Wake Me Up

1829 Words
Lena kecil sedang tertawa keras bersama kedua orangtuanya di sebuah padang rumput yang indah dengan langit biru tanpa awan membentang luas. Mereka nampak harmonis, dan siapapun yang melihatnya pasti akan menyangka bahwa mereka keluarga bahagia. Tiba-tiba, Lena kecil berada di sebuah peternakan milik ayahnya. Kebakaran besar terjadi disana. Dan Lena kecil yang berada di dalam kini terbatuk-batuk sambil terus memanggil Ayah dan Ibunya. Hanya saja terlambat, semuanya habis. Tidak ada yang tersisa, termasuk Lena. Sampai Lena melihat tubuhnya sendiri yang terbaring kaku di sebuah peti dengan mata terpejam. Ibunya terus menangis sedangkan ayahnya hanya diam dengan tatapan kosongnya. Lena terlonjak bangun dengan nafas yang terengah-engah. Astaga! Saat melihat ke sekitarnya, barulah ia bisa bernafas lega. Hanya mimpi. Yah, ternyata hanya mimpi buruk. Syukurlah. Lena menoleh ke arah pintu kamar Daren yang masih tertutup rapat, ia tidak tahu mungkin saja pria itu telah pergi atau masih tertidur di dalam sana. Lena mencoba mengabaikannya. Masih sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah. Lalu ia mengambil segelas air dan langsung menenggaknya habis. Lena tiba-tiba menerawang jauh, sudah tiga hari ia berada ditempat ini. Jika bukan karena malam itu, mungkin semuanya masih terasa baik-baik saja untuk tinggal ditempat ini. Disini, Lena tidak perlu memikirkan banyak hal. Lagi pula... Kalau dipikir-pikir selama tiga hari ia berada disini, apakah ada yang mencarinya? Atau merasa khawatir? Dan berpikir bagaimana kondisinya selama ini? Lena baru menyadari satu hal, bahwa selama ini ia hanya berada disekitar orang-orang munafik yang egois dan juga tidak pernah ada di saat dia membutuhkannya. Hal yang begitu klise memang. Lena berdecak. Tiba-tiba kembali terpikirkan tentang mimpinya yang terasa begitu nyata tadi. Dan mimpi itu mengingatkannya pada kedua orangtuanya. Sedang apa ya mereka sekarang? Setelah ia memutuskan tinggal berpisah jauh dari mereka untuk mencari kebebasan yang sampai saat ini belum Lena temukan, kadang ia merindukan untuk kembali kepada orangtuanya. Tapi, mau di simpan dimana wajahnya saat orangtuanya mengetahui ia kembali dengan kondisi seperti ini? Kehidupannya kini sungguh sangat menyedihkan. Lena menatap marah ke arah pintu kamar pria b*****t itu. Dia bersumpah, setelah ia membunuh Edwin, ia akan menunggu giliran untuk membunuh pria b*****t itu juga! Lihat saja! Suara keroncongan diperutnya menyadarkan Lena dari lamunannya itu. Ia menggeleng keras, lalu mengusap tenguknya sambil mendesah kasar. Mencoba mengabaikan lamunannya tadi ia menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya, berharap pikirannya akan segar kembali setelah itu. Setelah ia membasuh mukanya, Lena kembali mengobrak-abrik isi lemari es milik Daren. Benar-benar surga, pria itu suka memasak itulah alasannya lemari es ini penuh dengan bahan-bahan makanan. Lena tersenyum puas lalu mengeluarkan bahan-bahan apa saja yang perlu ia masak. Dia melihat ke sekitar. Tempat ini benar-benar sunyi dan sepi. Mungkin, ia perlu meramaikannya sedikit. Dan ia tersenyum puas saat  melihat ke sebuah tape kecil yang berada di deretan rak yang menyimpan barang-barang elektronik. Dengan bersemangat, Lena menyalakan tape tersebut. Mencari saluran radio yang biasanya ia dengar saat pagi hari. Kebetulan, saluran tersebut sedang memutar salah satu lagu favorit Lena dari Sheryl Crow - Sweet Child Of Mine dan dengan sengaja ia memutar lagu tersebut dengan volume yang kencang . Lena tersenyum antusias lalu kembali ke pada niat sebelumnya untuk memasak. Melakukan kegiatan seperti ini membuat Lena merasa seperti berada di apartemen kecilnya. Oh. Sungguh, dia sangat merindukan kehidupan lamanya. Jika bukan karena Edwin yang telah menghancurkan hidupnya. Seharusnya sampai saat ini semuanya masih baik-baik saja. Ia mengiris bawang dengan sedikit bertenaga saat Mengingat nama Edwin sialan itu. Bawang yang sedang di irisnya kini berubah menjadi wajah Edwin yang sedang mencibirnya. Hal itu semakin membuat Lena membabi buta mengiris bawangnya seakan ia sedang membunuh pria itu. "Aku akan membunuhmu! aku akan membunuhmu! aku akan membunuhmu!" teriak Lena sambil terisak perih efek bawang yang ia iris. "Ooo~ouoo~ooo... Sweet child of mine~" Lena bersenandung setengah berteriak. Lebih tepatnya ia sedang meluapkan emosinya, kemarahan dan kebenciannya pada kehidupannya ini. Lena semakin melengking kan suaranya. Sampai ia tersentak ketika lagu yang sedang ia putar tiba-tiba terhenti. "Kau! Kenapa kau matikan lagunya?!" teriak Lena kesal, melihat Daren yang tiba-tiba datang dengan wajah murkanya. "Kenapa? Kenapa kau bilang?! Seharusnya aku yang bertanya! Apa yang kau lakukan sepagi ini di apartemenku? Dan mengganggu tidurku, hah?!" Oh, pantas saja, pria itu keluar hanya memakai kaos polos berwarna hitam dan celana training abu. "Mana ku tahu kau masih tidur! Lagi pula tempat ini terlalu sunyi, dan aku butuh sedikit kebisingan agar aku tidak terlalu merasa seperti di penjara!" balas Lena tak mau kalah.  "Kau juga mau menghancurkan apartemen ini dengan suara sialan mu itu hah?! Ah tidak, aku yakin jika aku tidak menghentikanmu sekarang, satu gedung ini akan hancur karena suaramu. Sialan Lena, aku bersumpah jika kau menyanyi lagi. Aku akan membunuhmu!" desis Daren dengan gigi yang bergemeletuk karena marah. Wanita ajaib ini tidak pernah melewatkan sehari pun untuk membuatnya marah. Lena membelalak. Hei! Sebelum kau membunuhku, aku akan membunuhmu terlebih dahulu! Lalu, ia berpikir apa suaranya seburuk itu tadi? "Bunuh saja aku! Aku tidak peduli!" Daren memijat pelipisnya yang berdenyut kencang. Selalu seperti ini, saat bersama wanita ajaib itu. "Dan kau sudah ku peringatkan untuk tidak menyentuh barang-barang di dapurku. Sebelum aku memberi ultimatum padamu, hentikan aktivitas mu saat ini dan duduk manis disana. Mengerti?" Daren berkata dengan perlahan, berharap wanita itu akan mengerti dan mematuhi perintahnya. Mungkin ia terlalu keras pada wanita itu sehingga ia tidak mau mendengarkannya. Jika Lena tahu pria itu masih disini, dengan senang hati dia akan menunggu pria itu yang akan memasak sarapannya seperti kemarin sambil  duduk manis. Tapi Lena tetaplah Lena, dia tidak akan berhenti mengganggu pria itu sebelum salah satu di antara mereka memilih untuk mengalah. "Ups. Aku menyentuhnya." Dengan sengaja Lena menantang Daren dengan senyum usilnya. "Aw, aku menyentuhnya lagi. Bagaimana ini?" Lena menyentuh seluruh barang yang berada di dapur Daren tanpa takut sama sekali. Melihat itu, Daren hanya bisa menghela nafasnya berat. Sambil mengacak-ngacak rambutnya dengan wajah frustasi, ia menarik kursi dari meja makannya dan duduk memilih untuk mengalah. "Lakukan apa yang ingin kau lakukan." kata Daren pelan. "Tapi!" Daren menyanggah cepat sambil menunjuk ke arah Lena. "Jangan pernah menyanyi lagi di tempat ini! Ingat itu!" desis Daren memperingatkan. Lena terkekeh puas, dia tidak akan pernah kalah dari pria itu! Lihat saja bagaimana wajah frustasinya sekarang. Berapa lama lagi ia akan sanggup bertahan hidup dengannya? Dengan sengaja Lena bersenandung kecil untuk kembali membangkitkan emosi pria itu. Dan Daren hanya bisa menggeram keras. Meratapi tempatnya yang sudah tak sedamai dulu lagi... *** Lena menghidangkan sayur bayam bersama telur ceplok yang sudah di hias seperti wajah monster di hadapan Daren. "Makanlah. Aku tidak akan melakukannya sering-sering loh!" Daren mengernyit melihat telor ceplok itu. Lalu ia lebih terheran lagi, melihat telur ceplok bagian Lena yang berhias wajah wanita yang sedang tersenyum dengan mahkota yang di buat dari sosis. "Apa-apaan ini?" "Ini, kau si tukang marah. Kau harus bercermin saat kau marah padaku! Kau persis sekali seperti monster yang kalah melawan Ultraman dan ini, aku yang baik hati seperti putri kerajaan. Mirip kan?" "putri kerajaan yang baik hati?"Daren ingin memuntahkan isi perutnya yang masih kosong saat ini juga. "Katakan padaku alasannya kenapa aku harus memakannya? Kau tidak menaruh racun kan?" Lena tertawa hambar sambil memutar bola matanya kesal. "Alasannya, karena aku memasaknya untukmu. And every i***t know jika makanan ini untuk di makan bukan untuk di jadikan pajangan. Kau tahu makan kan? Atau perlu ku ajari bagaimana cara makan? Ah dan racun? Hmm, tadinya aku berniat untuk melakukan itu. Tapi aku sedang menunggu waktu yang tepat. Agar semuanya terancang dramatis." Daren menaikan sebelah alisnya mendengar jawaban Lena tanpa minat. Ia beralih menatap masakan yang di buat Lena dengan kening yang berkerut tak berselara. "Jika kau tak mau memakannya, tinggal katakan dari tadi! Tak usah menatap makanan tak berdosa itu dengan pandangan jijik! Kau bisa memasak sendiri bukan? Kemarikan, aku yang akan menghabiskannya!" omel Lena yang geram melihat tingkah Daren seperti itu. Ketika Lena menarik mangkup sup dan piring telur ceplok bagian Daren, dengan cepat pria itu langsung menjitak kening Lena dengan sendok di hadapannya. "Diam. Aku akan menghabiskannya." desis Daren masih berusaha menahan emosinya. Lena mengelus keningnya pelan sambil mengumpat Daren karena kesal. Namun saat melihat Daren mulai melahap sayur bayam dan telur berwajah monster itu dengan tenang barulah Lena tersenyum tipis. "Aku pernah membaca di tabloid kalau bayam bagus untuk membantu penyembuhan luka memar di wajahmu itu. Kalau kau berwajah buruk rupa seperti itu pasti tidak akan ada wanita yang mendekatimu kan?" Daren menatap Lena dengan tatapan tajam lalu memberi isyarat untuk menutup mulut ajaibnya itu. Dan Lena terdiam sampai mereka menghabiskan masakannya. Tidak ada yang saling beradu mulut lagi, ketika Daren memilih untuk mandi dan bergegas pergi tanpa menghiraukan keberadaan Lena saat ini. Meninggalkan wanita itu dalam kesunyian yang merayapi apartemennya. Lena mendesah kasar. Wanita itu juga pada akhirnya memilih untuk mandi sambil berendam, untuk meregangkan tubuhnya yang terasa penat akhir-akhir ini. *** Daren kembali dengan tubuh yang terasa sangat pegal. Banyak sekali yang ia pikirkan. Tentang perusahaannya dan juga Alex. Pria itu berhasil meruntuhkan usaha Tom Clark secara perlahan dan menjebloskannya ke dalam penjara. Dan masalah besarnya, ia menjadikan Mia Clark, sebagai umpannya. Daren tidak dapat membayangkan lagi masalah besar yang akan silih berdatangan setelah ini. Ia benar-benar merasa lelah saat ini, sampai ia mendengar sayup-sayup suara acara telivisi yang menyala. Daren menuju ke asal suara, dan menemukan wanita ajaib itu sedang tertidur pulas dengan remote televisi yang masih ia genggam. Sepertinya ia tidak sengaja tertidur saat menonton televisi tadi. Ia sempat melupakan wanita peliharaan yang ia tinggalkan di apartemennya ini. Namun, Daren tersentak sendiri. Tiba-tiba membayangkan bagaimana wanita itu akan berteriak padanya ketika ia mengatakan padanya sebagai wanita peliharaan. Hmm... Daren mengamati wajah wanita ajaib itu dengan seksama. Ternyata wanita itu lebih baik kelihatannya dalam keadaan tertidur dengan tenang seperti ini, dia tidak akan melawan, berteriak atau membantahnya lagi. Apa ia harus membuat wanita ini tertidur selamanya? Daren tersenyum kecut sambil menggeleng malas. Ia menelusuri tubuh wanita yang sedang terbaring itu dengan pandangan menilai. Dan matanya menggelap ketika wanita itu bergerak mencari posisi yang nyaman hingga rok dress nya tersingkap memperlihatkan paha putihnya yang tampak halus. Sialan. Daren kembali merasakan gairah itu lagi. Ia kembali menatap wajah cantik yang akan terlihat begitu polos hanya saat dia tertidur saja. Dan hal itu membuat Daren menggeram tidak peduli. Ia membuka satu kancing kemeja yang mencekik lehernya lalu menindih tubuh wanita itu, memberinya kecupan kecupan di sekitar wajah dan lehernya sebagai perangsang untuk membuat wanita itu terbangun.  Dan Lena terbangun karena terkejut, hampir saja ia terjatuh dari sofa jika bukan Daren menahan tubuhnya. Daren kembali mengecup wajah Lena dengan bernafsu. "Kau!" Lena masih terkejut, sambil berusaha mengumpulkan kesadarannya. "ya ini aku." Jawab Daren dengan suara parau lalu menyergap bibir wanita itu agar menghentikan segala bantahannya.  Lena yang belum siap, hanya bisa membelalakkan matanya dan berusaha mendorong tubuh pria b*****t itu, namun usahanya sia-sia karena Daren tak membiarkan hal itu terjadi. Pada akhirnya, Lena kembali di buat tak berkutik oleh perlakuan Daren. Dan Daren membawa mereka berdua ke dalam pusaran gairah yang tak bisa Lena tolak begitu saja. Sampai mereka berteriak lantang mendapat pelepasan yang mereka inginkan.  tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD