2. Masa Lalu Yang Menyakitkan

1538 Words
Mereka berdua terdiam satu dengan lainnya. Masa lalu telah membuat Nalaya merasa sakit hati. Layaknya adegan drama Korea, mereka hanya saling tatap. Laki-laki itu tampak sangat terkejut. "Nalaya." Nalaya menjawab singkat ucapan Tobi. Tobi masih terkejut dengan keadaan ini. Ia tidak menyangka akan kembali dipertemukan dengan gadis yang kini ada di depannya. Nalaya bersikap seolah tidak saling kenal. Masa lalu membuatnya terlalu membenci sosok di depannya itu. "Jadi, kamu bekerja di Kedai Kopi Sejuta Kenangan?" tanya Tobi dengan susah payah. Nalaya tidak menjawab karena merasa pertanyaan itu memang tidak memerlukan jawaban sama sekali. Bukan sebuah pertanyaan melainkan pernyataan dari seorang Tobi. Sosok yang membuat Nalaya membenci kaum adam. Nalaya bahkan sempat dikabarkan menjadi penyuka sesama jenis saat dekat dengan adik angkatannya itu. "Pak kalo kopinya udah diantar, kita bisa pulang cepat," kata Nalaya yang enggan berlama-lama di tempat yang sama dengan Tobi. Nalaya mengajak Tarno agar meninggalkan Tobi. Ia tidak mau jika terlalu lama di depan laki-laki tidak jelas itu. Tobi ingin sekali mengejar Nalaya. Akan tetapi, Vanya sudah lebih dulu memanggilnya. "Mas Tobi, kenapa sih di luarnya lama banget. Ayo kita ngopi dulu. Enak loh kopi ini. Jadi pengen kenal sama baristanya," kata Vanya yang sengaja membuat Tobi cemburu. Tobi sama sekali tidak terpengaruh dengan ucapan Vanya. Ia justru menatap kepergian mobil milik Kedai Kopi Sejuta Kenangan. Ternyata gadis yang dicarinya ada di depan mata. Akan tetapi, Tobi tidak akan berani mendekati Nalaya. "Liat apaan sih?" tanya Vanya yang merasa diabaikan oleh Tobi siang ini. "Enggak ada." Tobi lantas meninggalkan Vanya seorang diri saat ini dan segera masuk ke kantor. "Mas Tobiii! Ih nyebelin. Aku kenapa ditinggalin sih?!" Vanya berteriak sangat manja dan membuat banyak pasang mata menatap ke arahnya. Tobi merasa risih dengan tatapan banyak orang. Mereka tahu jika Tobi adalah anak dari pemilik perusahaan transportasi ini. Saat ini Tobi sedang turun jabatan. Tuan Reza marah besar karena ulah sang putra yang gemar gonta-ganti pasangan. Vanya mengejar Tobi hingga ke ruangan laki-laki tampan itu. Ia merasa tidak terima karena diabaikan begitu saja. Entahlah, Vanya merasa jika Tobi adalah kekasihnya yang paling sempurna. Padahal,Tobi sama sekali tidak pernah menggubrisnya. "Kamu jangan seperti itu. Ini di kantor. Aku ga mau Papa semakin keras menghukumku. Ingat satu hal, kita tidak ada hubungan sama sekali. Jadi, jangan bertindak seolah kamu adalah kekasihku. Aku tidak ingin berpacaran dengan siapa pun saat ini." Tobi menatap tajam ke arah Vanya yang kini berkaca-kaca. Tobi tidak akan peduli dengan apa yang terjadi pada Vanya. Ia mengatakan hal itu agar sang papa tidak lagi menghukumnya. Tobi tidak akan sanggup jika harus bekerja menjadi staf karyawan. Sebuah pekerjaan yang tentunya membuatnya sangat lelah. "Tapi aku cinta sama Mas Tobi. Orang tua kita saja sudah saling kenal." Vanya kali ini terisak agar Tobi tidak lagi galak padanya. "Kamu keluar sebelum aku habis kesabaran!" Tobi saat ini tidak mau lagi berbasa-basi dengan Vanya. "Aku tidak akan peduli jika orang tua kita kenal," lanjut Tobi dan sukses membuat Vanya ketakutan. Vanya langsung keluar dari ruangan menejer pemasaran Gaara Grup ini. Ia berlari ke luar kantor sambil menangis. Satu kantor ini sudah tahu jika Vanya mengemis cinta Tobi. Sayang, laki-laki tampan itu sama sekali tidak menggubrisnya. Tobi mengembuskan napas dengan kasar. Ia menyadarkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia masih mengingat pertemuan singkat dengan Nalaya. Gadis itu masih sama, tetapi wajahnya sudah lebih cantik daripada saat kuliah dulu. Polesan riasan tipis pada wajah Nalaya, membuat wajah itu terlihat segar. Tobi tersenyum saat melihat wajah gadis masa lalunya itu. Kebetulan yang sangat mengejutkan. Semesta sedang berbaik hati saat ini, ia dipertemukan dengan Nalaya. Sementara itu, Nalaya kini duduk terdiam di salah satu sudut kedai kopi. d**a gadis manis itu mendadak sesak karena pertemuannya dengan Tobi. Astaga! Hari yang sial rupanya. "Pak Antonio!" Nalaya memanggil atasannya yang saat ini sedang berjalan menuju ke kasir. Antonio memberikan kode dengan tangannya agar Nalaya menunggu sebentar. Ia sedang ada urusan saat ini. Nalaya pun paham dan menunggu sosok atasannya itu. Ia akan mengeluarkan isi hatinya saat ini. "Ada apa Na?" tanya Antonio yang saat ini duduk di depan salah satu pegawainya itu. "Pak, bisa ga, Bapak batalkan saja kerja sama dengan Gaara Grup. Kita cari perusahaan transportasi online lainnya aja." Nalaya langsung pada topik yang membuatnya terganggu. "Ga bisa, Na. Semua sudah ditandatangani oleh Bos. Aku hanya pelaksana saja. Lagi pula, Gaara Grup itu perusahaan baru, jadi harapan kita semua mereka memberikan keuntungan bagi kedai kita," kata Antonio yang kali ini tidak bisa diajak kerja sama. "Pak, aku janji deh akan cari perusahaan yang lebih bonafide dari Gaara Grup." Nalaya masih saja membujuk Antonio yang ada di depannya itu. "Kamu seperti ada masalah?" tanya Antonio dengan mata memicing tajam. Ucapan Nalaya tentu saja membuat Antonio curiga. Gadis manis di depannya itu tidak pernah protes apa pun. Akan tetapi, sore ini berbeda, Nalaya tampak memprotes semua tindakan yang dilakukan oleh Antonio. Antonio tidak bisa menebak apa yang ada di dalam otak pelayan spesial satu ini. "Enggak ada, Pak. Lupakan saja permintaan saja. Saya permisi," kata Nalaya sambil melihat ke arah jam tangannya. Sudah hampir pukul empat sore dan sebentar lagi Nalaya akan berganti shift dengan yang lainnya. Nalaya selalu mendapatkan shift pagi karena sore harinya harus latihan Futsal bersama dengan tim-nya. Kegemaran yang membuat namanya melambung sebagai seorang atlet futsal. Nalaya berjalan menuju ke ruang ganti yang letaknya di belakang kedai ini. 'Kamu hanya mainan saja buat aku. Tidak ada yang spesial pada diri kamu. Aku bosan menjalani hubungan selama dua minggu ini. Dua minggu yang membuatku seperti di neraka!' Nalaya memejamkan mata saat harus kembali mengingat ucapan laki-laki itu. Ia adalah bahan mainan untuk Tobi dan keempat temannya. Hatinya sakit karena pernah jatuh cinta. Cinta untuk Tobi sangatlah tulus kala itu. "Ngelamun apaan? Masih sore, Na," tegur salah satu teman Nalaya yang juga sudah selesai jam kerjanya. "Eh? Enggak, Bi. Aku lagi capek aja," dusta Nalaya yang memang menjadi sosok tertutup selama beberapa waktu ini. "Ooh ... kita dapat kontrak kerja sam Gaara Grup 'kan? Semoga saja bonus dan gaji kita naik. Ga cukup atuh kalo gaji kita segini-gininya aja. Bayar kontrakan sama makan aja udah pas. Astaga! Bikin jiwa sosialitaku meronta-ronta." Bita masih saja mengoceh hal yang tidak jelas sama sekali. "Eh, kamu udah ketemu menejer itu belum? Tadi, kata Tarno menejernya ganteng banget. Beh, jadi pengen kenalan," lanjut Bita dengan penuh semangat delapan enam. Nalaya mengembuskan napas kasar. Tampan? Benar, Tobi memang tampan. Fisik Tobi pun atletis dan sangat menarik perhatian kaum hawa. Sayang, Nalaya terlanjur membenci laki-laki tak berguna itu. "Aku ketemu sebentar aja. Ga cakep-cakep amat. Masih cakepan idola aku," jawab Nalaya dan membuat Bita penasaran. "Idola?" tanya Bita yang merasa asing dengan ucapan Nalaya. Nalaya hanya tersenyum lalu menggeleng. Tidak akan ada yang paham siapa idola sahabatnya itu. Sebab, sang idola hanya ada di dalam hatinya. Astaga! Kehaluan tingkat kecamatan. "Aku duluan. Mau latihan soalnya," kata Nalaya yang kini sudah menenteng tas ranselnya. Nalaya pun meninggalkan Bita yang masih bertanya-tanya. Masa bodohlah, lagi pula Nalaya tidak akan membiarkan gadis manapun dekat dengan Bang Ney-nya. Bang Ney hanya miliknya seorang. Tidak boleh ada wanita lain yang dekat dengan Bang Ney. Nalaya menaiki bus menuju tempat latihannya. Ia tidak membawa kendaraan pribadi. Buat apa? Lagi pula, ia ingin mandiri dan tidak ketergantungan pada keluarga besarnya. Sikap Nalaya cukup membuat keluarga besarnya sakit kepala. "Baru datang, Na?" tanya Angga yang saat ini sedang duduk sambil memegang botol minumnya. "Iya." Nalaya tidak mau terlalu lama dekat dengan sosok play boy kelas kacang tanah itu. Angga adalah pelatih tim Nalaya. Sosok itu sudah sangat lama mengejar cinta Nalaya. Segala cara dilakukan oleh sosok laki-laki berparas kearab-araban itu. Sayang, Nalaya membangun benteng yang sangat tinggi saat ini dan tak seorang pun mampu menerobosnya. "Kamu cantik hari ini, Na." Ucapan Angga menghentikan langkah Nalaya. Tubuh Nalaya bergetar hebat saat mendengar ucapan Angga. Ucapan itu memang biasa Angga katakan pada setiap lawan jenisnya. Hanya saja, mendadak Nalaya ingat pada ucapan Tobi di masa lalu. Laki-laki itu pernah memujinya lantas menjatuhkannya ke dalam jurang gelap. "Buaya kampung mulai beraksi. Ga kapok, Mas, dijauhi sama Nalaya terus?" tanya Lintang yang kini berada di dekat Nalaya. Lintang salah satu teman akrab Nalaya di tim ini. Permainan keduanya sukses membuat lawan kalang kabut. Kartu merah dan kartu kuning adalah makanan sehari-hari ketika mereka bertanding. Lawan harus berpikir ulang ketika menghadapi duo maut itu. "Namanya juga usaha, Lin. Siapa tahu pujian aku manjur dan dia menerima aku," jawab Angga sambil mengedipkan sebelah matanya. Angga lantas meninggalkan dua anak didiknya itu. Nalaya tampak sedang tidak baik-baik saja saat ini. Ia seperti sakit karena mengeluarkan keringat dingin. Entahlah, hatinya yang sakit, tetapi tubuhnya bereaksi secara berlebihan. "Kamu lagi ga enak badan? Mending ga usah maksain latihan. Lagian pertandingan masih bulan depan," kata Lintang yang saat ini melihat wajah pucat pada Nalaya. "Enggak. Aku baik-baik saja. Kita akan latihan. Aku hanya tidak suka saja mendengar pujian itu." Nalaya mengatakannya dengan nada dingin. "Kalo ga suka kamu harusnya bilang aja. Lagi pula kamu jago bela diri, hantam atau lepaskan tendangan kaki kirimu itu ke mulut Angga," kata Lintang yang sengaja memprovokasi Nalaya. Nalaya tersenyum kecil. Ucapan sederhana Lintang membuatnya geli. Ia membayangkan Angga mendadak terkapar saat kena tendangannya. Pasti sangat menghebohkan banyak orang. "Jadi, kamu masuk tim ini?" Pertanyaan dari seseorang membuat kedua gadis itu menoleh ke belakang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD