan mengharapkan sentuhan yang luar biasa. Mana bisa aku menahan diri, ini adalah hal yang paling penting bagi setiap pasangan.” “Kau sangat pandai sebagai wanita, pria yang ada di sampingmu pasti akan sangat bahagia seperti aku saat ini. Rasanya dunia ini penuh dengan bunga-bunga! Aku suka sekali, jadi kita tidak akan membutuhkan siapapun kecuali satu sama lain.” Caren terkekeh, dia menyambut kembali pisang Gero yang mengeras, melumatnya hingga pria itu mendesah tidak karuan. Jantungnya berdebar hebat! Tidak ada kata yang bisa menunjukkan betapa gila tingkah mereka di balik perselingkuhan ini. “Besok Lily akan bertemu denganku, apa kau akan ikut? Jika iya, maka aku akan membawa pakaian dalam yang lain. Aku tidak ingin tercium wangi sperma.” Gero terkekeh lagi, “jika kau menginginkannya maka aku akan siap sedia. Kita bisa melakukannya di mobil atau di toilet. Pilih saja yang aku inginkan di bagian mana, aku akan ikut saja!” Gero merapikan rambut Caren hingga gadis itu tersipu malu. Dia menatap lamat wajah Gero, tak ada rasa cinta di sana! Tapi hatinya sangat ingin memiliki Gero. “Kenapa melihatku sampai seperti itu?! apa aku cukup tampan?!” “Kau sangat tampan, kalau tidak bagaimana bisa aku jatuh hati padamu. Tapi tampan itu relatif, bukan? Bisa saja sewaktu-waktu aku tidak menyukai dirimu lagi.” Gero mengusap bibir Caren. “Kau akan selalu menginginkan aku karena tak ada yang lebih baik dari seorang Gero. Jadi diamlah di tempatmu dan tatap saja langit-langit kamar yang terisi penuh wajahku, sayang!” “Cih, kau benar-benar gila sekali. Sekarang aku ingin melakukannya sekali lagi sebelum pulang, apa kau sanggup?!” Gero langsung membalikkan tubuh Caren dan menindihnya. “Aku bsia melakukan apapun yang aku suka jadi jangan khawatir. Ini adalah yang paling awal hubungan kita. Aku akan membahagiakan dirimu, Caren! Kau luar biasa.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD