Mau Pulang Bersama?

1117 Words
Hening. Sejak tadi Romeo hanya diam di ruangannya, mengetuk meja kerjanya beberapa kali. Rasanya sudah tidak sabar menunggu Ian memberikan kabar. Bahkan, sudah beberapa kali dia mencoba mengusir rasa tidak nyaman yang dirasakan. “Astaga, aku rasa aku benar-benar tidak akan bisa fokus kalau seperti ini terus. Aku bahkan tidak bisa berpikir dengan benar dan terus terpikir tentang gadis itu,” gumam Romeo dengan rahang mengeras dan tangan mengepal. Apa benar dia masih ada hubungannya dengan Aldi. Kalau bukan, kenapa wajahnya begitu mirip, batin Romeo kembali berpikir. Sejenak, dia menarik napas dalam dan membuang pelan, berusaha mengusir pikirannya yang kembali dibuat kacau. Perlahan, dia mulai bangkit dan melangkah ke arah belakang kursi kerjanya. Dia hanya diam, menatap bangunan besar yang terdapat di depannya. Hening. Tidak ada kegitaan apa pun di dalam ruangan tersebut. Romeo hannya memilih diam dengan tatapan datar dan tangan dimasukan ke dalam saku celana. Hingga terdengar ketukan pelan yang memnbuatnya hanya melirik sebentar dan kembali mengalihkan pandangan. “Permisi, Tuan,” ucap Ian dengan sopan. Romeo yang mendengar suara Ian langsung membalik tubuh dan menatap anak buahnya serius. “Kamu membawa informasinya?” tanya Romeo serius. Ian hanya menganggukan kepala. Dia mulai melangkah pelan dan menuju ke arah meja kerja atasannya. Wajahnya tetap tidak menunjukan senyum sama sekali. Romeo yang melihat memilih kembali ke meja dan melihat dokumen yang baru saja diletakan anak buahnya. Diam. Manik matanya mulai mengamati beberapa berkas yang dibawa oleh Ian. Keningnya semakin berkerut dalam ketika tidak melihat apa pun yang berhubungan dengan Aldi di dalam berkas tersebut, membuatnya mendongak dan menatap ke arah Ian lekat. “Kamu sudah pastikan semua dokumen ini benar?” tanya Romeo serius. “Benar, Tuan,” jawab Ian tidak kalah serius. “Bos tempat di mana gadis itu bekerja bahkan sudah memberikan kartu keluarga dan di situ hanya ada dia seorang. Bosnya mengatakan sejak awal dia hanya tahu kalau Sella adalah gadis sebatang kara dan tidak memiliki saudara. Di kampusnya pun saya mendengar penjelasan yang sama. Tidak ada nama lain di semua dokumennya, Tuan,” jelas Ian. Romeo yang mendengar hanya diam, masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan anak buahnya. Manik matanya menatap ke arah nama orang tua Sella yang terdapat di kartu keluarga gadis tersebut. Namun, seketika ingatannya mengabur, membuatnya membuang pelan dan menyandarkan tubuh. “Aku tidak mengenal keluarga Aldi sama sekali. Siapa orang tuanya dan siapa saudaranya, tetapi aku yakin bahwa gadis itu ada hubungannya dengan Aldi,” gumam Romeo dengan penuh percaya diri. Dan aku yakin dengan itu, batin Romeo sembari bangkit dan menatap Ian serius. “Aku ingin memastikan beberapa hal, Ian. Jadi, saat ayahku datang, katakan dengannya aku sedang ada urusan di luar dan kamu pastikan ayah jangan tahu mengenai hal ini. Bakar semua dokumennya dan bersihkan pekerjaan kamu,” perintah Romeo tegas. Ian yang mendengar perintah tersebut hanya menganggukan kepala, menurut dengan apa yang dikatakan Romeo. Dia mulai mengambil berkas yang baru saja diberikan dan menatap Romeo yang mulai melangkah pergi. Sebenarnya ada urusan apa tuan mencari tahu mengenai gadis ini, batin Ian mulai penasaran. Sedangkan Romeo, dia terus melangkah keluar ruangan dan memasang wajah datar. Aku akan pastikan sendiri dengan orangnya. Aku benar-benar penasaran dan tidak akan tenang jika belum mengetahui yang sebenarnya, batin Romeo. ***** Sella menarik napas dalam dan membuang pelan. Dia mulai menghentikan langkah dan menatap ke arah jalanan yang masih terlihat ramai. Masih ada beberapa angkutan umum yang melintas di jalanan, membuatnya mengulas senyum tipis dan kembali mengeembuskan napas pelan. “Astaga, kamu harus semangat, Sella. Hanya butuh beberapa kilo meter lagi agar kamu sampai rumah,” ucap Sella menyemangati diri sendiri. Kamu pasti bisa. Jangan buat Inka semakin susah karena kamu yang mulai tidak memiliki uang, batin Sella menguatkan diri sendiri. Lagi. Dia kembali mengayunkan kaki dan melanjutkan langkah, berusaha menikmati sore hari yang begitu menenangkan baginya. Namun, baru beberapa langkah dia berjalan, manik matanya menatap seseorang yang terasa tidak asing baginya. Dia mulai memelankan langkah dan menatap pria di depannya serius. Namun, Sella yang sudah mengingat memilih mengabaikannya. Dia kembali melanjutkan langkah dan tidak mempedulikan keberadaan Romeo di depannya. Romeo yang melihat hal tersebut langsung melangakh ke arah lain, membuat langkah Sella kembali berhenti. “Anda pria yang tadi di supermarket, kan?” tanya Sella dengan tatapan kesal karena lagi-lagi Romeo menghambat perjalannya. Romeo yang mendengar pertanyaan Sella hanya diam, menatap gadis di depannya lekat. Sella yang melihat kelakuan Romeo berdecak kecil dan memutar bola mata pelan, menatap pria tersebut lekat. “Anda itu mau apa? Kenapa sejak tadi menghalangi jalan saya?” tanya Sella dengan nada formal dan tatapan tidak bersahabat. “Ada beberapa pertanyaan yang harus aku tanyakan dengan kamu,” jawab Romeo dengan tatapan serius. “Selain itu, bisa jangan menggunakan bahasa formal? Kamu bukan karyawan dan anak buahku. Jadi, bersikaplah seperti biasa,” tambah Romeo merasa kesal karena ulah Sella. Sella berdecak kecil dan menatap Romeo lekat. “Katakan apa yang mau kamu bicarakan. Aku tidak memiliki waktu untuk meladeni kamu,” ucap Sella malas. Pasalnya, dia sudah merasa lelah, tetapi pemuda di depannya semakin membuatnya lelah dengan menghalangi jalannya. “Aku mau bertanya, apa kamu memiliki hubungan dengan Aldi?” tanya Romeo tenang. “Aldi Baylor,” tambah Romeo ketika Sella hanya diam. Seketika, Sella yang mendengar membelalakan mata, menatap ke arah Romeo dengan pandangan tidak percaya. “Kamu mengenalnya?” tanya Sella masih menatap Romeo lekat dan mendapat anggukan dari arah Romeo. “Apa kamu ada hubungan dengannya?” Romeo kembali bertanya, menatap ke arah Sella lekat. Rasanya sudah benar-bebar penasaran dengan apa yang menjadi jawaban gadis tersebut. Sella yang mendengar langsung mengangguk pelan, membuat Romeo mengulas senyum. Kali ini, terlihat keramahan yang membuat Sella diam dengan mata mengamati. “Dia kakakku,” jawab Sella dengan tatapan polos, membuat Romeo semakin menarik kedua sudut bibirnya dan membentuk senyum lebar. Kenapa aku merasa dia tidak baik sama sekali, batin Sella curiga. “Perkenalkan, aku Romeo. Aku salah satu teman kakak kamu,” ucap Romeo ramah. Bahkan, kali ini dia sudah mengulurkan tangan, membuat Sella yang melihat terpaksa menjabat tangan Romeo dan menariknya cepat. “Kamu mau ke mana?” tanya Romeo. “Pulang,” jawab Sella singkat. “Kalau begitu, kamu pulang denganku saja,” ucap Romeo. “Tidak perlu, aku bis ....” “Tidak apa,” sela Romeo. “Aku tidak akan macam-macam dengan kamu. Aku itu teman kakak kamu dan dia selalu baik denganku. Jadi, aku tidak mungkin melukai adiknya,” lanjut Romeo dengan tatapan meyakinkan dan penuh permohonan. Sella yang melihat membuang napas pelan dan memilih mengangguk, membuat Romeo mengulas senyum lebar dan tatapan bahagia. “Ayo,” ajak Romeo bersemangat. Entah kenapa, aku merasa ada hal aneh dengan pria satu ini, batin Sella masih menunjukan kecemasan di wajahnya. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD