Chapter 2

1155 Words
Menerima kabar bahwa sang ibu berada di mansionnya dan menunggu dirinya saat ia baru saja duduk di ruangannya membuat Harry mendesah kesal. Pasalnya sang ibu selalu seperti ini. Sengaja membuatnya harus melakukan pekerjaan dua kali. Bukan tanpa alasan Grace -sang ibu- melakukannya. Grace sengaja selalu membuat Harry kesal lantaran sang putra yang tak kunjung membawakannya seorang menantu atau paling tidak dijodohkan dengan seorang gadis yang telah menjadi pilihannya. Setiap kali Grace bertanya, Harry tak pernah menanggapinya. Saat ini pria itu sedang tidak ingin memiliki bubungan dengan wanita mana pun karena ada pekerjaan yang selalu menantinya setiap hari bahkan di hari libur. Harry mendesah untuk kesekian kalinya lalu bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk kembali ke mansion untuk menemui sang ibu. Jika tidak, maka ia akan menerima omelan sang ibu selama seminggu yang bahkan rela berpisah untuk sementara dari Andrew -sang ayah- yang berada di Manhattan . Lift terbuka dan ia segera melangkah keluar. Namun baru beberapa langkah, Harry berhenti. ‘Lavender’ Batinnya. Ia lalu berbalik bertepatan dengan pintu lift yang tertutup. Harry menggelengkan kepala untuk menyadarkan dirinya. Tidak mungkin ia mencium aroma lavender di area perusahaannya karena ia belum pernah mencium aroma itu sejak ia menduduki posisi tertinggi di perusahaan. Lavender adalah aroma yang sangat jarang ia temui. Seumur hidupnya, ia hanya pernah menemui dua orang dengan aroma lavender. Ia tak tahu mengapa, tapi ia sangat menyukai aroma itu sejak pertama kali menghirupnya di Manhattan. Karena itu, ia memakai parfum beraroma lavender hingga saat ini. “Sir, Sir” Panggilan itu membuat lamunan Harry buyar kemudian menatap seorang wanita yang merupakan karyawannya. “Anda tidak apa-apa, Sir?” Tanya wanita itu lagi. Namun tanpa menjawab pertanyaan tersebut, Harry berlalu begitu saja dan membuat wanita tadi kesal. ------- “SAYA TIDAK MAU MENDENGAR ALASAN APAPUN DARI KALIAN! KALAU SAMPAI PROPOSAL INI TIDAK SELESAI HINGGA MINGGU DEPAN, SILAKAN BERESKAN BARANG-BARANG KALIAN!” Begitulah bentakan Harry menutup rapat siang ini kemudian pergi meninggalkan ruang rapat begitu saja, menyisakan para karyawan yang menghela nafas kasar dan saling menyalahkan satu sama lain. Bagaimana tidak? Proposal untuk proyek mereka ini telah dibuat sejak satu bulan yang lalu dan telah melewati batas tenggat waktu yang telah ditetapkan, yaitu hari ini. Padahal proyek tersebut akan diadakan dua minggu lagi. Dan proyek ini adalah salah satu proyek yang nantinya akan meraup keuntungan besar dan akan menarik banyak investor untuk berinvestasi di dalamnya. Jika proposal tersebut belum selesai hingga minggu depan, maka Harry benar-benar akan memecat semua karyawan yang berpartisipasi dalam proyek tersebut. Pagi ini ia sudah sangat kesal mendapat omelan sang ibu dan siang ini ia dibuat semakin kesal dengan proposal yang belum selesai. Harry masuk ke dalam ruangannya dan duduk di kursi kebesarannya sembari melonggarkan dasinya. Ia menyandarkan punggung kemudian memijat keningnya pelan sembari menghela nafas berat. Tok... Tok... Tok... “Masuk!” Pintah Harry. Pintu kemudian terbuka dan menampakkan siluet wanita ramping dan cantik dengan balutan kemeja putih serta rok hitam selututnya. Wanita tersebut merupakan sekretaris Harry. Laura Hellen. “Sir, tadi Mrs. Wallace menelepon dan menyuruh Anda untuk mengunjungi beliau akhir pekan ini” Ucap Laura. Laura merupakan seorang yang profesional di bidangnya. Ia juga bukan w************n seperti yang ada di dalam cerita novel yang menceritakan seorang sekretaris penggoda bosnya. Selain itu, Laura juga telah menikah dan memiliki dua orang putri. Karena dua hal itulah, Harry masih mempertahankan Laura sebagai sekretarisnya hingga sekarang selain kinerja Laura yang bagus. “Baiklah, kau boleh keluar” Pintah Harry. “Baik, Sir” Ucap Laura kemudian segera keluar setelah membungkuk sejenak sebagai tanda hormat. Sepeninggal Laura, Harry kembali memijat keningnya. Ia telah benar-benar pusing dengan urusan perusahaan, namun ibunya malah kembali menambah beban pikirannya. Baru saja mereka bertemu tadi pagi, dan Grace malah menyuruhnya berkunjung akhir pekan. Tanpa basa-basi Harry mengambil ponselnya dan menelepon sang ibu. “Halo” Sapa Grace di seberang sana. “Halo, Mom. Maaf, aku tidak bisa berkunjung ke sana akhir pekan ini. Sedang ada masalah di perusahaan” Ucap Harry to the point. “Kalau kamu tidak datang, Mommy akan benar-benar menjodohkanmu dengan wanita pilihan Mommy itu. Mommy akan langsung menyuruhnya mengunjungimu ke kantor” Ancam Grace. “Mom, please. Harry benar-benar tidak bisa kali ini, Harry janji akan berkunjung ke sana bulan depan” Tawar Harry “Kamu ‘tuh yang tidak mengerti Mommy, kamu tidak pernah mengunjungi Mommy kalau bukan Mommy yang meminta. Memangnya kamu tidak kangen sama Mommy? Sama Daddy?” “Bukan begitu Mom, tapi...” Tuuuut... Belum selesai Harry berbicara, sambungan telepon telah terlebih dahulu di putuskan oleh Grace secara sepihak karena sudah sangat kesal dengan Harry yang selalu memberikan alasan yang sama. Harry menghembuskan nafas kasar. Entah sudah berapa kali ia melakukannya hari ini. Tanpa mau membuang waktu lagi, Harry segera mengambil dokumen yang telah menumpuk di atas mejanya untuk ia baca kemudian memberi tanda tangan jika dibutuhkan. ------- Setelah pekerjaannya selesai, Harry membiarkan mejanya berantakan begitu saja karena ia tahu akan ada cleaning service yang akan membereskannya. Harry hanya membereskan dokumen-dokumen penting yang akan ia kerjakan di mansion saja. Setelah semuanya selesai, ia lalu berjalan meninggalkan ruangannya dan pulang ke mansion menggunakan mobil yang telah menunggunya di teras lobi. “Oh s**t!” Gumam Harry yang baru saja mengemudikan mobilnya masuk ke dalam gerbang mansion. Bagaimana tidak? Ia melupakan dokumen penting yang harusnya ia bawa pulang ke mansion. Dengan sangat terpaksa, Harry memutar mobilnya kembali ke perusahaan. Saat ia sampai, hari telah gelap. Lobi juga terlihat sangat sepi dan hanya ada security yang berada di pintu. Dengan langkah tegap dan tegasnya, Harry berjalan ke lift dan naik ke lantai lima puluh satu. Ketika Harry membuka ruangannya, ia terdiam sempurna. Lagi-lagi ia mencium aroma lavender dan itu berada di dalam ruangannya. Harry menghirup aroma itu dalam-dalam. Walau ia juga memakai aroma lavender, tapi itu tak cukup untuk membuat ruangannya beraroma lavender seperti ini karena ia mencampurnya dengan aroma pinus. Tapi aroma lavender yang ia hirup saat ini sangat berbeda. Rasanya ia tak ingin pergi dari ruangan ini. Namun ingatannya tentang dokumen yang harus ia kerjakan mengalahkan segalanya. Mencoba menghilangkan aroma lavender dari kepalanya, Harry bergegas mengambil dokumen yang ia lupakan kemudian segera keluar. Namun, baru beberapa langkah Harry kembali ke ruangannya dan menghirup aroma lavender yang menetap di ruangannya dalam-dalam. Karena ia pikir aroma tersebut pasti akan hilang keesokan harinya. Dan itu adalah hal terbodoh yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Setelah puas menghirup aroma tersebut, Harry benar-benar pergi meninggalkan ruangannya. Sesampainya di mansion, Harry segera menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Pikirannya melayang ke aroma lavender yang ia hirup di lobi dan ruangannya. Tanpa pikir panjang, Harry bangun dan mengambil parfumnya yang beraroma lavender. Harry mengerutkan keningnya ketika mencium aroma lavender dari parfumnya. “Benar-benar berbeda” Gumam Harry. Aroma lavender yang ia punya sangat berbeda dengan aroma yang berada di ruangannya dan itu membuatnya bingung. Aroma itu jelas-jelas aroma lavender tapi disaat bersamaan juga seperti bukan. Entah mengapa sekarang ia kecanduan dengan aroma lavender yang berada di ruangannya. Namun, ia tak tahu bagaimana dan siapa yang memiliki aroma lavender tersebut. But, wait... Jika aroma itu berada di ruangannya saat ia kembali tadi, bukankah ada seseorang yang masuk ke dalam ruangannya dan meninggalkan aroma itu di sana? Tapi siapa? Siapa yang masuk ke ruangannya setelah dia pulang? Cleaning service? Tapi mana mungkin? Mana mungkin cleaning service memiliki aroma khas seperti itu? Lelah memikirkan hal tersebut, Harry memutuskan untuk membersihkan tubuhnya karena masih ada pekerjaan yang menantinya.    ------- Chapter 2 up, gimana menurut kalian? Tulis di kolom komentar yaa^ Love you guys~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD