Gugur

2121 Words
Kenzo masuk ke dalam kamar dengan membawakan sepiring sarapan untuk istrinya dan juga sussu hangat yang sudah disiapkan oleh mamanya. Kenzo meletakkan piring dan gelas sussu ke atas nakas. Di dalam kamar dirinya tidak menemukan keberadaan istrinya. Kenzo menatap ke arah kamar mandi yang masih terbuka itu, melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi dengan sedikit lebih cepat. Ini sudah lebih dari setengah jam saat dirinya keluar meninggalkan istrinya di kamar mandi tadi. Kenzo benar-benar akan memaki dirinya sendiri jika istrinya benar-benar masih ada di dalam kamar mandi. "S*al." Gumam Kenzo pelan saat melihat istrinya yang masih ada di dalam bathtub yang ada di kamar mandinya itu. Kenzo berlari dan mendekati istrinya, melihat warna air yang berubah merah membuat Kenzo terkejut dan langsung saja mengangkat tubuh telanjang istrinya dengan cepat. Wajah istrinya sudah pucat pasi dan dirinya benar-benar mengutuk dirinya sendiri karena meninggalkan istrinya begitu saja. Kenzo menurunkan istrinya di atas ranjang dan berlari ke arah almari untuk mencari pakaian ganti milik istrinya. Dengan cepat Kenzo memakaikan baju untuk istrinya, istrinya tidak sadarkan diri yang terlihat sangat lemas. "Apa yang Lo lakukan s*alan." Teriak Kenzo pada dirinya sendiri. Dengan tangan gemetaran dan takut, Kenzo pun membantu istrinya mengganti pakaiannya. Baru saja Kenzo ingin menggantikan baju untuk istrinya, mata istrinya terbuka dan terlihat sangat sayu. Kenzo mendekatkan wajahnya dan mencium kening istrinya dengan pelan. "Maafkan aku," kata Kenzo dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Sakit Ken," gumam Ara yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Kenzo. "Aku tahu, setelah ini kita ke rumah sakit. Aku pasti sudah gila karena membuatmu seperti ini." Jawab Kenzo kembali mengangkat tubuh istrinya dan berlari keluar kamar. Andini yang melihatnya pun ingin mengejarnya, tapi putranya benar-benar lari dengan cepat. Hingga akhirnya Andini hanya bisa menunggu dan mendapatkan kabar dari putranya itu. Setelah menidurkan istrinya di kursi belakang mobilnya, Kenzo pun langsung melajukan mobilnya dengan cepat. Kenzo melihat istrinya yang terus merintih kesakitan dengan memegangi perutnya. Ingin sekali Kenzo marah-marah saat itu juga, tapi dirinya tidak bisa karena keadaan istrinya terlihat sangat serius. Bagaimana jika terjadi apa-apa dengan istrinya? Dirinya pasti akan mati bukan? Sesampainya di rumah sakit, Ara langsung saja ditangani oleh dokter. Kenzo hanya menunggu di luar karena tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam. Selama pemeriksaan Ara masih membuka matanya dan terus mendengarkan apa yang dikatakan oleh dokter padanya. "Janinnya tidak bisa diselamatkan karena terlalu kecil, jadi demi keselamatan ibunya kita terpaksa harus menggugurkan janinnya." Suara dokter yang bersuara membuat Ara mengeluarkan air matanya. Sebenarnya apa yang ia lakukan sampai janinnya harus di angkat? Dirinya tidak melakukan apa-apa tadi. Tadi setelah suaminya pergi meninggalkan dirinya di dalam kamar mandi sendirian, Ara hanya merasa nyeri di perutnya dan memilih untuk berendam di dalam bathtub. Setelah itu dirinya tidak tahu apa-apa lagi dan tiba-tiba saat dirinya membuka mata suaminya sudah ada di depannya dan membantunya mengganti pakaiannya. "Tolong beritahu walinya." Kata dokter yang langsung saja membuat Ara menggelengkan kepalanya cepat. Dengan sedikit kesusahan Ara menarik jas putih milik dokter wanita yang tengah menanganinya itu. Dokter bername tag Gianina itu menoleh dan melihat ke arah Ara yang terus menggelengkan kepalanya cepat. Dokter Gia pun memanggil suster dan memintanya untuk menunggu sebentar. Dengan menahan sakitnya, Ara mengatakan pada dokter untuk melakukannya tanpa perlu mendapatkan persetujuan dari Kenzo. Ara tahu suaminya sudah berharap banyak padanya tentang janin yang ada di dalam kandungannya, selain itu Ara juga takut jika mendapatkan tuduhan menggugurkan anak laki-laki itu. Jadi lebih baik dirinya membersihkan semua ini sendirian, masalah anak dirinya bisa membuatnya nanti, dirinya bisa meminta suaminya untuk terus menyentuhnya hingga janin itu kembali mampir ke dalam perutnya. Jika semua itu benar-benar terjadi, maka Ara berjanji akan membesarkan anaknya dengan baik, terlepas dari masalah apapun yang menimpanya. Saat ini salahnya karena terus berdoa dan mengharapkan anaknya tiada, sekarang Tuhan menjawab doanya dan Ara tidak mengeluhkan tentang hal itu. "Jangan katakan apapun pada suamiku. Saya mohon pada dokter." Kata Ara lagi dengan menahan rasa sakit yang melandanya. Dengan pertimbangan yang matang, dokter pun akhirnya setuju. Ara di bawa ke ruangan yang berbeda, membuat Kenzo bingung saat melihat istrinya di derek keluar untuk menuju ruangan lain. "Ada apa?" Tanya Kenzo yang tidak mendapatkan jawaban apapun dari suster ataupun dokter yang tengah membawa istrinya itu. Kenzo berlari dan meraih tangan istrinya, melihat wajah istrinya yang semakin pucat, Kenzo pun merasa sangat bersalah dan tidak tahu harus mengatakan apa saat ini. "Aku minta maaf." Kata Kenzo yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Ara. Setelah masuk ke dalam ruangannya, Kenzo pun kembali menunggu. Mungkin setengah jam dirinya menunggu hingga akhirnya istrinya di bawa keluar dan dipindahkan ke ruangan rawat jalan biasa. Hari sudah berganti sore, dan istrinya belum juga membuka matanya. Bahkan Kenzo juga ingat jika istrinya belum memakan apapun sedari pagi. Semua itu salahnya dan salahnya. Ara membuka matanya perlahan, menatap ke arah suaminya yang menundukkan wajahnya itu. Ara mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah perutnya. Anaknya sudah tidak ada di dalam perutnya. "Kamu sudah bangun? Apa kamu lapar?" Tanya Kenzo saat baru sadar jika istrinya sudah membuka matanya itu. Ara terdiam, matanya menatap ke arah suaminya dalam diam. "Apa kamu tidak diberi pesan sama dokter untuk memanggilnya setelah aku sadar?" Tanya Ara dengan suara yang sangat pelan. Kenzo memukul kepalanya pelan, hal itu saja dirinya bisa melupakannya. Benar-benar laki-laki tidak berguna. "Tolong hubungi mamaku," pinta Ara yang langsung saja membuat Kenzo menghentikan langkahnya. Kenzo menganggukkan kepalanya pelan dan tidak berniat untuk menoleh ke arah istrinya. Suami macam apa dirinya yang tidak bisa menjaga istrinya sendiri dengan baik. Bahkan istrinya masih bergantung pada orang tuanya. Benar-benar sangat tidak layak untuk dijadikan seorang suami. Ara menggerakkan tangannya untuk mengelus perutnya yang terasa kosong itu. Dirinya benar-benar kehilangan janinnya seperti yang ia ingin dari awal. Lalu kenapa hatinya sakit? Dokter masuk ke dalam ruangannya setelah dirinya menunggu beberapa menit. Dokter menyapanya dan mulai memeriksa dengan hati-hati, bertanya beberapa hal yang mungkin saja menjadi keluhan Ara. "Jika ada yang sakit katakan saja, jangan di tahan." Kata dokter yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Ara. Saat ini yang terasa sakit adalah hatinya, hatinya benar-benar sakit saat mengingat jika dirinya telah kehilangan anak yang ada di dalam kandungannya. Dokter keluar bersamaan dengan Kenzo yang masuk ke dalam ruangan istrinya dengan membawa bungkusan bubur untuk istrinya. "Gimana kata dokter?" Tanya Kenzo yang langsung saja dijawabi gelengan oleh Ara. "Tidak apa-apa, hanya nyeri biasa." Jawab Ara berbohong. "Makan dulu, kamu belum makan apapun dari tadi pagi." Kata Kenzo mencoba untuk membujuk istrinya. "Kamu sudah menghubungi mama? Apa dia mau datang?" Tanya Ara dengan mata berkaca-kaca. Kenzo yang mendengarnya pun merasa sangat sakit hati, kesalahannya adalah menganggap Ara sama seperti Starla yang tegar pada semua hal yang dilalui oleh wanita itu. Ia melupakan fakta jika Ara adalah putri kesayangan dari keluarga yang sangat memanjakan putrinya. "Kamu marah padaku kan? Kamu boleh marah, kamu bisa memukulku, tapi tolong jangan kembali pada keluargamu. Aku janji akan memperlakukanmu dengan baik kedepannya. Aku tidak akan membentak ataupun berbuat kasar padamu." Kata Kenzo dengan sangat menyesal. Kenzo tahu perasaannya pada istrinya belum muncul sebanyak itu, tapi dirinya cukup yakin jika dirinya tidak bisa kehilangan sosok wanita yang sudah beberapa waktu menemani hari-harinya itu. "Kamu ingin menangis lebih keras daripada aku? Kamu sakit apa? Kenapa kamu ikut menangis?" Tanya Ara dengan kesal. Bahkan air mata dan juga isakannya sudah terdengar sangat keras. Dalam hatinya, Ara benar-benar memaki laki-laki yang menjadi suaminya itu. Bagaimana mungkin laki-laki itu mudah menangis hanya karena melihat dirinya menangis seperti ini? "Aku hanya bertanya apakah mama mau datang? Apakah itu sulit untuk dijawab?" Tanya Ara lagi yang langsung saja dijawabi gelengan oleh Kenzo. Kenzo mengusap air mata yang sempat keluar itu. Tangannya bergerak mengambil ponselnya dan menghubungi mama mertuanya. "Tadi mama bilang akan datang, jika kamu masih tidak percaya kamu bisa berbicara sendiri." Kata Kenzo seraya memberikan ponselnya pada istrinya. Saat telponnya tersambung, Ara langsung saja mengusap air matanya dengan cepat. Mengatur napasnya agar mamanya tidak tahu jika dirinya baru saja selesai menangis. "Mama," panggil Ara yang tidak bisa menahan air matanya keluar. "Mama, bawakan Ara bubur buatan mama. Ara rindu masakan mama." Kata Ara seraya menggerakkan tangannya untuk mengusap air matanya itu. Kenzo diam-diam ikut menangis saat mendengarnya. Bagaimana tidak? Istrinya saat ini tengah bersikap manja pada mamanya. Dirinya sebagai suaminya pun tidak pernah memberikan sedikitpun waktu untuk istrinya bermanja-manja padanya. Selama ini yang Kenzo lakukan dana pikiran adalah tidur bersama istrinya dan membuat istrinya mengerang di bawah tindihannya. Benar-benar sangat memalukan karena dirinya tidak pernah sekalipun berpikir untuk mencintai istrinya seperti istrinya mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. "Ara tidak apa-apa, Ara hanya banyak pikiran karena tidak terbiasa tidur ditempat yang bukan kamar tidur Ara. Ara juga kangen sama mama." Lanjut Ara yang lagi-lagi membuat Kenzo terdiam. Kenzo ingat, dirinya hanya memikirkan tentang perasaannya yang tidak bisa jauh dari mama papanya, dan melupakan fakta jika istrinya juga masih sangat bergantung pada orang tuanya. Ara mematikan sambungan telponnya setelah selesai mengatakan hal-hal yang ingin ia katakan pada mamanya. Ara mengusap air matanya sebelum akhirnya memberikan ponsel itu pada suaminya. "Maafkan aku, aku benar-benar tidak tahu kalau kamu tidak nyaman tidur di tempatku. Jika kamu bilang aku bisa mengatakan pada mama dan papa untuk tinggal di rumahmu." Kata Kenzo yang langsung saja membuat Ara terdiam dan menatap ke arah suaminya. Ara tahu, meskipun Kenzo bukanlah orang yang pengertian seperti Gibran, tapi Ara cukup tahu jika Kenzo orang yang sangat baik. Hanya saja kebaikan laki-laki itu tertutupi oleh napsunya yang sangat tinggi itu. "Ambilkan aku air, jangan sampai mama melihatku menangis seperti ini." Kata Ara memerintah suaminya. Kenzo pun mengangguk dan berdiri dari duduknya. Tangannya bergerak meletakkan ponselnya di atas nakas yang ada di sisi ranjang istrinya. Ara menatap ke arah suaminya yang berjalan memasuki kamar mandi yang ada di ruangannya itu. Sepertinya suaminya menempatkan dirinya di dalam kamar VIP. Ara menatap ke arah ponsel suaminya dan menghela napasnya pelan. Kemarin dirinya masih bisa melihat jika wallpaper ponsel suaminya adalah foto Starla, tapi dirinya tidak meributkannya karena dirinya juga tidak menaruh hati pada laki-laki yang menjadi suaminya saat ini. Ara pun masih menyimpan foto kekasihnya dulu di dalam galeri ponselnya. Siapapun juga tidak bisa membuka ponselnya karena ia kunci. Kenzo kembali dengan membawa air yang diminta oleh istrinya. Kenzo meletakkan gayung itu di samping ponselnya, bahkan laki-laki itu tidak memikirkan jika ponselnya bisa saja rusak kalau terkena air. "Ponselnya nanti rusak," kata Ara mengingatkan suaminya yang saat ini tengah membantu dirinya untuk duduk itu. "Tidak akan, tahan air kok." Jawab Kenzo setelah berhasil membantu istrinya duduk. Kenzo memegangi gayung itu di depan istrinya, membiarkan istrinya membasahi wajahnya dengan air yang ada di dalam gayung itu. Setelah selesai Kenzo pun menarik bajunya ke atas dan mengusap wajah istrinya hati-hati dengan bajunya. "Kamu ingin membuatku berjerawat?" Tanya Ara dengan kesal saat melihat suaminya membersihkan wajahnya dengan bajunya itu. "Nanti setelah sembuh kamu bisa merawat diri lagi." Jawab Kenzo seraya tersenyum lebar. Ara terdiam, menatap ke arah suaminya yang sudah tersenyum itu. "Jangan ceritakan apa-apa pada mama, bilang saja kalau aku hanya lemas dan tidak mau makan. Jangan membuatnya khawatir dengan karangan cerita yang ada di dalam kepalamu itu." Kata Ara dengan pelan. "Aku pikir aku juga tidak akan selamat jika papamu tahu cerita aslinya." Jawab Kenzo yang langsung saja membuat Ara terdiam. "Pergilah untuk mencuci wajahmu juga, sangat jelek." Usir Ara yang langsung saja dituruti oleh Kenzo. Kenzo kembali ke arah kamar mandi dengan membawa gayungnya, dirinya juga akan menuruti kata-kata istrinya untuk mencuci wajahnya yang jelek itu. Mungkin saja istrinya stress karena memikirkan wajahnya yang jelek setiap hari itu. Setelah mencuci wajahnya, Kenzo pun keluar dan melihat istrinya yang tengah memegangi ponselnya yang ada di telinganya itu. "Ara tidak apa-apa ma, nanti akan Ara sampaikan sama Kenzo." Kata istrinya yang langsung saja membuat Kenzo menepuk kepalanya pelan karena lupa belum menghubungi mamanya yang sedari tadi menghubunginya itu. Kenzo terdiam di samping ranjang istrinya, dirinya benar-benar ikhlas jika harus dimarahi oleh istrinya. Ara menurunkan ponsel suaminya dari telinganya, matanya menatap ke arah foto yang ada di layar ponsel suaminya itu. Ara tersenyum tipis seraya memberikan ponsel itu pada suaminya. Kenzo yang melihat istrinya tersenyum pun langsung menatap ke arah ponselnya di mana memperlihatkan foto Starla yang sangat cantik di matanya itu. "Aku akan menggantinya." Kata Kenzo dengan cepat. "Tidak apa-apa, lagi pula aku juga tidak suka sama kamu. Kamu bebas menyukai siapa saja." Jawab Ara yang langsung saja membuat Kenzo terdiam saat mendengarnya. "Kenapa kamu tidak mengangkat telpon dari mama? Dia sangat khawatir di rumah." Tanya Ara yang langsung saja ingat dengan mama mertuanya yang tengah mengkhawatirkan dirinya itu. "Aku lupa menghubunginya tadi." Jawab Kenzo dengan suara pelan. Kenzo masih diam, tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh istrinya perihal perasaan wanita itu padanya. "Jangan ulangi lagi lain kali, membuat orang tua khawatir itu tidak baik." Lanjut Ara seraya membaringkan tubuhnya untuk istirahat. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD