BAB 10: BUKAN KUNTILANAK BENERAN

1377 Words
Ellena melempar ponselnya dan langsung mengambil baju di lantai, baju yang tadi dia lepaskan begitu saja sebelum naik ke atas ranjang. Pikirannya sebelum tidur hanya satu, pakaiannya kotor, jadi setelah cuci tangan dan kaki, dia harus melepas bajunya dulu sebelum tidur. Dan sekarang dia memakai lagi pakaiannya itu karena terlalu panik. Setelahnya, dengan ragu dia mengambil ponselnya yang tadi dia lempar, untungnya dia melemparnya ke atas ranjang. Dengan jantung jumpalitan dan wajah merah karena malu, dia melihat ke layar ponsel dan disana masih ada Alex yang sama, Alex yang tampan dan rapi, dan sekarang tersenyum padanya. “Sudah?” goda Alex yang membuat wajah Ellena semakin merah. “Ada apa kau meneleponku?” tanya Ellena berpura-pura tidak mendengar pertanyaan Alex yang diucapkan dengan nada menggoda oleh pria yang terlihat sangat tampan itu. “Apa kau tidak merasa harus menjelaskan sesuatu padaku?” tanya Alex kembali ke hal yang ingin dia tanyakan pada Ellen. Dia tidak menggoda Ellen lagi karena dia bisa melihat kalau wanita itu merasa tidak nyaman, dimana memang wanita itu tidak berniat menggodanya. “Menjelaskan apa?” tanya Ellen bingung. Dia baru bangun dan mengumpulkan nyawa, jadi kalau ditanya seperti ini, dia malah kebingungan. “Mengapa kau tidak bilang kalau kau ternyata manusia hidup?” tanya Alex setelah menghela nafas kesal karena setelah dia menunggu beberapa saat, Ellen masih menatapnya dengan wajah bingung wanita itu. “Oh!” seru Ellen saat mengerti maksud Alex dan setelahnya muncul ekspresi bersalah di wajahnya. “Maaf, Alex, aku tidak bermaksud membohongimu,” cicit Ellena karena takut Alex marah dan kemudian memintanya segera melunasi hutangnya. “Aku tidak marah, tapi kenapa kau membohongiku?” tanya Alex tidak habis pikir. “Maaf, aku tidak bermaksud membohongimu. Kemarin aku baru tahu kalau kau tidak tahu kalau aku ini bukan kuntilanak beneran.” jawab Ellena tidak enak hati. “Bagaimana kau pikir aku bisa tahu? Secara terakhir kita bertemu, wujudmu itu masih kuntilanak?” tanya Alex yang mulai curiga dengan motif Ellen tidak memberitahunya. “Aku benar-benar minta maaf. Sebelumnya aku sama sekali tidak tahu kalau kau tinggal di luar negri. Setelah pertemuan kita tiga tahun lalu, film layar lebar yang kubintangi itu menjadi box office dan terkenal, dan disana scene nya sama dengan kisah pertemuan kita. Nah jadi kupikir kau sudah menonton film itu dan tahu kalau aku bukanlah kuntilanak beneran.” kata Ellena menjelaskan. “Film?” sekarang malah Alex yang bingung. “Iya. tempat pertemuan kita itu adalah lokasi syuting film yang kubintangi. Dan kejadian yang kau alami, itu juga ada di dalam film itu. Perbedaannya hanya, di film itu, sang pria hampir mati dibunuh dengan senjata, kemudian aku muncul seperti yang kau lihat itu,” kata Ellena. “Film apa?” tanya Alex penasaran. “Kuntilanak Castle,” jawab Ellena pasrah. Setelah melihat filmnya, Alex pasti melihat berita tentang dirinya yang terjerat kasus n*****a. “Tapi, sungguh, aku tidak bermaksud membohongimu ataupun menggunakan keadaan saat itu, untuk memaksamu meminjamkan aku uang, aku juga sudah melupakan kejadian itu. Tapi … tapi … kemarinan aku bermaksud ke kantor agensiku yang lama untuk meminjam uang untuk pengobatan Ibuku dan disana aku berpapasan dengan Lisa, wajahnya mengingatkanku pada dirimu, jadi daripada aku menjual diri, lebih baik aku mencoba untuk meminjam uang darimu dulu. Karenanya aku segera pulang untuk mencari ponsel ini dan kertas perjanjian kita saat itu,” lanjut Ellen cepat saat melihat alis Alex yang berkerut, dia takut Alex meragukan perkataannya. “Menjual diri?” kerutan di kening Alex sekarang malah semakin dalam. “Anu, itu, bukan seperti itu, maksudnya, aku, aku,” gagap Ellena kebingungan saat menyadari kalau dia kelepasan bicara karena tadi terlalu panik. Otaknya mulai mencari alasan untuk dikatakan pada Alex, namun otaknya sekarang malah stuck! “Ellen!” panggil Alex tegas dan Ellen terdiam namun menatap Alex dengan wajah ketakutan, bahkan matanya sudah berkaca-kaca karena hampir menangis. Ellena sangat panik karena dia tidak ingin Alex melihatnya sebagai wanita yang buruk, apalagi menganggapnya sebagai wanita bookingan. “Tarik nafas perlahan, lalu hembuskan lagi,” kata Alex berusaha menenangkan Ellen. “Aku tidak marah. Tenangkan dirimu. Tarik nafas dan hembuskan perlahan,” kata Alex lembut saat melihat Ellen menatapnya ragu sambil menggigit bibirnya sendiri. Mendengar Alex tidak marah padanya dan suara pria itu juga terdengar lembut. Perlahan Ellena mulai mengikuti arahan Alex yang masih terus memintanya untuk menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan, dan dalam empat atau lima kali hembusan, dirinya sudah merasa jauh lebih tenang. “Sudah lebih baik?” tanya Alex dan Ellena mengangguk walau jantungnya masih berdebar keras, tapi setidaknya sekarang pikirannya lebih tenang. “Aku tidak akan memaksamu untuk bercerita. Jika kau memang tidak ingin mengatakannya, maka kau tidak perlu mengatakannya,” kata Alex menenangkan. Walau dia bicara seperti itu, tapi dia sudah berpikir untuk meminta Lisa mencari tahu tentang kehidupan Ellen. “A-aku tidak, eh, belum, menjual diri,” cicit Ellena berusaha membela diri. “A-aku, dulu aku membatalkan kontrak kerjaku karena bosku memintaku untuk me-, me-, menjadi simpanannya dan aku menolak,” kata Ellen sambil menundukkan wajahnya, tidak berani melihat ke layar ponselnya. “Tapi, kemarin itu aku sudah tidak punya jalan lain lagi, karena Ibu harus segera di operasi, ka-karenanya, a-aku, aku berniat untuk meminjam uang darinya,” cicit Ellena. “Dengan balasan menjadi simpanannya?” tanya Alex menangkap arah cerita Ellen. “Tapi, aku belum melakukannya. Seperti tadi kubilang, aku bertemu dengan Lisa di depan kantor agensi itu dan teringat padamu, karenanya aku langsung pulang dan mencari cara untuk menghubungimu. Percayalah padaku, aku tidak pernah menjual diriku!” pinta Ellen yang kali ini mengangkat pandangannya untuk melihat pada Alex dengan ekspresi yang sangat sedih dan khawatir. Alex merasa iba saat melihat wajah memelas Ellen, tapi dia tidak bisa mempercayai keseluruhan cerita Ellen. Dia sudah terlalu sering bertemu dengan wanita manipulatif, jadi dia tidak akan percaya begitu saja pada wanita yang baru dikenalnya seperti ini. Baginya, dia baru mengenal Ellen, karena mereka hanya pernah bertemu satu kali dan setelahnya, tidak ada kontak apapun dalam tiga tahun ini, sampai sekarang. Lagipula, benar atau tidaknya cerita Ellen, tidak ada pengaruhnya untuknya. Dia berhutang nyawa pada Ellen dan sekarang dia sudah membantu Ellen. Seperti apapun perilaku Ellen, dia tetap akan membantunya karena memang dia berhutang pada wanita itu. “Sudahlah, yang penting sekarang Ibumu sudah dioperasi dan baik-baik saja. Lebih baik kau fokus dengan perawatan Ibumu saja,” kata Alex. “Ya. Terima kasih, Alex,” kata Ellena. “Tapi, untuk memastikan saja. Berarti kontrak kita itu tidak berlaku, ya?” tanya Alex memastikan. “Tidak. Maafkan aku jika kontrak ini ternyata membebanimu selama ini,” kata Ellena merasa tidak enak pada Alex. Jika Alex bertanya, maka artinya, Alex mungkin memang merasa harus mematuhi kontrak itu. “Sebentar,” kata Ellena yang lalu menaruh ponselnya lagi untuk mengambil kotrak mereka. Setelahnya dia mendirikan ponselnya di atas meja dan merobek kontrak itu di depan Alex, hingga menjadi beberapa bagian. “Tidak ada perjanjian apapun diantara kita. Uang yang kau pinjamkan juga pasti akan kukembalikan nanti, ta-tapi mungkin akan cukup lama dicicilnya,” kata Ellena dengan tidak enak hati. “Sudah kubilang, kau tidak perlu mengembalikan uang itu.” kata Alex. “Tidak. Hutang adalah hutang, aku tetap harus membayarnya,” kata Ellena keras kepala. “Baiklah, terserah padamu, tapi tidak perlu memaksakan dan bekerja terlalu keras karenanya,” kata Alex. “Ya, terima kasih, Alex.” kata Ellen penuh rasa syukur. Dia benar-benar bersyukur bertemu dengan orang sebaik Alex, walau dia tidak akan mendengarkan perkataan Alex barusan, dia harus berusaha semaksimal mungkin untuk bisa membayar hutangnya itu. “Oke, aku tutup dulu, ya. Ada meeting yang harus aku hadiri,” kata Alex memutus pembicaraan itu. “Ya, Alex, selamat bekerja, dan sekali lagi, terima kasih,” kata Ellena yang setelah menutup telepon itu, dia langsung menyusun kembali sobekan kertas pernjanjiannya dengan Alex, lalu mengambil isolasi untuk merekatkannya kembali. Baginya, surat ini sangat penting, karena itulah dia tetap menyimpannya selama bertahun-tahun. Anggap saja dia bodoh, tapi dia benar-benar jatuh cinta pada Alex dan membiarkan dirinya terjebak di perasaannya ini. Dengan begitu, dia tidak akan sedih ketika dia tidak bisa memiliki kisah cinta yang indah seperti orang lain. Benar atau tidaknya pemberitaan tentangnya, semua orang sudah menganggapnya sebagai wanita rusak, pemakai n*****a dan wanita panggilan. Jadi dia membiarkan kisah cintanya dengan Alex berada di dalam angannya saja. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD