Chapter 3

1107 Words
Pagi-pagi buta, Alessia tebangun dari tidurnya padahal baru dua jam ia tertidur semenjak pulang bekerja dari club. Setelah mengumpulkan nyawanya, Alessia segera bersiap-siap untuk pergi bekerja. Membersihkan diri kemudian memakai kaos hitam kebesaran favoritnya, jeans putih, sneakers, tas ransel, dan tak lupa rambutnya yang di cepol asal. Alessia telah siap berangkat bekerja. Ia naik bus dari halte perempatan rumahnya hingga halte perempatan tempatnya bekerja dan dilanjutkan dengan berjalan kaki ke sana. Sesampainya di perusahaan yang masih sangat sepi, Alessia langsung meneruskan langkahnya ke ruang cleaning service dan mengganti pakaiannya dengan seragam khusus cleaning service seperti kemarin. Bedanya, hari ini ia harus membersihkan lantai lima puluh satu terlebih dahulu. Lantai yang sangat ingin ia hindari, namun tak bisa. Sebelum keluar dari lift, Alessia menghela nafas panjang. Kali ini ia harus bertahan bekerja di sini walaupun harus melewati lorong panjang dan sepi ini setiap pagi dan sore hari. Lagipula hanya dua kali sehari. Dia tak akan kenapa-kenapa jika hanya harus melewati lorong tersebut. Sesampainya di dalam ruangan yang masih kosong dan hanya diterangi cahaya matahari dari dinding kaca, Alessia segera membersihkan ruangan tersebut dengan cepat namun tetap bersih. Ia bahkan tak meninggalkan setitik debu pun di sana. Setelah semua pekerjaannya di ruangan itu selesai, Alessia membereskan alat kebersihannya lalu keluar dari ruangan tersebut. Saat keluar ia melihat seorang wanita, Laura, sekilas yang tengah berdiri di belakang meja yang tak jauh dari pintu sedang membereskan beberapa kertas di atas mejanya. Alessia berjalan melewati Laura begitu saja tanpa menoleh sedikit pun. “Apakah kau pekerja baru di sini?” Tanya Laura saat melihat Alessia lewat di hadapannya. Alessia lalu menoleh dan menjawab pertanyaan Laura. “Ya” Jawab Alessia singkat. Setelahnya tak ada percakapan lagi antara mereka. Laura yang kembali pada berkas-berkas di mejanya dan Alessia yang melanjutkan perjalanannya. Ketika ia menekan tombol lift, tiba-tiba saja lift yang berada di sebelahnya terbuka dan menampakkan sosok Harry dengan tubuh tinggi dan tegapnya. Sementara Alessia masih menunggu lift sampai dengan tenang tak menghiraukan Harry yang berjalan keluar dari lift dan melewatinya begitu saja. Namun belum seberapa jauh, Harry berhenti dan mengendus aroma yang tak asing di hidung. Dan aroma itu berasal dari orang yang berada di belakangnya. Karena penasaran, ia pun berbalik dan mendapati seorang wanita dengan seragam cleaning service sembari membawa troli alat bersih-bersih. “Who are you?” Pertanyaan tersebut terlontar begitu saja dari bibir Harry dan ia langsung merutuki dirinya saat itu juga. Awalnya Alessia tak berminat menjawab pertanyaan itu. Namun mengingat ia harus mempertahankan pekerjaannya di sini dan ia yakin bahwa orang yang bertanya tersebut adalah salah satu petinggi di sini melihat dari dia yang naik melalui private lift, jadi mau tidak mau ia berbalik dengan malas dan menjawabnya. “Cleaning service” Jawab Alessia seadanya. Ucapan Alessia bertepatan dengan pintu lift yang terbuka membuat Alessia segera masuk ke dalam sebelum Harry memberikan pertanyaan lagi padanya. Sungguh, ia sangat tidak suka dengan pertanyaan. Sementara Harry hanya mampu diam mematung di tempatnya. Jawaban Alessia tadi bukanlah jawaban yang ia inginkan. Karena tanpa bertanya pun setiap orang yang melihatnya akan tahu bahwa Alessia adalah cleaning service, terlihat dari seragam yang ia kenakan. Dan tidak mungkin ia tidak mengenali seragam perusahaannya sendiri. Melihat dari Alessia yang tidak memberi hormat padanya sedikit pun, membuat Harry berasumsi bahwa dia adalah pekerja baru di sini. Entah mengapa Harry mulai penasaran dengan wanita yang baru saja ia temui. Ditambah aroma yang berasal dari tubuhnya membuat Harry semakin gencar untuk mencari tahu siapa wanita itu. Harry berjalan dengan cepat menuju ruangannya. Laura yang melihat kedatangan Harry segera berdiri dan membungkuk. “Bawakan saya profil cleaning service yang tadi” Pintah Harry kemudian berlalu masuk ke dalam ruangannya. “Baik, Sir” Ucap Laura sedikit bingung. Pasalnya, ini kali pertama Harry memberinya perintah mengenai hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan atau orang tuanya. ------- “Hanya selembar?” Tanya Harry pada Laura setelah Laura menyerahkan berkas yang Harry minta. “Benar, Sir” Jawab Laura. “Baiklah. Kau boleh keluar dan jangan katakan hal ini pada ibuku” “Baik, Sir” Ucap Laura kemudian meninggalkan ruangan Harry. Sementara Harry masih dalam kebingungannya. Bagaimana bisa seseorang memiliki biografi hidup hanya selembar? Harry mulai membaca isi dari lembaran tersebut. Tak banyak. “Alessia Wilson, ya” Gumam Harry. Karena merasa tak puas dengan apa yang ia baca, Harry terpaksa menyuruh orangnya untuk menyelidiki latar belakang Alessia secara lanjut. Ia sungguh sangat penasaran dengan wanita itu. “Harry sayang!” Panggil seorang wanita yang langsung saja menerobos masuk ke dalam ruangan Harry tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Mendengar suara yang sudah sangat Harry hafal, ia lantas segera menyembunyikan kertas yang ia pegang di balik berkas-berkas yang menumpuk di atas mejanya. “Mom” Ucap Harry lalu berdiri menghampiri wanita paruh baya yang ia panggil Mom lalu memeluknya. Grace. “Ada apa Mommy ke sini? Bukankah Mommy baru datang kemarin?” Tanya Harry setelah pelukannya terlepas. “Pertanyaan macam apa itu? Memangnya Mommy tidak boleh ke sini? Mommy ke sini juga karena kamu bilang kalau kamu tidak bisa datang akhir pekan ke Manhattan, jadi Mommy putuskan untuk datang mengunjungimu lagi” Ucap Grace merajuk. “Bukan begitu, Mom. Hanya saja...” “Hanya saja apa? Mommy mengganggu pekerjaan kamu? Jadi kamu lebih mementingkan pekerjaanmu dari pada Mommy? Kalau begitu sia-sia saja Mommy datang ke sini untuk melihatmu!” Rajuk Grace kemudian berniat untuk pergi meninggalkan ruangan Harry, saat ini ia benar-benar dibuat emosi oleh putra semata wayangnya itu. Namun sebelum ia melangkah lebih jauh, Harry segera menahan lengan Grace. “Mom, please...” Ucap Harry. “Mommy tahu persis apa maksud Harry dan Harry tidak pernah seperti apa yang Mommy katakan. Harry hanya terkejut karena Mommy datang tiba-tiba, tanpa memberi kabar. Kalau Mommy bilang kalau Mommy mau datang, Harry bisa jemput Mommy” Jelas Harry. “Jadi, kamu tidak marah Mommy datang?” Tanya Grace. “Tentu saja tidak Mom” Jawab Harry cepat. “Kalau begitu ayo pergi, Mommy ingin bersama putra Mommy seharian” Ajak Grace dengan wajah sumringahnya. Mau tidak mau Harry mengiyakan keinginan Grace karena menolak pun percuma. Andai saja bukan ibunya yang meminta, ia pasti akan menolaknya mentah-mentah tanpa harus berpikir bahkan untuk satu detik. “Ya sudah, ayo berangkat. Mommy sudah tidak sabar jalan sama anak Mommy yang tampan ini” Ajak Grace kemudian langsung menarik lengan Harry. Saat berada di depan ruangannya, Harry menahan langkahnya sehingga Grace juga ikut berhenti. “Laura, kosongkan jadwal saya hari ini dan besok” Pintah Harry pada Laura yang membuat senyum Grace semakin lebar. “Baik, Sir” Ucap Laura. Baik Harry maupun Grace kembali melangkahkan langkahnya ke lift. “Kita naik lift umum saja” Ucap Grace berhenti tepat di depan lift umum lalu menekan tombolnya. “Kenapa tidak naik lift private saja Mom? Lebih cepat” Tanya Harry. “Sekali-sekali kamu juga harus naik lift umum agar tahu rasanya bagaimana berhenti di setiap lantai jika ada yang menekan tombol” “Harry sudah pernah melakukannya Mom” “Kalau begitu tinggal lakukan lagi” Ting! Bersamaan dengan bunyi tersebut, pintu lift pun terbuka dan memperlihatkan seorang wanita yang tengah berdiri di sudut lift. Membuat Harry menatap tajam wanita itu, sementara Grace cukup terkejut melihatnya. ------- Di chapter ini aku ada masukin hint untuk rahasia yang bakal terungkap di chapter-chapter akhir. Ada yang bisa nebak? Silakan coret di kolom komentar yaa^^ Love you guys~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD